Suasana langsung sunyi saat Gito mengajukan persyaratan. Kevin menatap istrinya dengan dalam, begitu pula Dea. Pikirannya melayang tak menentu mencari keputusan atas pertanyaan papanya. Hingga akhirnya saliva yang terkumpul di mulutnya segera ia telan lalu berucap."Iya. Cafenya aku serahkan ke Dea."Beban dalam hati langsung hilang begitu saja ketika ia menjawab pengajuan papanya."Sekarang buat perjanjian di atas kertas terlebih dahulu."Kevin menganggukkan kepala dan berdiri mengambil secarik kertas beserta materai untuk dibubuhi tanda tangan mereka. Dengan adanya materai tersebut, perjanjian dianggap sah.Kevin menulis sesuai arahan Gito. Dea mengamatinya dalam diam sembari memilin jari jemarinya.Ada banyak narasi yang berputar di kepala wanita itu. "Tanda tangan di sini Dik," tunjuk Kevin kepada istrinya. Wanita itu sempat menatap kedua mertuanya bergantian. Gito dan Rita memberi anggukan agar ia segera menandatangani surat perjanjian sekaligus penyerahan cafe padanya."Beneran
"Sebenarnya apa yang kamu lakukan dengan semua uang itu?" tanya Nino pada adiknya. Perasaannya sudah dongkol seharian karena memikirkan masalah yang dibuat Nina. Dia yang tidak tau apapun tiba-tiba harus menanggung akibat dari perbuatan wanita itu."Aku berinvestasi ke bisnis Bimo tanpa sepengetahuan Mas Levi. Uangnya belum balik, tapi Mas Levi sedang butuh cepat," jawab Nina dengan menundukkan kepala. Dia tidak tau harus pergi ke mana mencari uang sebanyak itu. Ditambah suaminya mengatakan jika besok akan mengembalikan sebagian harta Dea yang mereka pakai."Levi butuh buat apa?"Adiknya hanya bisa menggigit bibir. Ia kesulitan mengeluarkan jawaban atas pertanyaan kakaknya. " Jawab.""Untuk mengganti uang Dea."Nino tak menanyakan lebih lanjut soal itu. Tetapi ada satu nama yang membuatnya penasaran."Terus kamu pakai uang itu buat investasi ke Bimo?"Nina menganggukkan kepala."Hahh..." Nino menghela napasnya panjang. "Sebenarnya Bimo itu siapa? Kenapa kalian sering terlihat bersama
Dea menatap kepergian suaminya dengan perasaan tidak nyaman. Entah kenapa gelagat Kevin sangat aneh, seakan ada yang dia sembunyikan. Apalagi sedari semalam ia melihat suaminya banyak melamun. Sikap lelaki itu membuatnya penasaran mengenai apa yang terjadi. Atau masalah apa yang menimpa Kevin hingga membuatnya merenung panjang seperti itu."Huft..." Dea menghela napasnya panjang. Ia segera menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri dari lamunan. "Tidak sesuai dengan rencanaku, tapi tak buruk juga dapat cafe itu dengan cara ini," batin Dea.Awalnya ia berniat merampas cafe ketika mengajukan perceraian ke pengadilan. Ditambah alasan cerai karena Kevin menikah lagi sehingga melanggar perjanjian pra-nikah mereka. Konsekuensi yang harus diterima adalah dengan menyerahkan semua harta miliknya kepada korban perselingkuhan. Itu artinya Dea bisa mendapatkan semua aset Kevin tanpa terkecuali.Tetapi semalam mertuanya menekan Kevin untuk menyerahkan cafe yang kebetulan adalah aset terbesar lela
"Jadi cafe ini bukan milik lu lagi, tapi Dea?" tanya Nino setelah mendengar penjelasan sahabatnya. Kevin menganggukkan kepala dan menjawab, "Ya.""Terus nasib gua?" Kali ini lelaki itu menanyakan perihal investasinya yang diberikan kepada cafe."Ya tetap kayak sebelumnya. Bedanya hak milik cafe ini bukan lagi nama gua, tapi nama Dea.""Ohh... berarti masih aman ya?""Aman. Bagian lu lebih aman kalau cafe ini dipegang Dea.""Bener juga omongan lu. Daripada dirampas sama Mak Lampir Icha, khehe..." kekeh Nino yang mengingat kebengisan Icha merampas semua hak nya di cafe ini."Nah bener kan.""Terus Icha udah tau kalau cafe ini sudah pindah tangan ke istri sah lu?" Nino menjadi kepo dengan respon musuh bebuyutannya."Belum. Lu rahasiain ini dari Icha ya. Gua mau urus masalah ini pelan-pelan."Bibir Nino langsung mecebik. "Rahasia-rahasiaan lagi nih. Capek gua," keluhnya."Ya setidaknya jangan kasih tau Icha. Gak perlu lu sembunyiin, penting jangan tiba-tiba kasih tau dia.""Oh... Oke kala
Mendengar deru kuda besi milik suaminya membuat Icha terlonjak senang. Seno dan Maya yang tengah menyantap makanan mereka terperangah melihat putri mereka yang berlari kencang keluar rumah."Mas Kevin!" teriak wanita itu dengan tangan yang sibuk memutar kunci pintu."Aaaa! Kok tidak bilang kalau mau ke sini," ucapnya sembari lari kecil menghampiri lelaki yang dicintainya. Tanpa meminta persetujuan, Icha langsung memeluk erat tubuh suaminya. "Ahaha... Aku senang banget kamu ngasih kejutan seperti ini Mas." Dia berucap dengan mata yang berkaca-kaca. Maya yang mengikuti putrinya keluar langsung mematung melihat pemandangan di depannya.Keceriaan yang dipancarkan anak semata wayangnya membuat dia terharu. Begitu pula yang dirasakan Seno saat ia baru keluar dari dalam. Kevin melepas helm dan menaruhnya di atas jok. Kemudian ia melepas pelukan istrinya perlahan. "Ayo masuk Mas. Di dalam ada banyak makanan. Aku juga mau buatin kamu kopi." Icha menggandeng suaminya dengan erat."Sebentar."
Rita dan Dea tengah menunggu Gito di lobi sekolah. Sudah satu jam lebih mereka berdiam diri di sana. Sesekali bercengkerama dengan beberapa guru yang berjalan melewati lobi."Aduh Papa kok lama banget ya," keluh Rita dengan dahi berkerut. Ia sudah bosan menunggu suaminya. Dua jam lalu, Gito menghubunginya dan berkata kalau telat menjemput karena bertemu dengan koleganya semalam. Ada hal penting yang perlu mereka bahas, jadi Gito meminta istrinya untuk menunggunya sebentar.Sayangnya kata sebentar ini sudah lebih dari satu jam. Wanita paruh baya itu mengetuk telapak kakinya ke lantai berkali-kali karena tidak sabar untuk pulang."Apa kita naik taksi aja Ma?" tawar Dea."Hm?" Bukannya menjawab, Rita justru bergumam.Andre yang baru keluar dari ruangannya bersama Jono dibuat penasaran karena melihat Dea dan Rita yang masih berada di sekolah."Loh Dea kok belum pulang Nak?" tanya Jono.Dea menoleh ke sumber suara dan menjawab, "Lagi nuggu Papa Pak." "Papanya ke mana?""Lagi ketemu teman
Setelah menyesap kopi yang dihidangkan istrinya, Kevin segera membuka pembicaraan mengenai masalah yang dibuat Icha selama beberapa bulan ini di cafenya. Icha yang awalnya tersenyum lebar berubah menjadi kecut saat Kevin memberikan segepok uang senilai 5 juta rupiah di hadapannya."Untuk beberapa bulan ke depan jangan ambil uang di cafe. Aku harus mengganti uang Nino dan gaji karyawan yang kamu potong selama tiga bulan ini. Jadi selama itu tidak ada uang bulanan untuk kamu." Kevin menyodorkan lembaran uang itu kepada istri sirinya.Maya dan Seno memperhatikannya dalam diam."Kok gitu Mas," kesal Icha dengan wajah tertekuk."Uangku tinggal segini.""Bagaimana dengan gajimu sebagai guru?""Aku berikannya pada Dea.""Kalau begitu mulai bulan depan kamu harus membagi gajimu itu denganku juga.""Tidak bisa. Itu semua bagian Dea," tolak Kevin mentah-mentah."Kok kamu pilih kasih gini Mas. aku kan juga istrimu. Sudah sepantasnya kamu bersikap adil." Icha bersikeras menagih haknya."Kamu kan
Kevin mengendari kuda besinya dengan kecepatan tinggi. Hatinya sangat dongkol karena ditekan bercerai dengan Dea. Bagaimana dia bisa melepaskan wanita yang sulit didapatkan. Bahkan setelah memilikinya Kevin harus menghadapi orang-orang yang menginginkan istrinya secara terang-terangan seperti Nino. Belum lagi Andre yang secara inplisit berusaha mengambil hati Dea.Meskipun begitu ia merasa bangga bisa memiliki Dea. Dengan melihat kegilaan pria lain saat ingin merebut Dea membuat Kevin puas. Dia mendapat wanita yang didambakan banyak orang."Sial sial sial!" geramnya. "Kenapa aku harus menceraikan Dea! Bukankah yang lebih pantas aku ceraikan itu Icha! Kenapa harus Dea. Kenapa juga aku tidak berdaya seperti ini!?" rutuknya pada diri sendiri. Ia merasa jadi pria pengecut karena tak tau harus melakukan apa untuk menyelesaikan masalah ini.Tanpa sadar ia memacu motornya dengan cepat dan sudah sampai di kediaman pernikahan pertamanya. Ketika ia memarkir motor ke garasi, Gito baru saja masuk