Eliza panik ketika Dhika menghilang. Ditambah ada ancaman jika Tante Della akan membongkar semua kejahatannya. Ia tidak ingin menyerah. Eliza pun langsung pergi dengan mobilnya.[Ingat El, kamu sudah memasukkan tante ke rumah sakit jiwa. Sekarang waktunya tante akan membongkar semua kejahatan kamu. Tante akan bawa Dhika ke rumah Amaliya biar mereka tahu siapa Dhika sebenarnya.]Eliza yang membaca pesan sang tante langsung sigap membawa kendaraannya dengan laju. Ia tidak ingin kalah cepat hingga semuanya akan hancur."Aku nggak boleh terlambat. Bisa gawat kalau Mihran tahu, habis aku," gumamnya.Mihran dan Ayu yang melihat kepergian Eliza yang pergi dengan terburu-buru pun langsung mengejarnya. Ayu pun memberitahu pada Mihran atas hilangnya Dhika.Di rumah Oma SiskaTante Della akhirnya sampai di rumah mantan mertuanya itu. Ia langsung menaruh box bayi Dhika di depan pintu rumahnya. Ada sebuah surat yang juga ditinggalkan soal rahasia Dhika yang sesungguhnya.Setelah beberapa menit, Dh
Eliza akhirnya sampai di rumahnya dengan selamat. Malik berhasil menolongnya. Walau masih nampak tegang, Eliza susah lebih mengontrol dirinya."Kamu gimana ceritanya sih bisa diculik sama Tante Della?" tanya Malik."Aku udah bilang, Tante Della itu nggak seharusnya berkeliaran di jalanan. Dia harus segera di bawa ke rumah sakit jiwa," tutur Eliza.Saat itu, Eliza yang berada di dalam bagasi mobil Tante Della berhasil menghubungi Malik. Ia meminta bantuan pada adik Amaliya itu.Flashback[Malik, kamu tolong aku. Aku diculik Tante Della, mau dibunuh. Sekarang aku ada di dalam bagasi mobil.][Kamu ada di mana?][Aku nggak tahu Tante Della mau bawa aku ke mana.][Kamu share lock sekarang!][Aku nggak bisa kirim. Pokoknya kamu sekarang cari keberadaan aku ya.]Malik yang berada di kantornya pun langsung panik saat mengetahui wanita yang dicintainya itu sedang dalam bahaya besar."Tante Della emang gila. Masa keponakan sendiri mau dibunuh. Memang harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa lagi in
Oma Siska dan Alia datang. Kedatangan oma dan Alia membuat Ani sedikit terselamatkan."Ani, kamu mau ke mana?" tanya Oma Siska."Ani dipecat Bu Eliza," sahut Tarjo."Ani tetap harus di sini!" tegas oma."Oma, maaf ya. Di sini aku yang menentukan. Oma nggak ada hak lagi di rumah ini, karena Amaliya sudah nggak ada!" ujar Eliza lantang."Ayah penentu kuasa di rumah ini. Alia telepon ayah dulu," sahut Alia. Eliza pun mulai menggerutu."Anak pungut ini keterlaluan, nggak tahu diri!"Alia pun akhirnya mencoba menghubungi ayahnya. Mihran pun akhirnya mengangkat telepon sang putri.[Ayah, Mbak Ani dipecat. Sekarang Mbak Ani diusir dari rumah sama Tante Eliza.]Eliza yang sudah tahu akan ending pemecatan Ani ini pun langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah kesal diikuti Ijah. "Dasar anak pungut tukang pengaduan!" gerutu Eliza.Benar saja dugaannya, ponselnya berdering dan Mihran tertera di layar memanggil."Tuh kan. Mihran nelpon!" gerutu Eliza. Eliza pun terpaksa mengangkat telepon suam
Alia terus membujuk Ayahnya agar tetap mempekerjakan Mbak Ani di rumah mereka. Begitupun Amaliya, yang juga berusaha agar Ani tidak dipecat. Walau tidak bisa frontal, karena ia adalah Ayu."Pak, sebaiknya Ani jangan dipecat. Kasihan Alia," tutur Ayu. Eliza pun langsung berang."Jangan ikut campur kamu!" bentak Eliza.Di dalam kamarnya, Oma akhirnya bangun dari pingsannya. Arumi dan juga Indah yang sempat khawatir kini bisa bernapas lega."Alhamdulillah, Oma akhirnya sadar juga," ucap Indah. Arumi pun nampak bahagia. Tangis keduanya pun pecah."Air mata kalian tidak bisa membuat suami kalian kembali. Sekarang kalian tahu kan, seberapa jahatnya mereka. Kita sekarang harus bersatu untuk merebut suami-suami kalian kembali," tutur Oma Siska tegas. Ia tidak ingin jika menantu dan cucu mantunya itu menangis seperti kisahnya dengan opa dulu.Mihran pun mulai memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya. Demi Alia, yang akan bertambah terluka jika harus kehilangan lagi orang yang disayanginy
"Apa, kata dokter, sel kanker aku udah sembuh?" tanya Eliza."Alhamdulillah ya Allah. Akhirnya aku sembuh. Ini pasti karena pengobatan alternatif yang aku jalani, Mihran. Ya Allah, terimakasih ya Allah ...." ucap Eliza mengucap syukur."Stop drama kamu!""Kamu kenapa sih, Mihran? Kamu nggak senang aku sembuh. Kamu itu harusnya senang aku sembuh. Kamu itu suami macam apa, Mihran, yang nggak senang kalau istrinya itu sembuh!" pekik Eliza. Mihran pun tidak bereaksi apapun.Malik di rumahnya berusaha menghubungi Eliza. Namun, hasilnya nihil. Eliza tidak mengangkat teleponnya. Malik yang sudah terjebak dengan permainan Eliza pun kembali tergila-gila pada istri kedua Mihran itu."Eliza kenapa nggak angkat telepon gue ya?" gumam Malik."Gue jadi nggak enak. Apa penyakitnya semakin parah? Oh ya, Ijah kan udah ikut Eliza ke tempat Mihran. Gue telepon Ijah aja," ujar Malik. Malik akhirnya menghubungi asisten kepercayaan Eliza itu.[Halo.][Halo, Ijah. Ini saya Malik. Kamu bisa nggak kasih telep
Alia yang melihat ayahnya bersedih pun mencoba menghibur Mihran yang masih termenung di meja makan."Ayah kenapa?" tanya Alia."Ayah sedih ya. Ya udah, kita main sama Dhika aja ya," seru Alia. Alia pun langsung menarik tangan Mihran ke kamar Dhika."Loh, Dhika ke mana?" tanya Alia. Mihran hanya diam membisu menahan air matanya.Tidak lama, Ayu pun ikut masuk ke dalam kamar Dhika. Alia pun langsung menghampiri baby sitter Dhika itu dan bertanya ke mana sang adik."Tante Ayu, Dhika ke mana?" tanya Alia. Ayu pun hanya diam. Alia pun kembali bertanya pada sang ayah. Dan sebuah jawaban membuat Alia kecewa."Kenapa Dhika dibawa Tante Eliza? Alia sayang sama Dhika, Ayah ...." tutur Alia terisak.Mihran hanya bisa memeluk putri sulungnya itu penuh erat. Ia pun merasakan hal yang sama. Kehilangan Dhika.Tiba-tiba Ayu ditarik paksa keluar dari kamar Dhika. Ternyata Ijah, asisten kepercayaan Eliza yang masih menjadi mata-matanya."Ayu, kamu masih ngapain di sini? Dhika kan sudah nggak ada di sin
Ridho berada di ruang cempaka 3 rumah sakit Permata. Amaliya sedang terbaring tidak sadarkan diri. Sudah 3 jam lebih, setelah kecelakaan mobil bersama Tante Della.Mata Amaliya pun mulai terbuka perlahan. Wanita yang dicintai Ridho itu akhirnya sadar, walau masih lemah."Ah, syukurlah, Mel. Akhirnya kamu sadar juga. Aku khawatir banget sama kamu," ucap Ridho. Ia bersyukur jika Amaliya mulai pulih."Mel, kamu kenapa nggak kasih tahu aku sih, kalau kamu mau ketemuan sama Eliza? Lihat kayak gini kan akibatnya. Kamu harus kasih tahu aku, apapun yang mau kamu lakukan," tutur Ridho."Kamu nggak bisa bertindak sendiri. Mel, musuh kamu itu sangat berbahaya. Eliza itu sangat berbahaya kalau kamu lawan sendiri. Untung kamu nggak terluka. Untung kamu selamat. Untung kamu ....""Kok kamu tahu aku ada di sini?" tanya Amaliya dengan suara yang masih lemah."Orang rumah sakit yang kasih tahu aku. Dia kasih tahu setelah mengecek ponsel kamu," ungkap Ridho.Amaliya masih merasakan sakit kepala yang ku
Kehadiran Della kembali dalam kehidupan keluarga Oma Siska membuat semuanya berantakan. Terlebih sejak Eliza menikah dengan Mihran. Akhirnya, anak dan cucunya merasakan pahitnya dulu ketika Opa diam-diam menikahi sahabatnya -- Oma Ridho."Sejak kehadiran Della, keluarga kita jadi berantakan. Semuanya menjadi kacau. Mas Taher tergila-gila dengan perempuan licik itu, ibu jadi sakit seperti ini," gerutu Arumi saat mengobrol dengan Oma Siska dan Indah di ruang tamu.Tidak lama, terdengar suara getar dari ponsel milik Arumi. Setelah membacanya ternyata pesan dari Ani."Bu, ini ada pesan dari Ani. Katanya Della koma di rumah sakit Permata," ujar Arumi."Della koma?" ucap Taher dalam hati.Taher yang sejak tadi mendengarkan percakapan keluarganya di ruang tamu pun terkejut ketika mendengar kabar Della --wanita yang sangat dicintainya itu."Della koma?" ucap Oma Siska tersenyum bahagia."Ini jalan keluar dari permasalahan keluarga kamu. Dengan meninggalnya Della, artinya kamu tenang. Taher ng
Permintaan Eliza untuk pindah ke Amerika membuat Mihran dilema. Di satu sisi, ia ingin mempertahankan rumah tangganya bersama Eliza.Mihran tidak ingin gagal. Terlebih harus kehilangan Dhika jika ia tidak bisa menuruti semua keinginan istrinya itu. Hanya berserah pada Allah dan berdoa, tempatnya mencurahkan semua kegelisahannya."Ya Allah, Engkaulah yang lebih tahu apa yang terbaik buat kami. Jika kepindahan kami ke Amerika itu yang terbaik menurutmu, mudahkanlah ya Allah. Tapi jika itu bukan yang terbaik untuk kami, berikanlah jalan lain agar kami bisa hidup dengan tenang, aamin ...."Mihran menyelesaikan doanya, walau ia belum juga bergerak dari sajadah. Hatinya cemas. Perasaannya tidak menentu. Membayangkan harus tinggal jauh dari Jakarta. "Selama ini aku tinggal di Jakarta, aku selalu teringat Amaliya. Aku nggak bisa move on darinya. Apalagi sekarang ada Ayu yang sangat mirip dengan Amaliya.""Aku nggak boleh tergoda sama Ayu. Aku kapok. Aku nggak mau mengkhianati istriku lagi.
Arumi mencoba membujuk suaminya. Ia berharap jika sang suami mengubah keputusannya untuk mengajukan gugatan perceraian me pengadilan agama."Mas, tolong pikirkan lagi keputusan kamu, Mas," pinta Arumi memelas. Namun, sepertinya keputusan Taher sudah tak bisa diubah."Maafkan aku, Arumi. Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengurus arsip perceraian kita agar aku juga bisa mengesahkan pernikahan aku dan Della," tutur Taher tegas.Jawaban suami yang telah didampingi puluhan tahun itu membuat Arumi syok. Ia tidak menyangka, jika suaminya itu lebih memilih cinta masa lalunya."Tega kamu, Mas. Tega kamu melakukan ini sama aku. Bunuh aja aku, Mas. Kamu bunuh aja aku sekalian. Bunuh, Mas!" teriak Arumi histeris.Teriakan Arumi yang terdengar nyaring akhirnya membuat Oma Siska bersama Malik dan Indah masuk ke dalam kamar Arumi. Terlihat pertengkaran itu membuat Arumi telah banjir air mata."Ada apa ini?"Oma Siska pun akhirnya menarik paksa anak lelakinya keluar dari kamar. Sedangkan Indah berus
Arumi yang mulai membaik akhirnya diijinkan pulang. Ditemani anak dsn menantunya, Arumi pulang ke rumah Oma Siska. Sesampainya di rumah, Oma pun menyambut hangat kedatangan anak perempuannya.Walau sudah ditalak oleh Taher, Arumi tetap tinggal di kediaman Oma Siska. Itu demi memenuhi keinginan mama mertuanya itu, setelah puluhan tahun menikah dengan Taher, Arumi telah dianggap anak oleh Oma Siska."Ma, mama istirahat di kamar dulu ya," ujar Indah. Indah pun memapah mama mertuanya untuk masuk ke kamarnya."Mama istirahat di sini dulu ya, Indah mau ambilkan makanan buat mama dulu," ujar Indah. Namun, belum saja melangkah Arumi langsung menarik tangan menantu perempuannya itu."Enggak usah, Indah. Mama enggak mau makan," sahut Arumi."Tapi mama harus makan, biar keadaan mama cepat pulih," bujuk Indah."Untuk apa, Indah? Toh mama sakit, papa kamu tidak perduli sama sekali. Sekalipun tidak mau menjenguk mama di rumah sakit," jawab Arumi dengan tatapan mata yang kosong.Indah pun terdiam. I
"Mel, kamu kok ke sini nggak bilang-bilang dulu?" ucap Ridho yang kaget melihat kedatangan Amaliya ke kantornya.Amaliya yang emosi mengetahui mamanya di celakai oleh Eliza pun mendatangi kantor Ridho dan ingin mengakhiri semuanya."Penyamaran ini harus segera di akhiri. Ini sudah terlalu lama, Ridho!" ucap Amaliya emosi."Kamu kenapa, Mel?""Eliza berusaha mencelakai mamaku. Kalau dia nekat, bisa aja dia membunuh mama sama seperti yang dia lakukan padaku. Aku nggak mau itu terjadi. Lebih baik kita akhiri semua penyamaran ini," tutur Amaliya."Enggak, Mel. Kamu harus bersabar. Sekarang ini aku sedang menyelidiki siapa Dhika sebenarnya. Karena aku yakin, Dhika bukan anak kandung Eliza," sahut Ridho.Ridho berusaha meyakinkan Amaliya. Menyusun kembali rencana agar mamanya bisa selamat tanpa harus membongkar penyamaran ini."Kamu harus sabar. Semua yang kita lakukan akan sia-sia kalau kita bongkar sekarang, Mel!" tegas Ridho.Della akhirnya sampai di rumah yang ditinggalinya. Rumah milik
Bayangan itu kembali datang dalam ingatannya. Bagaimana menderitanya Oma Alia dan Mama Ainun saat harus terusir dari kehidupan Opa. Oma Siska sudah membuat keluarganya hancur berantakan. Bahkan. harus merasakan pedihnya terusir ke sana dan ke sini."Tidak. Dendam ini harus tetap ku lanjutkan. Aku enggak boleh menghentikan semua ini demi cintaku pada Amaliya. Aku harus tetap menjalankan semua rencana yang sudah ku susun," gumam Ridho.Indah akhirnya mencoba menghubungi suaminya untuk memberitahu soal kondisi mama mertuanya.[Halo, Mas. Mas, kamu di mana? Papa sudah menjatuhkan talak sama mama.][Papa talak mama, Indah?][Iya, Mas. Sekarang mama syok banget. Kamu cepat pulang ya, Mas. Kasih kekuatan sama mama. Aku nggak tega lihat kondisi mama sekarang.]Malik langsung mematikan teleponnya. Ia bergegas mendatangi ruangan papanya.Di ruangannya Taher sedang memandangi bingkai foto. Foto dirinya dan Arumi di saat masih bahagia."Sebenarnya aku berat harus berpisah dari Arumi. Sudah belasa
Della akhirnya sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani beberapa pemeriksaan dan hasilnya baik. Taher pun bersama Eliza terpaksa membawa Della ke rumah Taher yang lainnya. Itu karena Della masih meyakini jika ia istri Taher."Sementara ini biar tante kamu tinggal di sini. Tapi sebisa mungkin kamu nggak tinggal serumah. Setelah dua tertidur, saya akan pulang ke rumah yang lain. Pokoknya kamu tenang saja, tante kamu akan aman di sini," seru papa Amaliya itu."Baik, Om. Saya percayakan semuanya sama om ya," jawab Eliza tersenyum."Saya harus balik ke kantor dulu. Saya titip Della ya," pamit Taher yang bergegas pergi ke kantornya.Setelah Taher pergi, Della pun keluar dari kamarnya. Eliza tentu saja mengambil kesempatan yang ada. Hilangnya ingatan sang tante selain membuatnya aman, Eliza juga menyusun sebuah rencana baru."Aku ngerti perasaan tante. Tante yang sabar ya. Aku juga menjadi istri kedua, sama seperti tante," ujar Eliza. Della pun terkejut mendengar pengakuan sang keponaka
Eliza terus mengalihkan agar Mihran membatalkan rencananya pergi ke rumah sakit. Namun, Mihran tetap bersikeras pergi menjenguk Tante Della."Mihran, kayaknya kita besok aja ya. Badanku lagi nggak enak dari tadi," dalih Eliza."Enggak usah. Sekarang aja ya. Kamu siap-siap!" pungkas Mihran. Eliza pun tidak dapat berkata apapun. Ia hanya bisa menggerutu dalam hati dsn berpikir bagaimana caranya agar rahasia itu tetap aman."Gimana ini, kalau Mihran ketemu Tante Della, bisa gawat. Kacau semuanya!" gumam Eliza dalam hati.Ani pun mencoba diam-diam mendatangi kamar Ayu. Ia harus menyelinap memberitahu sebuah informasi tentang sadarnya Tante Della."Yu, aku ada berita penting," ungkap Ani."Info apa?" tanya Ayu penasaran."Tante Della udah sadar. Sekarang Pak Mihran dan Bu Eliza sedang menuju rumah sakit. Yu, udah dulu ya. Ani mau kerja lagi, takut Ijah tahu bisa ngadu dia nanti," ujar Ani yang langsung meninggalkan kamar Ayu.Setelah memastikan Ani keluar dari kamarnya, Amaliya pun mengam
Seperti dugaan Eliza, Mihran memang mencurigainya dan mulai menginterogasinya. Bahkan tekanan Mihran membuatnya sulit menutupi kepanikannya."Kamu curiga kalau Dhika itu bukan anak aku, sama seperti kakaknya Ayu?" pekik Eliza."Siapapun yang melihat kamu, pasti akan berkata yang sama. Kamu itu nggak bisa dekat dengan anak kandung kamu sendiri," cecar Mihran."Jadi mulai sekarang, kamu dekati Dhika. Ambil hatinya," suruh Mihran. Mihran pun bergegas masuk ke dalam kamarnya.Eliza pun mulai geram. Karena kata-kata Mihran, ia jadi dicurigai suaminya sendiri."Enggak adiknya, enggak kakaknya, sama saja bikin kesal!" gerutu Eliza."Semua rencana aku jadi berantakan!"-------Setelah berada di dalam kamarnya, Amaliya pun mencoba menghubungi Ridho untuk mempertanyakan soal kata-katanya yang justru semakin membuat Eliza akan membencinya.[Halo, Ridho. Maksud kamu apa sih tadi ngomong gitu sama Eliza?][Oh, aku sengaja ngomong gitu biar Mihran curiga. Aku juga ingin memancing emosi Eliza. Biar
Amaliya terus berpikir caranya keluar dari kamar sempit dan pengap ini. Memperhatikan sekeliling hingga akhirnya ia melihat sebuah jendela kecil. Amaliya akhirnya menggunakan sebuah meja kecil yang ada di dalam kamar untuk naik dan berusaha keluar melalui jendela kecil itu.Karena suara berisik dari dalam kamar, membuat kedua anak buah Eliza curiga dan akhirnya membuka pintu kamar yang terkunci."Heh, jangan kabur, luh!" teriak seorang pria bertubuh tinggi besar itu.Amaliya pun berhasil loncat keluar dan kabur meninggalkan rumah sempit tempat penyekapan. Namun, kedua anak buah Eliza tidak begitu saja menyerah. Keduanya pun mengejar Amaliya yang berlari sekuat tenaga. Sayangnya mereka pun berhasil menarik paksa Amaliya kembali."Lepaskan saya!"Amaliya terus berontak ketika kedua preman itu membawa paksa untuk kembali ke rumah penyekapan. Tiba-tiba ada 2 pria bertubuh tinggi besar datang menyelamatkannya. Kedua anak buah Eliza pun dibuat kocar-kacir setelah kalah baki hantam."Kalian