Ridho akhirnya berhasil memancing kemarahan Eliza. Ayu hanya terdiam. Mihran pun tidak dapat berkata apapun ketika Ridho terus menekan istrinya."Lancang kamu!"Ridho pun berhasil menepis tangan Eliza yang hendak menamparnya. Eliza benar-benar terpancing."Ayu hanya ingin bekerja dengan tulus. Dia rela menjadi baby sitter karena menutupi kesedihan kehilangan bayinya. Tapi kalau kamu bilang Ayu ingin merebut suami kamu, saya nggak terima. Sangat tidak terima!" hardik Ridho."Dan kalau suami kamu benar-benar mencintai kamu, dia tidak akan pernah berpaling ke wanita lain. Kecuali dijebak!" sindir Ridho."Ayo, kita pergi dari sini. Mending nggak usah!" pekik Eliza yang langsung menarik tangan suaminya keluar dari rumah kontrakan Ayu.Ayu pun panik. Ia khawatir jika cara Ridho justru mengorbankan Dhika. Ayu alias tidak ingin bayi tidak berdosa itu yang menjadi korbannya."Ridho, kamu kenapa sih harus pakai syarat seperti itu?" tanya Ayu."Udah, kamu tenang aja. Gimana kalau Dhika ...." jaw
Mihran tetap tidak perduli. Ia tetap dengan keputusannya untuk membawa Dhika ke rumah Ayu."Mihran, tunggu. Aku yakin Dhika akan terbiasa kok dan Dhika akan baik-baik aja," dalih Eliza yang enggan jika Ayu kembali ke rumahnya menjadi baby sitter Dhika."Kamu suruh aku sabar melihat anak kita kayak begini? Lihat El, lihat! Kamu ini kan ibunya Dhika. Kenapa kamu seperti nggak punya perasaan sayang sama sekali ke Dhika?" cecar Mihran. Ia mulai curiga, apa yang terjadi dengan istrinya itu."Meskipun kamu melarang aku, aku tetap akan membawa Dhika ke Ayu, ibu ASI-nya. Maaf. Kalau aku sudah melanggar perjanjian kita. Ini semua demi Dhika!" tegas Mihran."Aku nggak mau!" balas Eliza tidak kalah lantangnya."Eliza, Ayu itu hanya akan menjadi ibu ASI-nya Dhika. Bukan baby sitter," ujar Mihran mempertegas keputusannya."Aku tetap nggak setuju. Kamu nggak dengar hinaan Ridho ke aku?" sahut Eliza kesal."Hinaan apa? Memang benar kan. Kamu yang pertama kali menggoda aku. Padahal kamu tahu, aku ini
"Apa betul, Bapak dengan Bu Eliza akan bercerai?" tanya Ayu.Mihran diam tidak menjawab apapun. Ridho yang sejak tadi menguping dari balik tembok pun kaget mendengar pertanyaan Amaliya pada suaminya itu."Jika benar Mihran akan bercerai dengan Eliza, Ayu pasti akan kembali ke rumah Mihran sebagai Amaliya. Itu artinya, aku akan kehilangan Amaliya selamanya ...." ucap Ridho dalam hati."Enggak!"Eliza tiba-tiba masuk dan memecah kebisuan Mihran. Mihran pun terkejut mengetahui istrinya itu datang ke rumah Ayu, mantan baby sitter-nya."Aku dan Mihran tidak akan bercerai. Karena mulai besok, kamu akan bekerja kembali menjadi baby sitter-nya Dhika," ucap Eliza lantang.Mihran pun terkejut mendengar keputusan istrinya. Ia tidak menyangka jika Eliza bisa berubah begitu cepat. Namun, akhirnya ia senang karena Dhika tidak akan menangis mencari ibu susunya lagi."Aku senang, akhirnya kamu mau mengalah demi Dhika," ujar Mihran."Ya, aku akan menahan perasaan aku demi Dhika. Aku harus menahan ting
Eliza begitu sumringah membawa Dhika dalam gendongannya. Dengan menghabisi nyawa Dhika, ia bisa lepas dari semua permasalahannya."Dengan Dhika menyusul Amaliya, hidupku akan tenang," ucap Eliza tersenyum bahagia.Kedua anak buah Eliza akhirnya kembali membawa Ayu dengan paksa. Walau berusaha berontak, tenaganya kalau dengan 2 pria bertubuh besar itu."Lepasin, lepasin!" teriak Ayu berontak.Mobil yang dikendarai Eliza akhirnya sampai di sebuah pedesaan yang agak terpencil. Ia akan menjalankan aksinya. Melenyapkan Dhika.Eliza pun keluar dari kamarnya. Ia membuka bagasi mobil. Di sanalah ia menaruh Dhika saat dalam perjalanan sejak meninggalkan mall."Tinggal aku bekap bayi ini, gampang kan,," tutur Eliza.Ketika hendak melakukan aksi jahatnya pada Dhika, tiba-tiba Dhika menangis histeris hingga beberapa warga yang berada tidak jauh langsung menghampirinya."Bu, anaknya kenapa? Lagi sakit? Kok didiamkan aja sih?!" celetuk seorang warga."I,-iya. Ini mau saya bawa ke rumah sakit," jaw
Amaliya terus berpikir caranya keluar dari kamar sempit dan pengap ini. Memperhatikan sekeliling hingga akhirnya ia melihat sebuah jendela kecil. Amaliya akhirnya menggunakan sebuah meja kecil yang ada di dalam kamar untuk naik dan berusaha keluar melalui jendela kecil itu.Karena suara berisik dari dalam kamar, membuat kedua anak buah Eliza curiga dan akhirnya membuka pintu kamar yang terkunci."Heh, jangan kabur, luh!" teriak seorang pria bertubuh tinggi besar itu.Amaliya pun berhasil loncat keluar dan kabur meninggalkan rumah sempit tempat penyekapan. Namun, kedua anak buah Eliza tidak begitu saja menyerah. Keduanya pun mengejar Amaliya yang berlari sekuat tenaga. Sayangnya mereka pun berhasil menarik paksa Amaliya kembali."Lepaskan saya!"Amaliya terus berontak ketika kedua preman itu membawa paksa untuk kembali ke rumah penyekapan. Tiba-tiba ada 2 pria bertubuh tinggi besar datang menyelamatkannya. Kedua anak buah Eliza pun dibuat kocar-kacir setelah kalah baki hantam."Kalian
Seperti dugaan Eliza, Mihran memang mencurigainya dan mulai menginterogasinya. Bahkan tekanan Mihran membuatnya sulit menutupi kepanikannya."Kamu curiga kalau Dhika itu bukan anak aku, sama seperti kakaknya Ayu?" pekik Eliza."Siapapun yang melihat kamu, pasti akan berkata yang sama. Kamu itu nggak bisa dekat dengan anak kandung kamu sendiri," cecar Mihran."Jadi mulai sekarang, kamu dekati Dhika. Ambil hatinya," suruh Mihran. Mihran pun bergegas masuk ke dalam kamarnya.Eliza pun mulai geram. Karena kata-kata Mihran, ia jadi dicurigai suaminya sendiri."Enggak adiknya, enggak kakaknya, sama saja bikin kesal!" gerutu Eliza."Semua rencana aku jadi berantakan!"-------Setelah berada di dalam kamarnya, Amaliya pun mencoba menghubungi Ridho untuk mempertanyakan soal kata-katanya yang justru semakin membuat Eliza akan membencinya.[Halo, Ridho. Maksud kamu apa sih tadi ngomong gitu sama Eliza?][Oh, aku sengaja ngomong gitu biar Mihran curiga. Aku juga ingin memancing emosi Eliza. Biar
Eliza terus mengalihkan agar Mihran membatalkan rencananya pergi ke rumah sakit. Namun, Mihran tetap bersikeras pergi menjenguk Tante Della."Mihran, kayaknya kita besok aja ya. Badanku lagi nggak enak dari tadi," dalih Eliza."Enggak usah. Sekarang aja ya. Kamu siap-siap!" pungkas Mihran. Eliza pun tidak dapat berkata apapun. Ia hanya bisa menggerutu dalam hati dsn berpikir bagaimana caranya agar rahasia itu tetap aman."Gimana ini, kalau Mihran ketemu Tante Della, bisa gawat. Kacau semuanya!" gumam Eliza dalam hati.Ani pun mencoba diam-diam mendatangi kamar Ayu. Ia harus menyelinap memberitahu sebuah informasi tentang sadarnya Tante Della."Yu, aku ada berita penting," ungkap Ani."Info apa?" tanya Ayu penasaran."Tante Della udah sadar. Sekarang Pak Mihran dan Bu Eliza sedang menuju rumah sakit. Yu, udah dulu ya. Ani mau kerja lagi, takut Ijah tahu bisa ngadu dia nanti," ujar Ani yang langsung meninggalkan kamar Ayu.Setelah memastikan Ani keluar dari kamarnya, Amaliya pun mengam
Della akhirnya sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani beberapa pemeriksaan dan hasilnya baik. Taher pun bersama Eliza terpaksa membawa Della ke rumah Taher yang lainnya. Itu karena Della masih meyakini jika ia istri Taher."Sementara ini biar tante kamu tinggal di sini. Tapi sebisa mungkin kamu nggak tinggal serumah. Setelah dua tertidur, saya akan pulang ke rumah yang lain. Pokoknya kamu tenang saja, tante kamu akan aman di sini," seru papa Amaliya itu."Baik, Om. Saya percayakan semuanya sama om ya," jawab Eliza tersenyum."Saya harus balik ke kantor dulu. Saya titip Della ya," pamit Taher yang bergegas pergi ke kantornya.Setelah Taher pergi, Della pun keluar dari kamarnya. Eliza tentu saja mengambil kesempatan yang ada. Hilangnya ingatan sang tante selain membuatnya aman, Eliza juga menyusun sebuah rencana baru."Aku ngerti perasaan tante. Tante yang sabar ya. Aku juga menjadi istri kedua, sama seperti tante," ujar Eliza. Della pun terkejut mendengar pengakuan sang keponaka