"Mihran, kamu nggak percaya kan sama kata-kata Tante Della?" tanya Eliza."Mihran!""Mihran, kenapa kamu diam?" tanya Eliza yang mulai ketakutan jika suaminya itu mempercayai kata-kata sang Tante."Ok, Mihran. Kalau kamu nggak percaya, silakan kamu selidiki sendiri. Apa aku melakukan seperti yang Tante Della katakan!" tekan Eliza."Apa yang harus kulakukan?"------Oma Siska masih di ruang tamu rumahnya mengobrol dengan Arumi serta Indah dan Malik."Kali ini Oma percaya sama Della. Kalau otak pembunuhan Amaliya itu Eliza," ujar Oma Siska.Mihran pun bingung. Entah siapa yang kini harus dipercayainya. Eliza memang tidak sepenuhnya dipercaya, tapi mempercayai kata-kata Tante Della yang mengalami gangguan jiwa juga tidak mungkin."Ini semua pasti gara-gara Ayu!" pekik Eliza."Loh, kenapa jadi Ayu?" sahut Mihran."Mihran, kamu tahu kan. Dia selalu berusaha membuat aku buruk di depan kamu," tutur Eliza."Dia berusaha merebut kamu," cecar Eliza. Mihran pun tertawa mendengar kata-kata istrin
Video viral itu begitu cepat tersebar. Ani pun mendapat informasi soal vitalnya sang majikan dari seorang temannya."Mas Tarjo, coba lihat ini. Video Bu Della semalam viral di sosial media. Ani senang, Mas. Walau Bu Eliza enggak dipenjara, tapi dia sudah dapat sangsi sosial," ujar Ani."Heh! Kalian udah bosan kerja? Mau saya pecat?!" hardik Eliza yang datang dengan wajah penuh amarah."Ini semua pasti gara-gara si Ayu. Ayu ke mana? Ayu, Ayu. Di mana kamu?" teriak Eliza yang mengamuk mencari keberadaan baby sitter anaknya itu."Eh, ini pasti ulah kamu kan. Pasti kamu yang sudah merekam dan menyebarkannya ke sosial media. Ngaku kamu?!" bentak Eliza.Ayu pun bingung. Entah apa yang dimaksud majikannya. Ia pun tidak paham soal video viral itu."Saya nggak tahu, Bu. Saya nggak ngerti maksud Ibu," jawab Ayu."Jangan ngeles kamu!" hardik Ayu.Eliza yang murka pun langsung memaki dan menjambak rambut Ayu. Ani dan Tarjo yang berusaha merelai pun tidak berhasil. Hingga akhirnya Eliza berhasil m
Eliza akhirnya dibawa ke dalam selnya. Oma Siska dan Arumi pun mendatangi Eliza dengan penuh senyum kebahagiaan."Akhirnya, kamu bisa merasakan dinginnya lantai penjara," ujar Oma Siska."Diam kalian!"Tidak lama, Mihran pun akhirnya datang dan mengabarkan jika Ridho akhirnya mau mencabut gugatannya."Ridho akan mencabut gugatannya. Itu juga karena Ayu yang meminta," tutur Mihran."Ah, itu kan memang rencana mereka biar kamu jadi simpatik. Dia itu punya niat jahat sama kita, Mihran!" pekik Eliza."Cukup!"Aku harap kamu tidak melakukannya lagi. Jika sampai ini terulang, aku nggak akan membantu kamu keluar dari penjara!" tegas Mihran."Jadi kamu mau ibu dari anak kamu ini di penjara. Gitu ya, Mihran?" cecar Eliza"Mihran, buka hati kamu. Dia saja bisa melakukan ini pada Ayu. Gimana dengan Amaliya. Dia pasti dalang kematian Amaliya, seperti yang dikatakan Della," sindir Arumi."Jangan samakan Ayu dengan Amaliya. Dia itu hanya baby sitter sedangkan Amaliya itu sahabat aku," sahut Eliza.
Taher akhirnya pulang ke rumahnya setelah memastikan Della aman di salah satu rumahnya. "Mas, kamu dari mana aja sih jam segini baru pulang. Kamu habis ketemu sama Della?" tanya Arumi."Kamu ini selalu aja curiga. Suami baru pulang udah dikasih pertanyaan gini. Aku ini habis meeting dengan klien di luar kantor. Makanya baru pulang. Ma, kalau kamu curiga terus, aku bisa bosan. Udah, aku capek. Mau istirahat!" gertak Taher yang langsung masuk ke kamarnya."Aku merasa ada yang sedang disembunyikan Mas Taher. Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," gumam Arumi dalam hati.Keesokan hariPagi itu seperti biasanya Arumi memastikan menu sarapan sudah rapih tersedia di meja makan. Namun, tidak seperti biasanya Taher pergi lebih awal."Mas, kamu mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Arumi yang masih curiga dengan tingkah sang suami."Kamu ini ya, selalu aja nanya ke mana aku pergi. Pagi ini aku ada meeting penting. Aku harus buru-buru ke kantor. Udah ya, aku pergi dulu," pamit Taher y
Mihran dan Eliza akhirnya meninggalkan taman setelah memastikan jika Ridho dan Ayu tidak melakukan hal yang mencurigakan."Lain kali, kamu hati-hati ya. Untung aja kita tahu kalau mereka mengikuti. Kalau nggak, semua obrolan penting kita akan ketahuan," ujar Ridho."Iya, maaf ya ...." jawab Amaliya."Enggak apa-apa, Mel.""Aku lihat tadi Mihran udah benar-benar mencintai kamu ya. Dia kelihatan cemburu," ujar Ridho.Amaliya tersenyum. Ia mulai merasakan getar cinta itu kembali. Mihran mencintainya."Tahu nggak sih, Dho, tiap kali Mihran menatap Ayu, membela Ayu, rasanya tuh aku terbang. Tapi aku sadar, dia mencintai Ayu, bukan Amaliya," ujar Amaliya tertunduk."Mihran yang sekarang, bukan Mihran yang ku kenal dulu. Dia sudah berubah. Mihran sekarang tidak bisa setia. Begitu mudah dia melupakan Amaliya, yang dia bilang sangat dicintainya," ucap Amaliya menunduk. Ada rasa kecewa yang tertahan."Kamu nggak usah sedih. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Mihran melihat Amaliya di diri kam
Ani terpaksa mengasuh Dhika pagi ini. Ayu diminta ikut Mihran hingga setelah menuntaskan pekerjaannya di dapur, giliran ia meninabobokan Dhika di kamarnya."Ani, kenapa kamu yang mengurus Dhika? Si Ayu ke mana?" tanya Tarjo ketika melihat Ani berada di kamar Dhika."Ikut Pak Mihran, enggak tahu deh ke mana," sahut Ani.Dhika pun nampak anteng. Setelah diberi asi, ia pun tertidur di ranjangnya.Ijah pun berlari ke kamar Eliza. Ia mengetuk pintu dengan kencang hingga membuat sang majikan marah."Kamu kenapa sih, Jah?" ujar Eliza ketus ketika membuka pintu kamarnya."Ibu harus lihat ini, Bu," ujar Ijah saat memperlihatkan ponselnya. Terlihat di layar ponsel Ayu sedang memasang dasi Mihran. Nampak mesra. Adegan itu membuat Eliza cemburu dan murka."Di mana dia sekarang?" tanya Eliza ketus."Di bawa Bapak pergi, Bu," jawab Ijah.------Mobil yang dikendarai Mihran akhirnya berhenti di sebuah pet shop. Mihran dan Ayu akhirnya turun dari mobil Chevrolet hitam itu."Kita mau ngapain ke sini,
Sejak pingsan di bath-up, Eliza pun langsung mandi dan mengeringkan rambutnya. Di depan cermin, ia menggerutu memaki Ayu yang dianggapnya sebagai dalang ia pingsan."Lihat saja kamu ya. Aku akan tunjukkan siapa ratu di rumah ini yang sebenarnya!" gumam Eliza.Eliza pun langsung ke kamar Dhika. Terlihat ada Ani dan Alia yang sedang menghibur Ayu."Ada apa ini semua ngumpul di sini," tegur Eliza."Ani, kamu di sini digaji buat kerja. Bukan buat ngegosip. Pergi ke dapur sana!" pekik Eliza."Alia, kerjain tugasnya, sekarang!" suruh Eliza. "Tapi ....""Tante laporkan ke ayah, mau kamu?" ancam Alia. Alia pun langsung pergi ke kamarnya.Eliza mencoba menggoda anaknya yang baru saja mandi. Namun, sebuah rencana sudah dipersiapkannya untuk menjebak Ayu dan membuat Mihran membencinya hingga akhirnya mau memecat baby sitter anaknya itu."Kok Dhika masih bau sih? Kamu nih mandiin Dhika nggak sih?" tanya Eliza ketus."Dhika baru mandi kok, Bu. Ini baru saya bersihkan, habis pup," sahut Ayu. Eliz
Eliza panik ketika Dhika menghilang. Ditambah ada ancaman jika Tante Della akan membongkar semua kejahatannya. Ia tidak ingin menyerah. Eliza pun langsung pergi dengan mobilnya.[Ingat El, kamu sudah memasukkan tante ke rumah sakit jiwa. Sekarang waktunya tante akan membongkar semua kejahatan kamu. Tante akan bawa Dhika ke rumah Amaliya biar mereka tahu siapa Dhika sebenarnya.]Eliza yang membaca pesan sang tante langsung sigap membawa kendaraannya dengan laju. Ia tidak ingin kalah cepat hingga semuanya akan hancur."Aku nggak boleh terlambat. Bisa gawat kalau Mihran tahu, habis aku," gumamnya.Mihran dan Ayu yang melihat kepergian Eliza yang pergi dengan terburu-buru pun langsung mengejarnya. Ayu pun memberitahu pada Mihran atas hilangnya Dhika.Di rumah Oma SiskaTante Della akhirnya sampai di rumah mantan mertuanya itu. Ia langsung menaruh box bayi Dhika di depan pintu rumahnya. Ada sebuah surat yang juga ditinggalkan soal rahasia Dhika yang sesungguhnya.Setelah beberapa menit, Dh