Della merasakan penyesalan atas semua dosa-dosanya. Terlebih rasa bersalahnya karena telah menghabisi Amaliya."Ini semua salahku. Aku begini karena dosa-dosaku ...." rintih Della di dalam kamar perawatan di rumah sakit jiwa.Vico -- orang kepercayaan Eliza terus memantau kondisi sang tante di rumah sakit. Bahkan ketika Della tidak lagi meminum obatnya pun ia tahu. Siang itu Vico kembali datang ke rumah sakit jiwa untuk memantau kondisi terkini Tante Della.[Halo, Bu. Saya lagi di rumah sakit sekarang. Bu Della mulai tidak meminum obatnya. Jika terlalu lama seperti ini, bisa bahaya. Dia bisa tenang, karena dia memang tidak sakit.][Dan satu lagi, dia selalu mendengarkan lantunan ayat suci Alquran hingga dia jadi tenang. Apa yang sekarang harus kita lakukan?][Kalau gitu, lakukan plan B. Kamu bakar rumah sakit jiwa itu dan pastikan tante saya meninggal!][Siap, Bu.]------Tanpa membuang waktu, Vico pun langsung menjalankan perintah Eliza itu. Ia langsung membakar gedung rumah sakit ji
"Mihran, kamu nggak percaya kan sama kata-kata Tante Della?" tanya Eliza."Mihran!""Mihran, kenapa kamu diam?" tanya Eliza yang mulai ketakutan jika suaminya itu mempercayai kata-kata sang Tante."Ok, Mihran. Kalau kamu nggak percaya, silakan kamu selidiki sendiri. Apa aku melakukan seperti yang Tante Della katakan!" tekan Eliza."Apa yang harus kulakukan?"------Oma Siska masih di ruang tamu rumahnya mengobrol dengan Arumi serta Indah dan Malik."Kali ini Oma percaya sama Della. Kalau otak pembunuhan Amaliya itu Eliza," ujar Oma Siska.Mihran pun bingung. Entah siapa yang kini harus dipercayainya. Eliza memang tidak sepenuhnya dipercaya, tapi mempercayai kata-kata Tante Della yang mengalami gangguan jiwa juga tidak mungkin."Ini semua pasti gara-gara Ayu!" pekik Eliza."Loh, kenapa jadi Ayu?" sahut Mihran."Mihran, kamu tahu kan. Dia selalu berusaha membuat aku buruk di depan kamu," tutur Eliza."Dia berusaha merebut kamu," cecar Eliza. Mihran pun tertawa mendengar kata-kata istrin
Video viral itu begitu cepat tersebar. Ani pun mendapat informasi soal vitalnya sang majikan dari seorang temannya."Mas Tarjo, coba lihat ini. Video Bu Della semalam viral di sosial media. Ani senang, Mas. Walau Bu Eliza enggak dipenjara, tapi dia sudah dapat sangsi sosial," ujar Ani."Heh! Kalian udah bosan kerja? Mau saya pecat?!" hardik Eliza yang datang dengan wajah penuh amarah."Ini semua pasti gara-gara si Ayu. Ayu ke mana? Ayu, Ayu. Di mana kamu?" teriak Eliza yang mengamuk mencari keberadaan baby sitter anaknya itu."Eh, ini pasti ulah kamu kan. Pasti kamu yang sudah merekam dan menyebarkannya ke sosial media. Ngaku kamu?!" bentak Eliza.Ayu pun bingung. Entah apa yang dimaksud majikannya. Ia pun tidak paham soal video viral itu."Saya nggak tahu, Bu. Saya nggak ngerti maksud Ibu," jawab Ayu."Jangan ngeles kamu!" hardik Ayu.Eliza yang murka pun langsung memaki dan menjambak rambut Ayu. Ani dan Tarjo yang berusaha merelai pun tidak berhasil. Hingga akhirnya Eliza berhasil m
Eliza akhirnya dibawa ke dalam selnya. Oma Siska dan Arumi pun mendatangi Eliza dengan penuh senyum kebahagiaan."Akhirnya, kamu bisa merasakan dinginnya lantai penjara," ujar Oma Siska."Diam kalian!"Tidak lama, Mihran pun akhirnya datang dan mengabarkan jika Ridho akhirnya mau mencabut gugatannya."Ridho akan mencabut gugatannya. Itu juga karena Ayu yang meminta," tutur Mihran."Ah, itu kan memang rencana mereka biar kamu jadi simpatik. Dia itu punya niat jahat sama kita, Mihran!" pekik Eliza."Cukup!"Aku harap kamu tidak melakukannya lagi. Jika sampai ini terulang, aku nggak akan membantu kamu keluar dari penjara!" tegas Mihran."Jadi kamu mau ibu dari anak kamu ini di penjara. Gitu ya, Mihran?" cecar Eliza"Mihran, buka hati kamu. Dia saja bisa melakukan ini pada Ayu. Gimana dengan Amaliya. Dia pasti dalang kematian Amaliya, seperti yang dikatakan Della," sindir Arumi."Jangan samakan Ayu dengan Amaliya. Dia itu hanya baby sitter sedangkan Amaliya itu sahabat aku," sahut Eliza.
Taher akhirnya pulang ke rumahnya setelah memastikan Della aman di salah satu rumahnya. "Mas, kamu dari mana aja sih jam segini baru pulang. Kamu habis ketemu sama Della?" tanya Arumi."Kamu ini selalu aja curiga. Suami baru pulang udah dikasih pertanyaan gini. Aku ini habis meeting dengan klien di luar kantor. Makanya baru pulang. Ma, kalau kamu curiga terus, aku bisa bosan. Udah, aku capek. Mau istirahat!" gertak Taher yang langsung masuk ke kamarnya."Aku merasa ada yang sedang disembunyikan Mas Taher. Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," gumam Arumi dalam hati.Keesokan hariPagi itu seperti biasanya Arumi memastikan menu sarapan sudah rapih tersedia di meja makan. Namun, tidak seperti biasanya Taher pergi lebih awal."Mas, kamu mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Arumi yang masih curiga dengan tingkah sang suami."Kamu ini ya, selalu aja nanya ke mana aku pergi. Pagi ini aku ada meeting penting. Aku harus buru-buru ke kantor. Udah ya, aku pergi dulu," pamit Taher y
Mihran dan Eliza akhirnya meninggalkan taman setelah memastikan jika Ridho dan Ayu tidak melakukan hal yang mencurigakan."Lain kali, kamu hati-hati ya. Untung aja kita tahu kalau mereka mengikuti. Kalau nggak, semua obrolan penting kita akan ketahuan," ujar Ridho."Iya, maaf ya ...." jawab Amaliya."Enggak apa-apa, Mel.""Aku lihat tadi Mihran udah benar-benar mencintai kamu ya. Dia kelihatan cemburu," ujar Ridho.Amaliya tersenyum. Ia mulai merasakan getar cinta itu kembali. Mihran mencintainya."Tahu nggak sih, Dho, tiap kali Mihran menatap Ayu, membela Ayu, rasanya tuh aku terbang. Tapi aku sadar, dia mencintai Ayu, bukan Amaliya," ujar Amaliya tertunduk."Mihran yang sekarang, bukan Mihran yang ku kenal dulu. Dia sudah berubah. Mihran sekarang tidak bisa setia. Begitu mudah dia melupakan Amaliya, yang dia bilang sangat dicintainya," ucap Amaliya menunduk. Ada rasa kecewa yang tertahan."Kamu nggak usah sedih. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Mihran melihat Amaliya di diri kam
Ani terpaksa mengasuh Dhika pagi ini. Ayu diminta ikut Mihran hingga setelah menuntaskan pekerjaannya di dapur, giliran ia meninabobokan Dhika di kamarnya."Ani, kenapa kamu yang mengurus Dhika? Si Ayu ke mana?" tanya Tarjo ketika melihat Ani berada di kamar Dhika."Ikut Pak Mihran, enggak tahu deh ke mana," sahut Ani.Dhika pun nampak anteng. Setelah diberi asi, ia pun tertidur di ranjangnya.Ijah pun berlari ke kamar Eliza. Ia mengetuk pintu dengan kencang hingga membuat sang majikan marah."Kamu kenapa sih, Jah?" ujar Eliza ketus ketika membuka pintu kamarnya."Ibu harus lihat ini, Bu," ujar Ijah saat memperlihatkan ponselnya. Terlihat di layar ponsel Ayu sedang memasang dasi Mihran. Nampak mesra. Adegan itu membuat Eliza cemburu dan murka."Di mana dia sekarang?" tanya Eliza ketus."Di bawa Bapak pergi, Bu," jawab Ijah.------Mobil yang dikendarai Mihran akhirnya berhenti di sebuah pet shop. Mihran dan Ayu akhirnya turun dari mobil Chevrolet hitam itu."Kita mau ngapain ke sini,
Sejak pingsan di bath-up, Eliza pun langsung mandi dan mengeringkan rambutnya. Di depan cermin, ia menggerutu memaki Ayu yang dianggapnya sebagai dalang ia pingsan."Lihat saja kamu ya. Aku akan tunjukkan siapa ratu di rumah ini yang sebenarnya!" gumam Eliza.Eliza pun langsung ke kamar Dhika. Terlihat ada Ani dan Alia yang sedang menghibur Ayu."Ada apa ini semua ngumpul di sini," tegur Eliza."Ani, kamu di sini digaji buat kerja. Bukan buat ngegosip. Pergi ke dapur sana!" pekik Eliza."Alia, kerjain tugasnya, sekarang!" suruh Eliza. "Tapi ....""Tante laporkan ke ayah, mau kamu?" ancam Alia. Alia pun langsung pergi ke kamarnya.Eliza mencoba menggoda anaknya yang baru saja mandi. Namun, sebuah rencana sudah dipersiapkannya untuk menjebak Ayu dan membuat Mihran membencinya hingga akhirnya mau memecat baby sitter anaknya itu."Kok Dhika masih bau sih? Kamu nih mandiin Dhika nggak sih?" tanya Eliza ketus."Dhika baru mandi kok, Bu. Ini baru saya bersihkan, habis pup," sahut Ayu. Eliz
Permintaan Eliza untuk pindah ke Amerika membuat Mihran dilema. Di satu sisi, ia ingin mempertahankan rumah tangganya bersama Eliza.Mihran tidak ingin gagal. Terlebih harus kehilangan Dhika jika ia tidak bisa menuruti semua keinginan istrinya itu. Hanya berserah pada Allah dan berdoa, tempatnya mencurahkan semua kegelisahannya."Ya Allah, Engkaulah yang lebih tahu apa yang terbaik buat kami. Jika kepindahan kami ke Amerika itu yang terbaik menurutmu, mudahkanlah ya Allah. Tapi jika itu bukan yang terbaik untuk kami, berikanlah jalan lain agar kami bisa hidup dengan tenang, aamin ...."Mihran menyelesaikan doanya, walau ia belum juga bergerak dari sajadah. Hatinya cemas. Perasaannya tidak menentu. Membayangkan harus tinggal jauh dari Jakarta. "Selama ini aku tinggal di Jakarta, aku selalu teringat Amaliya. Aku nggak bisa move on darinya. Apalagi sekarang ada Ayu yang sangat mirip dengan Amaliya.""Aku nggak boleh tergoda sama Ayu. Aku kapok. Aku nggak mau mengkhianati istriku lagi.
Arumi mencoba membujuk suaminya. Ia berharap jika sang suami mengubah keputusannya untuk mengajukan gugatan perceraian me pengadilan agama."Mas, tolong pikirkan lagi keputusan kamu, Mas," pinta Arumi memelas. Namun, sepertinya keputusan Taher sudah tak bisa diubah."Maafkan aku, Arumi. Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengurus arsip perceraian kita agar aku juga bisa mengesahkan pernikahan aku dan Della," tutur Taher tegas.Jawaban suami yang telah didampingi puluhan tahun itu membuat Arumi syok. Ia tidak menyangka, jika suaminya itu lebih memilih cinta masa lalunya."Tega kamu, Mas. Tega kamu melakukan ini sama aku. Bunuh aja aku, Mas. Kamu bunuh aja aku sekalian. Bunuh, Mas!" teriak Arumi histeris.Teriakan Arumi yang terdengar nyaring akhirnya membuat Oma Siska bersama Malik dan Indah masuk ke dalam kamar Arumi. Terlihat pertengkaran itu membuat Arumi telah banjir air mata."Ada apa ini?"Oma Siska pun akhirnya menarik paksa anak lelakinya keluar dari kamar. Sedangkan Indah berus
Arumi yang mulai membaik akhirnya diijinkan pulang. Ditemani anak dsn menantunya, Arumi pulang ke rumah Oma Siska. Sesampainya di rumah, Oma pun menyambut hangat kedatangan anak perempuannya.Walau sudah ditalak oleh Taher, Arumi tetap tinggal di kediaman Oma Siska. Itu demi memenuhi keinginan mama mertuanya itu, setelah puluhan tahun menikah dengan Taher, Arumi telah dianggap anak oleh Oma Siska."Ma, mama istirahat di kamar dulu ya," ujar Indah. Indah pun memapah mama mertuanya untuk masuk ke kamarnya."Mama istirahat di sini dulu ya, Indah mau ambilkan makanan buat mama dulu," ujar Indah. Namun, belum saja melangkah Arumi langsung menarik tangan menantu perempuannya itu."Enggak usah, Indah. Mama enggak mau makan," sahut Arumi."Tapi mama harus makan, biar keadaan mama cepat pulih," bujuk Indah."Untuk apa, Indah? Toh mama sakit, papa kamu tidak perduli sama sekali. Sekalipun tidak mau menjenguk mama di rumah sakit," jawab Arumi dengan tatapan mata yang kosong.Indah pun terdiam. I
"Mel, kamu kok ke sini nggak bilang-bilang dulu?" ucap Ridho yang kaget melihat kedatangan Amaliya ke kantornya.Amaliya yang emosi mengetahui mamanya di celakai oleh Eliza pun mendatangi kantor Ridho dan ingin mengakhiri semuanya."Penyamaran ini harus segera di akhiri. Ini sudah terlalu lama, Ridho!" ucap Amaliya emosi."Kamu kenapa, Mel?""Eliza berusaha mencelakai mamaku. Kalau dia nekat, bisa aja dia membunuh mama sama seperti yang dia lakukan padaku. Aku nggak mau itu terjadi. Lebih baik kita akhiri semua penyamaran ini," tutur Amaliya."Enggak, Mel. Kamu harus bersabar. Sekarang ini aku sedang menyelidiki siapa Dhika sebenarnya. Karena aku yakin, Dhika bukan anak kandung Eliza," sahut Ridho.Ridho berusaha meyakinkan Amaliya. Menyusun kembali rencana agar mamanya bisa selamat tanpa harus membongkar penyamaran ini."Kamu harus sabar. Semua yang kita lakukan akan sia-sia kalau kita bongkar sekarang, Mel!" tegas Ridho.Della akhirnya sampai di rumah yang ditinggalinya. Rumah milik
Bayangan itu kembali datang dalam ingatannya. Bagaimana menderitanya Oma Alia dan Mama Ainun saat harus terusir dari kehidupan Opa. Oma Siska sudah membuat keluarganya hancur berantakan. Bahkan. harus merasakan pedihnya terusir ke sana dan ke sini."Tidak. Dendam ini harus tetap ku lanjutkan. Aku enggak boleh menghentikan semua ini demi cintaku pada Amaliya. Aku harus tetap menjalankan semua rencana yang sudah ku susun," gumam Ridho.Indah akhirnya mencoba menghubungi suaminya untuk memberitahu soal kondisi mama mertuanya.[Halo, Mas. Mas, kamu di mana? Papa sudah menjatuhkan talak sama mama.][Papa talak mama, Indah?][Iya, Mas. Sekarang mama syok banget. Kamu cepat pulang ya, Mas. Kasih kekuatan sama mama. Aku nggak tega lihat kondisi mama sekarang.]Malik langsung mematikan teleponnya. Ia bergegas mendatangi ruangan papanya.Di ruangannya Taher sedang memandangi bingkai foto. Foto dirinya dan Arumi di saat masih bahagia."Sebenarnya aku berat harus berpisah dari Arumi. Sudah belasa
Della akhirnya sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani beberapa pemeriksaan dan hasilnya baik. Taher pun bersama Eliza terpaksa membawa Della ke rumah Taher yang lainnya. Itu karena Della masih meyakini jika ia istri Taher."Sementara ini biar tante kamu tinggal di sini. Tapi sebisa mungkin kamu nggak tinggal serumah. Setelah dua tertidur, saya akan pulang ke rumah yang lain. Pokoknya kamu tenang saja, tante kamu akan aman di sini," seru papa Amaliya itu."Baik, Om. Saya percayakan semuanya sama om ya," jawab Eliza tersenyum."Saya harus balik ke kantor dulu. Saya titip Della ya," pamit Taher yang bergegas pergi ke kantornya.Setelah Taher pergi, Della pun keluar dari kamarnya. Eliza tentu saja mengambil kesempatan yang ada. Hilangnya ingatan sang tante selain membuatnya aman, Eliza juga menyusun sebuah rencana baru."Aku ngerti perasaan tante. Tante yang sabar ya. Aku juga menjadi istri kedua, sama seperti tante," ujar Eliza. Della pun terkejut mendengar pengakuan sang keponaka
Eliza terus mengalihkan agar Mihran membatalkan rencananya pergi ke rumah sakit. Namun, Mihran tetap bersikeras pergi menjenguk Tante Della."Mihran, kayaknya kita besok aja ya. Badanku lagi nggak enak dari tadi," dalih Eliza."Enggak usah. Sekarang aja ya. Kamu siap-siap!" pungkas Mihran. Eliza pun tidak dapat berkata apapun. Ia hanya bisa menggerutu dalam hati dsn berpikir bagaimana caranya agar rahasia itu tetap aman."Gimana ini, kalau Mihran ketemu Tante Della, bisa gawat. Kacau semuanya!" gumam Eliza dalam hati.Ani pun mencoba diam-diam mendatangi kamar Ayu. Ia harus menyelinap memberitahu sebuah informasi tentang sadarnya Tante Della."Yu, aku ada berita penting," ungkap Ani."Info apa?" tanya Ayu penasaran."Tante Della udah sadar. Sekarang Pak Mihran dan Bu Eliza sedang menuju rumah sakit. Yu, udah dulu ya. Ani mau kerja lagi, takut Ijah tahu bisa ngadu dia nanti," ujar Ani yang langsung meninggalkan kamar Ayu.Setelah memastikan Ani keluar dari kamarnya, Amaliya pun mengam
Seperti dugaan Eliza, Mihran memang mencurigainya dan mulai menginterogasinya. Bahkan tekanan Mihran membuatnya sulit menutupi kepanikannya."Kamu curiga kalau Dhika itu bukan anak aku, sama seperti kakaknya Ayu?" pekik Eliza."Siapapun yang melihat kamu, pasti akan berkata yang sama. Kamu itu nggak bisa dekat dengan anak kandung kamu sendiri," cecar Mihran."Jadi mulai sekarang, kamu dekati Dhika. Ambil hatinya," suruh Mihran. Mihran pun bergegas masuk ke dalam kamarnya.Eliza pun mulai geram. Karena kata-kata Mihran, ia jadi dicurigai suaminya sendiri."Enggak adiknya, enggak kakaknya, sama saja bikin kesal!" gerutu Eliza."Semua rencana aku jadi berantakan!"-------Setelah berada di dalam kamarnya, Amaliya pun mencoba menghubungi Ridho untuk mempertanyakan soal kata-katanya yang justru semakin membuat Eliza akan membencinya.[Halo, Ridho. Maksud kamu apa sih tadi ngomong gitu sama Eliza?][Oh, aku sengaja ngomong gitu biar Mihran curiga. Aku juga ingin memancing emosi Eliza. Biar
Amaliya terus berpikir caranya keluar dari kamar sempit dan pengap ini. Memperhatikan sekeliling hingga akhirnya ia melihat sebuah jendela kecil. Amaliya akhirnya menggunakan sebuah meja kecil yang ada di dalam kamar untuk naik dan berusaha keluar melalui jendela kecil itu.Karena suara berisik dari dalam kamar, membuat kedua anak buah Eliza curiga dan akhirnya membuka pintu kamar yang terkunci."Heh, jangan kabur, luh!" teriak seorang pria bertubuh tinggi besar itu.Amaliya pun berhasil loncat keluar dan kabur meninggalkan rumah sempit tempat penyekapan. Namun, kedua anak buah Eliza tidak begitu saja menyerah. Keduanya pun mengejar Amaliya yang berlari sekuat tenaga. Sayangnya mereka pun berhasil menarik paksa Amaliya kembali."Lepaskan saya!"Amaliya terus berontak ketika kedua preman itu membawa paksa untuk kembali ke rumah penyekapan. Tiba-tiba ada 2 pria bertubuh tinggi besar datang menyelamatkannya. Kedua anak buah Eliza pun dibuat kocar-kacir setelah kalah baki hantam."Kalian