"Ngapain sih Mihran dari tadi di depan kamar Dhika?" gumam Eliza yang sejak tadi memperhatikan Mihran yang tidak beranjak dari kamar putranya.Eliza pun memutuskan mendekati kamar Dhika ketika suaminya itu pergi ke kamarnya. Sungguh terkejut ketika ada Ayu dan Alia di kamar putranya itu."Jadi dari tadi Mihran memperhatikan Ayu? Keterlaluan banget sih?!" gerutu Eliza.Eliza yang murka pun langsung masuk ke kamarnya. Ia menarik tangan Ayu dengan kasar. Alia sempat menahannya, tapi akhirnya Ayu berusaha tenang di depan Alia."Ibu mau ngomong apa sih? Tolong ya, jangan bersikap kasar di depan Alia," ujar Ayu."Enggak usah sok bela Alia!" gertak Eliza."Kasihan saya sama Alia yang punya ibu tiri kejam kayak ibu!" bentak Ayu. Eliza pun tidak terima. Ia melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Ayu, tapi Ayu berhasil menangkisnya."Jangan macam-macam sama saya!" ujar Ayu tegas."Ngapain sih kamu tebar pesona di rumah ini sampai semua orang membela kamu?" pekik Eliza."Saya nggak pernah te
Eliza dan Della yang sudah terpecah akhirnya saling serang. Saling berusaha menghancurkan satu sama lainnya."Tante, aku mohon jangan hubungi Mihran," pinta Eliza memelas.Tante Della yang dendam dan sakit hati karena Eliza yang coba menghabisinya akhirnya menghubungi Mihran dan memintanya datang ke rumah sakit.[Halo, Mihran. Kamu tolong segera ke rumah sakit Permata paviliun 3/B ya. Eliza butuh kamu.]Mihran yang bingung mendapat kabar soal Eliza yang berada di rumah sakit pun akhirnya memutuskan segera pergi.Eliza pun semakin panik. Dia berusaha memikirkan cara agar bisa lepas dari jebakan Tante Della.Ridho dan Amaliya pun melihat dari balik jendela kamar Eliza. Ridho pun senang akhirnya rencana memecah belah Della dan Eliza berhasil."Apa kita nggak keterlaluan ya, Dho?" tanya Amaliya yang merasa kasihan melihat pertengkaran Eliza dan Tante Della."Apa yang kita lakukan tidak sebanding dengan kekejaman yang mereka lakukan," sahut Ridho."Berkali-kali Mel mereka mau menghabisi ny
"Saya nggak gila. Saya nggak gila. Tolong bebaskan saya. Saya nggak gila!" teriak Tante Della histeris.Tante Della akhirnya sampai di rumah sakit jiwa. Ia pun langsung dibawa perawat menuju kamarnya. Karena kondisi Tante Della yang sangat histeris pun membuatnya harus masuk ke ruang isolasi. Hanya seorang diri."Tolong percaya sama saya. Saya ini nggak gila!" teriaknya ketika para petugas mengunci kamar."Eliza, ini pasti semua perbuatan kamu. Kamu yang sudah membuat tante seperti ini. Kamu jahat, Eliza!" teriak Tante Della.Ayu dan Ridho akhirnya datang ke rumah sakit. Ke salah satu petugas yang membawa Tante Della, Ayu dan Ridho berusaha agar bisa membebaskan Tante Della. Namun, usahanya gagal. Ayu dan Ridho hanya diijinkan melihatnya.Ayu bersama Ridho akhirnya berjalan menuju kamar isolasi. Di ruang isolasi Della terus berteriak histeris. Bahkan memaki sang keponakan."Eliza, kamu jahat. Dasar keponakan kurang ajar. Awas kamu El, aku akan balas. Aku akan bongkar semua kejahatan k
Harapan tinggal harapan. Amaliya masih harus bersabar lebih lama untuk membongkar semua kejahatan Eliza. Ia masih harus menyamar sebagai Ayu -- baby sitter Dhika di rumah Mihran. Rumah yang dulu dibangunnya bersama.Kebahagiaan bertemu dengan sahabat lama ternyata justru membuat malapetaka bagi rumah tangganya. Ia terpaksa merelakan Mihran menikahi sahabatnya sendiri --Eliza. Bahkan janji akan bercerai setelah anaknya lahir pun tidak pernah ditepati. Bahkan Eliza justru mencoba menghabisinya berulangkali demi menjadi satu-satunya istri Mihran.Amaliya kini mencoba kembali bersabar. Setelah beberapa rencananya yang disusun bersama Ridho gagal. Kini satu-satunya harapan pun kandas sejak Tante Della mendekam di rumah sakit jiwa akibat ulah Eliza. Eliza akan slalu melakukan apapun demi posisinya aman.Pagi itu, sesuai rencana, ia mencoba mengajak Mihran ke rumah sakit menemui Tante Della. Sayangnya, ketika sedang mengajak Mihran bicara, Eliza datang hingga merusak semuanya."Pak, gimana
Permintaan Alia yang menginginkan Ayu sehari menjadi Amaliya membuat Eliza geram. Namun, tidak bagi keluarga Amaliya dan Mihran."Enggak, Mihran!""Kalau Ayu menjadi Amaliya, walau sehari aja itu bisa memberi harapan pada kita semua kalau Amaliya masih hidup. Padahal itu semua nggak mungkin!" ujar Eliza.Oma Siska dan keluarga Amaliya lainnya pun nampak ketus memandanginya. Hanya Taher dan Malik yang nampak tertunduk. Hingga Oma pun bersuara."Kami juga mau mengenang sosok Amaliya, Oma setuju dengan usul Alia," tegas Oma Siska."Saya juga setuju," sahut Arumi."Aku juga setuju," timpal Indah."Anak pungut ini benar-benar menyebalkan!" gerutu Eliza dalam hati.Eliza pun lebih kesal ketika Mihran berdiri dan mmbuat keputusan yang mendukung Alia dan keluarga Amaliya."Ok. Saya setuju. Malam ini saya akan merayakan ulang tahun Amaliya, walau digantikan Ayu. Biar kita semua bisa mengenangnya," tutur Mihran."Oma, Tante Indah, datang ya," kata Alia tersenyum."Anak pungut ini sama menyebalk
"Maaf Pak, Bu. Saya boleh ijin pergi sebentar. Saya mau ketemu kakak saya," pamit Ayu.Setelah menyiapkan segala keperluan Dhika, Ayu pun harus bertemu Ridho untuk merencanakan langkah selanjutnya. Namun, Mihran justru mengajaknya bareng yang membuat Eliza marah."Boleh. Kalau gitu kita bareng aja. Saya juga mau pergi ke kantor," sahut Mihran."Enggak, Mihran. Apa kata orang nanti kamu jalan sama baby sitter anak kamu," celetuk Eliza dengan wajah kesal."Kamu jangan cemburuan gitu dong, El," kata Mihran."Kamu bisa kan pergi sendiri?" ujar Eliza ketus memandangi Ayu.Tiba-tiba Alia datang dan minta di antar ayahnya untuk pulang ke rumah Oma Siska. Alia pun meminta ayahnya untuk pergi bersama Ayu."Ayah, bareng sama Tante Ayu aja ya sekalian," ujar Alia. Mihran pun serasa mendapatkan angin segar."Tuh, Alia yang minta. Jadi aku nggak pergi berduaan, tapi sama Alia," ujar Mihran tertawa.Eliza akhirnya tidak bisa membantah lagi. Ia terpaksa mengijinkan suaminya pergi bersama Ayu dan Ali
Della merasakan penyesalan atas semua dosa-dosanya. Terlebih rasa bersalahnya karena telah menghabisi Amaliya."Ini semua salahku. Aku begini karena dosa-dosaku ...." rintih Della di dalam kamar perawatan di rumah sakit jiwa.Vico -- orang kepercayaan Eliza terus memantau kondisi sang tante di rumah sakit. Bahkan ketika Della tidak lagi meminum obatnya pun ia tahu. Siang itu Vico kembali datang ke rumah sakit jiwa untuk memantau kondisi terkini Tante Della.[Halo, Bu. Saya lagi di rumah sakit sekarang. Bu Della mulai tidak meminum obatnya. Jika terlalu lama seperti ini, bisa bahaya. Dia bisa tenang, karena dia memang tidak sakit.][Dan satu lagi, dia selalu mendengarkan lantunan ayat suci Alquran hingga dia jadi tenang. Apa yang sekarang harus kita lakukan?][Kalau gitu, lakukan plan B. Kamu bakar rumah sakit jiwa itu dan pastikan tante saya meninggal!][Siap, Bu.]------Tanpa membuang waktu, Vico pun langsung menjalankan perintah Eliza itu. Ia langsung membakar gedung rumah sakit ji
"Mihran, kamu nggak percaya kan sama kata-kata Tante Della?" tanya Eliza."Mihran!""Mihran, kenapa kamu diam?" tanya Eliza yang mulai ketakutan jika suaminya itu mempercayai kata-kata sang Tante."Ok, Mihran. Kalau kamu nggak percaya, silakan kamu selidiki sendiri. Apa aku melakukan seperti yang Tante Della katakan!" tekan Eliza."Apa yang harus kulakukan?"------Oma Siska masih di ruang tamu rumahnya mengobrol dengan Arumi serta Indah dan Malik."Kali ini Oma percaya sama Della. Kalau otak pembunuhan Amaliya itu Eliza," ujar Oma Siska.Mihran pun bingung. Entah siapa yang kini harus dipercayainya. Eliza memang tidak sepenuhnya dipercaya, tapi mempercayai kata-kata Tante Della yang mengalami gangguan jiwa juga tidak mungkin."Ini semua pasti gara-gara Ayu!" pekik Eliza."Loh, kenapa jadi Ayu?" sahut Mihran."Mihran, kamu tahu kan. Dia selalu berusaha membuat aku buruk di depan kamu," tutur Eliza."Dia berusaha merebut kamu," cecar Eliza. Mihran pun tertawa mendengar kata-kata istrin