Ani terpaksa mengasuh Dhika pagi ini. Ayu diminta ikut Mihran hingga setelah menuntaskan pekerjaannya di dapur, giliran ia meninabobokan Dhika di kamarnya."Ani, kenapa kamu yang mengurus Dhika? Si Ayu ke mana?" tanya Tarjo ketika melihat Ani berada di kamar Dhika."Ikut Pak Mihran, enggak tahu deh ke mana," sahut Ani.Dhika pun nampak anteng. Setelah diberi asi, ia pun tertidur di ranjangnya.Ijah pun berlari ke kamar Eliza. Ia mengetuk pintu dengan kencang hingga membuat sang majikan marah."Kamu kenapa sih, Jah?" ujar Eliza ketus ketika membuka pintu kamarnya."Ibu harus lihat ini, Bu," ujar Ijah saat memperlihatkan ponselnya. Terlihat di layar ponsel Ayu sedang memasang dasi Mihran. Nampak mesra. Adegan itu membuat Eliza cemburu dan murka."Di mana dia sekarang?" tanya Eliza ketus."Di bawa Bapak pergi, Bu," jawab Ijah.------Mobil yang dikendarai Mihran akhirnya berhenti di sebuah pet shop. Mihran dan Ayu akhirnya turun dari mobil Chevrolet hitam itu."Kita mau ngapain ke sini,
Sejak pingsan di bath-up, Eliza pun langsung mandi dan mengeringkan rambutnya. Di depan cermin, ia menggerutu memaki Ayu yang dianggapnya sebagai dalang ia pingsan."Lihat saja kamu ya. Aku akan tunjukkan siapa ratu di rumah ini yang sebenarnya!" gumam Eliza.Eliza pun langsung ke kamar Dhika. Terlihat ada Ani dan Alia yang sedang menghibur Ayu."Ada apa ini semua ngumpul di sini," tegur Eliza."Ani, kamu di sini digaji buat kerja. Bukan buat ngegosip. Pergi ke dapur sana!" pekik Eliza."Alia, kerjain tugasnya, sekarang!" suruh Eliza. "Tapi ....""Tante laporkan ke ayah, mau kamu?" ancam Alia. Alia pun langsung pergi ke kamarnya.Eliza mencoba menggoda anaknya yang baru saja mandi. Namun, sebuah rencana sudah dipersiapkannya untuk menjebak Ayu dan membuat Mihran membencinya hingga akhirnya mau memecat baby sitter anaknya itu."Kok Dhika masih bau sih? Kamu nih mandiin Dhika nggak sih?" tanya Eliza ketus."Dhika baru mandi kok, Bu. Ini baru saya bersihkan, habis pup," sahut Ayu. Eliz
Eliza panik ketika Dhika menghilang. Ditambah ada ancaman jika Tante Della akan membongkar semua kejahatannya. Ia tidak ingin menyerah. Eliza pun langsung pergi dengan mobilnya.[Ingat El, kamu sudah memasukkan tante ke rumah sakit jiwa. Sekarang waktunya tante akan membongkar semua kejahatan kamu. Tante akan bawa Dhika ke rumah Amaliya biar mereka tahu siapa Dhika sebenarnya.]Eliza yang membaca pesan sang tante langsung sigap membawa kendaraannya dengan laju. Ia tidak ingin kalah cepat hingga semuanya akan hancur."Aku nggak boleh terlambat. Bisa gawat kalau Mihran tahu, habis aku," gumamnya.Mihran dan Ayu yang melihat kepergian Eliza yang pergi dengan terburu-buru pun langsung mengejarnya. Ayu pun memberitahu pada Mihran atas hilangnya Dhika.Di rumah Oma SiskaTante Della akhirnya sampai di rumah mantan mertuanya itu. Ia langsung menaruh box bayi Dhika di depan pintu rumahnya. Ada sebuah surat yang juga ditinggalkan soal rahasia Dhika yang sesungguhnya.Setelah beberapa menit, Dh
Eliza akhirnya sampai di rumahnya dengan selamat. Malik berhasil menolongnya. Walau masih nampak tegang, Eliza susah lebih mengontrol dirinya."Kamu gimana ceritanya sih bisa diculik sama Tante Della?" tanya Malik."Aku udah bilang, Tante Della itu nggak seharusnya berkeliaran di jalanan. Dia harus segera di bawa ke rumah sakit jiwa," tutur Eliza.Saat itu, Eliza yang berada di dalam bagasi mobil Tante Della berhasil menghubungi Malik. Ia meminta bantuan pada adik Amaliya itu.Flashback[Malik, kamu tolong aku. Aku diculik Tante Della, mau dibunuh. Sekarang aku ada di dalam bagasi mobil.][Kamu ada di mana?][Aku nggak tahu Tante Della mau bawa aku ke mana.][Kamu share lock sekarang!][Aku nggak bisa kirim. Pokoknya kamu sekarang cari keberadaan aku ya.]Malik yang berada di kantornya pun langsung panik saat mengetahui wanita yang dicintainya itu sedang dalam bahaya besar."Tante Della emang gila. Masa keponakan sendiri mau dibunuh. Memang harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa lagi in
Oma Siska dan Alia datang. Kedatangan oma dan Alia membuat Ani sedikit terselamatkan."Ani, kamu mau ke mana?" tanya Oma Siska."Ani dipecat Bu Eliza," sahut Tarjo."Ani tetap harus di sini!" tegas oma."Oma, maaf ya. Di sini aku yang menentukan. Oma nggak ada hak lagi di rumah ini, karena Amaliya sudah nggak ada!" ujar Eliza lantang."Ayah penentu kuasa di rumah ini. Alia telepon ayah dulu," sahut Alia. Eliza pun mulai menggerutu."Anak pungut ini keterlaluan, nggak tahu diri!"Alia pun akhirnya mencoba menghubungi ayahnya. Mihran pun akhirnya mengangkat telepon sang putri.[Ayah, Mbak Ani dipecat. Sekarang Mbak Ani diusir dari rumah sama Tante Eliza.]Eliza yang sudah tahu akan ending pemecatan Ani ini pun langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah kesal diikuti Ijah. "Dasar anak pungut tukang pengaduan!" gerutu Eliza.Benar saja dugaannya, ponselnya berdering dan Mihran tertera di layar memanggil."Tuh kan. Mihran nelpon!" gerutu Eliza. Eliza pun terpaksa mengangkat telepon suam
Alia terus membujuk Ayahnya agar tetap mempekerjakan Mbak Ani di rumah mereka. Begitupun Amaliya, yang juga berusaha agar Ani tidak dipecat. Walau tidak bisa frontal, karena ia adalah Ayu."Pak, sebaiknya Ani jangan dipecat. Kasihan Alia," tutur Ayu. Eliza pun langsung berang."Jangan ikut campur kamu!" bentak Eliza.Di dalam kamarnya, Oma akhirnya bangun dari pingsannya. Arumi dan juga Indah yang sempat khawatir kini bisa bernapas lega."Alhamdulillah, Oma akhirnya sadar juga," ucap Indah. Arumi pun nampak bahagia. Tangis keduanya pun pecah."Air mata kalian tidak bisa membuat suami kalian kembali. Sekarang kalian tahu kan, seberapa jahatnya mereka. Kita sekarang harus bersatu untuk merebut suami-suami kalian kembali," tutur Oma Siska tegas. Ia tidak ingin jika menantu dan cucu mantunya itu menangis seperti kisahnya dengan opa dulu.Mihran pun mulai memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya. Demi Alia, yang akan bertambah terluka jika harus kehilangan lagi orang yang disayanginy
"Apa, kata dokter, sel kanker aku udah sembuh?" tanya Eliza."Alhamdulillah ya Allah. Akhirnya aku sembuh. Ini pasti karena pengobatan alternatif yang aku jalani, Mihran. Ya Allah, terimakasih ya Allah ...." ucap Eliza mengucap syukur."Stop drama kamu!""Kamu kenapa sih, Mihran? Kamu nggak senang aku sembuh. Kamu itu harusnya senang aku sembuh. Kamu itu suami macam apa, Mihran, yang nggak senang kalau istrinya itu sembuh!" pekik Eliza. Mihran pun tidak bereaksi apapun.Malik di rumahnya berusaha menghubungi Eliza. Namun, hasilnya nihil. Eliza tidak mengangkat teleponnya. Malik yang sudah terjebak dengan permainan Eliza pun kembali tergila-gila pada istri kedua Mihran itu."Eliza kenapa nggak angkat telepon gue ya?" gumam Malik."Gue jadi nggak enak. Apa penyakitnya semakin parah? Oh ya, Ijah kan udah ikut Eliza ke tempat Mihran. Gue telepon Ijah aja," ujar Malik. Malik akhirnya menghubungi asisten kepercayaan Eliza itu.[Halo.][Halo, Ijah. Ini saya Malik. Kamu bisa nggak kasih telep
Alia yang melihat ayahnya bersedih pun mencoba menghibur Mihran yang masih termenung di meja makan."Ayah kenapa?" tanya Alia."Ayah sedih ya. Ya udah, kita main sama Dhika aja ya," seru Alia. Alia pun langsung menarik tangan Mihran ke kamar Dhika."Loh, Dhika ke mana?" tanya Alia. Mihran hanya diam membisu menahan air matanya.Tidak lama, Ayu pun ikut masuk ke dalam kamar Dhika. Alia pun langsung menghampiri baby sitter Dhika itu dan bertanya ke mana sang adik."Tante Ayu, Dhika ke mana?" tanya Alia. Ayu pun hanya diam. Alia pun kembali bertanya pada sang ayah. Dan sebuah jawaban membuat Alia kecewa."Kenapa Dhika dibawa Tante Eliza? Alia sayang sama Dhika, Ayah ...." tutur Alia terisak.Mihran hanya bisa memeluk putri sulungnya itu penuh erat. Ia pun merasakan hal yang sama. Kehilangan Dhika.Tiba-tiba Ayu ditarik paksa keluar dari kamar Dhika. Ternyata Ijah, asisten kepercayaan Eliza yang masih menjadi mata-matanya."Ayu, kamu masih ngapain di sini? Dhika kan sudah nggak ada di sin