Taher akhirnya pulang ke rumahnya setelah memastikan Della aman di salah satu rumahnya. "Mas, kamu dari mana aja sih jam segini baru pulang. Kamu habis ketemu sama Della?" tanya Arumi."Kamu ini selalu aja curiga. Suami baru pulang udah dikasih pertanyaan gini. Aku ini habis meeting dengan klien di luar kantor. Makanya baru pulang. Ma, kalau kamu curiga terus, aku bisa bosan. Udah, aku capek. Mau istirahat!" gertak Taher yang langsung masuk ke kamarnya."Aku merasa ada yang sedang disembunyikan Mas Taher. Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," gumam Arumi dalam hati.Keesokan hariPagi itu seperti biasanya Arumi memastikan menu sarapan sudah rapih tersedia di meja makan. Namun, tidak seperti biasanya Taher pergi lebih awal."Mas, kamu mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Arumi yang masih curiga dengan tingkah sang suami."Kamu ini ya, selalu aja nanya ke mana aku pergi. Pagi ini aku ada meeting penting. Aku harus buru-buru ke kantor. Udah ya, aku pergi dulu," pamit Taher y
Mihran dan Eliza akhirnya meninggalkan taman setelah memastikan jika Ridho dan Ayu tidak melakukan hal yang mencurigakan."Lain kali, kamu hati-hati ya. Untung aja kita tahu kalau mereka mengikuti. Kalau nggak, semua obrolan penting kita akan ketahuan," ujar Ridho."Iya, maaf ya ...." jawab Amaliya."Enggak apa-apa, Mel.""Aku lihat tadi Mihran udah benar-benar mencintai kamu ya. Dia kelihatan cemburu," ujar Ridho.Amaliya tersenyum. Ia mulai merasakan getar cinta itu kembali. Mihran mencintainya."Tahu nggak sih, Dho, tiap kali Mihran menatap Ayu, membela Ayu, rasanya tuh aku terbang. Tapi aku sadar, dia mencintai Ayu, bukan Amaliya," ujar Amaliya tertunduk."Mihran yang sekarang, bukan Mihran yang ku kenal dulu. Dia sudah berubah. Mihran sekarang tidak bisa setia. Begitu mudah dia melupakan Amaliya, yang dia bilang sangat dicintainya," ucap Amaliya menunduk. Ada rasa kecewa yang tertahan."Kamu nggak usah sedih. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Mihran melihat Amaliya di diri kam
Ani terpaksa mengasuh Dhika pagi ini. Ayu diminta ikut Mihran hingga setelah menuntaskan pekerjaannya di dapur, giliran ia meninabobokan Dhika di kamarnya."Ani, kenapa kamu yang mengurus Dhika? Si Ayu ke mana?" tanya Tarjo ketika melihat Ani berada di kamar Dhika."Ikut Pak Mihran, enggak tahu deh ke mana," sahut Ani.Dhika pun nampak anteng. Setelah diberi asi, ia pun tertidur di ranjangnya.Ijah pun berlari ke kamar Eliza. Ia mengetuk pintu dengan kencang hingga membuat sang majikan marah."Kamu kenapa sih, Jah?" ujar Eliza ketus ketika membuka pintu kamarnya."Ibu harus lihat ini, Bu," ujar Ijah saat memperlihatkan ponselnya. Terlihat di layar ponsel Ayu sedang memasang dasi Mihran. Nampak mesra. Adegan itu membuat Eliza cemburu dan murka."Di mana dia sekarang?" tanya Eliza ketus."Di bawa Bapak pergi, Bu," jawab Ijah.------Mobil yang dikendarai Mihran akhirnya berhenti di sebuah pet shop. Mihran dan Ayu akhirnya turun dari mobil Chevrolet hitam itu."Kita mau ngapain ke sini,
Sejak pingsan di bath-up, Eliza pun langsung mandi dan mengeringkan rambutnya. Di depan cermin, ia menggerutu memaki Ayu yang dianggapnya sebagai dalang ia pingsan."Lihat saja kamu ya. Aku akan tunjukkan siapa ratu di rumah ini yang sebenarnya!" gumam Eliza.Eliza pun langsung ke kamar Dhika. Terlihat ada Ani dan Alia yang sedang menghibur Ayu."Ada apa ini semua ngumpul di sini," tegur Eliza."Ani, kamu di sini digaji buat kerja. Bukan buat ngegosip. Pergi ke dapur sana!" pekik Eliza."Alia, kerjain tugasnya, sekarang!" suruh Eliza. "Tapi ....""Tante laporkan ke ayah, mau kamu?" ancam Alia. Alia pun langsung pergi ke kamarnya.Eliza mencoba menggoda anaknya yang baru saja mandi. Namun, sebuah rencana sudah dipersiapkannya untuk menjebak Ayu dan membuat Mihran membencinya hingga akhirnya mau memecat baby sitter anaknya itu."Kok Dhika masih bau sih? Kamu nih mandiin Dhika nggak sih?" tanya Eliza ketus."Dhika baru mandi kok, Bu. Ini baru saya bersihkan, habis pup," sahut Ayu. Eliz
Eliza panik ketika Dhika menghilang. Ditambah ada ancaman jika Tante Della akan membongkar semua kejahatannya. Ia tidak ingin menyerah. Eliza pun langsung pergi dengan mobilnya.[Ingat El, kamu sudah memasukkan tante ke rumah sakit jiwa. Sekarang waktunya tante akan membongkar semua kejahatan kamu. Tante akan bawa Dhika ke rumah Amaliya biar mereka tahu siapa Dhika sebenarnya.]Eliza yang membaca pesan sang tante langsung sigap membawa kendaraannya dengan laju. Ia tidak ingin kalah cepat hingga semuanya akan hancur."Aku nggak boleh terlambat. Bisa gawat kalau Mihran tahu, habis aku," gumamnya.Mihran dan Ayu yang melihat kepergian Eliza yang pergi dengan terburu-buru pun langsung mengejarnya. Ayu pun memberitahu pada Mihran atas hilangnya Dhika.Di rumah Oma SiskaTante Della akhirnya sampai di rumah mantan mertuanya itu. Ia langsung menaruh box bayi Dhika di depan pintu rumahnya. Ada sebuah surat yang juga ditinggalkan soal rahasia Dhika yang sesungguhnya.Setelah beberapa menit, Dh
Eliza akhirnya sampai di rumahnya dengan selamat. Malik berhasil menolongnya. Walau masih nampak tegang, Eliza susah lebih mengontrol dirinya."Kamu gimana ceritanya sih bisa diculik sama Tante Della?" tanya Malik."Aku udah bilang, Tante Della itu nggak seharusnya berkeliaran di jalanan. Dia harus segera di bawa ke rumah sakit jiwa," tutur Eliza.Saat itu, Eliza yang berada di dalam bagasi mobil Tante Della berhasil menghubungi Malik. Ia meminta bantuan pada adik Amaliya itu.Flashback[Malik, kamu tolong aku. Aku diculik Tante Della, mau dibunuh. Sekarang aku ada di dalam bagasi mobil.][Kamu ada di mana?][Aku nggak tahu Tante Della mau bawa aku ke mana.][Kamu share lock sekarang!][Aku nggak bisa kirim. Pokoknya kamu sekarang cari keberadaan aku ya.]Malik yang berada di kantornya pun langsung panik saat mengetahui wanita yang dicintainya itu sedang dalam bahaya besar."Tante Della emang gila. Masa keponakan sendiri mau dibunuh. Memang harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa lagi in
Oma Siska dan Alia datang. Kedatangan oma dan Alia membuat Ani sedikit terselamatkan."Ani, kamu mau ke mana?" tanya Oma Siska."Ani dipecat Bu Eliza," sahut Tarjo."Ani tetap harus di sini!" tegas oma."Oma, maaf ya. Di sini aku yang menentukan. Oma nggak ada hak lagi di rumah ini, karena Amaliya sudah nggak ada!" ujar Eliza lantang."Ayah penentu kuasa di rumah ini. Alia telepon ayah dulu," sahut Alia. Eliza pun mulai menggerutu."Anak pungut ini keterlaluan, nggak tahu diri!"Alia pun akhirnya mencoba menghubungi ayahnya. Mihran pun akhirnya mengangkat telepon sang putri.[Ayah, Mbak Ani dipecat. Sekarang Mbak Ani diusir dari rumah sama Tante Eliza.]Eliza yang sudah tahu akan ending pemecatan Ani ini pun langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah kesal diikuti Ijah. "Dasar anak pungut tukang pengaduan!" gerutu Eliza.Benar saja dugaannya, ponselnya berdering dan Mihran tertera di layar memanggil."Tuh kan. Mihran nelpon!" gerutu Eliza. Eliza pun terpaksa mengangkat telepon suam
Alia terus membujuk Ayahnya agar tetap mempekerjakan Mbak Ani di rumah mereka. Begitupun Amaliya, yang juga berusaha agar Ani tidak dipecat. Walau tidak bisa frontal, karena ia adalah Ayu."Pak, sebaiknya Ani jangan dipecat. Kasihan Alia," tutur Ayu. Eliza pun langsung berang."Jangan ikut campur kamu!" bentak Eliza.Di dalam kamarnya, Oma akhirnya bangun dari pingsannya. Arumi dan juga Indah yang sempat khawatir kini bisa bernapas lega."Alhamdulillah, Oma akhirnya sadar juga," ucap Indah. Arumi pun nampak bahagia. Tangis keduanya pun pecah."Air mata kalian tidak bisa membuat suami kalian kembali. Sekarang kalian tahu kan, seberapa jahatnya mereka. Kita sekarang harus bersatu untuk merebut suami-suami kalian kembali," tutur Oma Siska tegas. Ia tidak ingin jika menantu dan cucu mantunya itu menangis seperti kisahnya dengan opa dulu.Mihran pun mulai memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya. Demi Alia, yang akan bertambah terluka jika harus kehilangan lagi orang yang disayanginy