Harapan tinggal harapan. Amaliya masih harus bersabar lebih lama untuk membongkar semua kejahatan Eliza. Ia masih harus menyamar sebagai Ayu -- baby sitter Dhika di rumah Mihran. Rumah yang dulu dibangunnya bersama.Kebahagiaan bertemu dengan sahabat lama ternyata justru membuat malapetaka bagi rumah tangganya. Ia terpaksa merelakan Mihran menikahi sahabatnya sendiri --Eliza. Bahkan janji akan bercerai setelah anaknya lahir pun tidak pernah ditepati. Bahkan Eliza justru mencoba menghabisinya berulangkali demi menjadi satu-satunya istri Mihran.Amaliya kini mencoba kembali bersabar. Setelah beberapa rencananya yang disusun bersama Ridho gagal. Kini satu-satunya harapan pun kandas sejak Tante Della mendekam di rumah sakit jiwa akibat ulah Eliza. Eliza akan slalu melakukan apapun demi posisinya aman.Pagi itu, sesuai rencana, ia mencoba mengajak Mihran ke rumah sakit menemui Tante Della. Sayangnya, ketika sedang mengajak Mihran bicara, Eliza datang hingga merusak semuanya."Pak, gimana
Permintaan Alia yang menginginkan Ayu sehari menjadi Amaliya membuat Eliza geram. Namun, tidak bagi keluarga Amaliya dan Mihran."Enggak, Mihran!""Kalau Ayu menjadi Amaliya, walau sehari aja itu bisa memberi harapan pada kita semua kalau Amaliya masih hidup. Padahal itu semua nggak mungkin!" ujar Eliza.Oma Siska dan keluarga Amaliya lainnya pun nampak ketus memandanginya. Hanya Taher dan Malik yang nampak tertunduk. Hingga Oma pun bersuara."Kami juga mau mengenang sosok Amaliya, Oma setuju dengan usul Alia," tegas Oma Siska."Saya juga setuju," sahut Arumi."Aku juga setuju," timpal Indah."Anak pungut ini benar-benar menyebalkan!" gerutu Eliza dalam hati.Eliza pun lebih kesal ketika Mihran berdiri dan mmbuat keputusan yang mendukung Alia dan keluarga Amaliya."Ok. Saya setuju. Malam ini saya akan merayakan ulang tahun Amaliya, walau digantikan Ayu. Biar kita semua bisa mengenangnya," tutur Mihran."Oma, Tante Indah, datang ya," kata Alia tersenyum."Anak pungut ini sama menyebalk
"Maaf Pak, Bu. Saya boleh ijin pergi sebentar. Saya mau ketemu kakak saya," pamit Ayu.Setelah menyiapkan segala keperluan Dhika, Ayu pun harus bertemu Ridho untuk merencanakan langkah selanjutnya. Namun, Mihran justru mengajaknya bareng yang membuat Eliza marah."Boleh. Kalau gitu kita bareng aja. Saya juga mau pergi ke kantor," sahut Mihran."Enggak, Mihran. Apa kata orang nanti kamu jalan sama baby sitter anak kamu," celetuk Eliza dengan wajah kesal."Kamu jangan cemburuan gitu dong, El," kata Mihran."Kamu bisa kan pergi sendiri?" ujar Eliza ketus memandangi Ayu.Tiba-tiba Alia datang dan minta di antar ayahnya untuk pulang ke rumah Oma Siska. Alia pun meminta ayahnya untuk pergi bersama Ayu."Ayah, bareng sama Tante Ayu aja ya sekalian," ujar Alia. Mihran pun serasa mendapatkan angin segar."Tuh, Alia yang minta. Jadi aku nggak pergi berduaan, tapi sama Alia," ujar Mihran tertawa.Eliza akhirnya tidak bisa membantah lagi. Ia terpaksa mengijinkan suaminya pergi bersama Ayu dan Ali
Della merasakan penyesalan atas semua dosa-dosanya. Terlebih rasa bersalahnya karena telah menghabisi Amaliya."Ini semua salahku. Aku begini karena dosa-dosaku ...." rintih Della di dalam kamar perawatan di rumah sakit jiwa.Vico -- orang kepercayaan Eliza terus memantau kondisi sang tante di rumah sakit. Bahkan ketika Della tidak lagi meminum obatnya pun ia tahu. Siang itu Vico kembali datang ke rumah sakit jiwa untuk memantau kondisi terkini Tante Della.[Halo, Bu. Saya lagi di rumah sakit sekarang. Bu Della mulai tidak meminum obatnya. Jika terlalu lama seperti ini, bisa bahaya. Dia bisa tenang, karena dia memang tidak sakit.][Dan satu lagi, dia selalu mendengarkan lantunan ayat suci Alquran hingga dia jadi tenang. Apa yang sekarang harus kita lakukan?][Kalau gitu, lakukan plan B. Kamu bakar rumah sakit jiwa itu dan pastikan tante saya meninggal!][Siap, Bu.]------Tanpa membuang waktu, Vico pun langsung menjalankan perintah Eliza itu. Ia langsung membakar gedung rumah sakit ji
"Mihran, kamu nggak percaya kan sama kata-kata Tante Della?" tanya Eliza."Mihran!""Mihran, kenapa kamu diam?" tanya Eliza yang mulai ketakutan jika suaminya itu mempercayai kata-kata sang Tante."Ok, Mihran. Kalau kamu nggak percaya, silakan kamu selidiki sendiri. Apa aku melakukan seperti yang Tante Della katakan!" tekan Eliza."Apa yang harus kulakukan?"------Oma Siska masih di ruang tamu rumahnya mengobrol dengan Arumi serta Indah dan Malik."Kali ini Oma percaya sama Della. Kalau otak pembunuhan Amaliya itu Eliza," ujar Oma Siska.Mihran pun bingung. Entah siapa yang kini harus dipercayainya. Eliza memang tidak sepenuhnya dipercaya, tapi mempercayai kata-kata Tante Della yang mengalami gangguan jiwa juga tidak mungkin."Ini semua pasti gara-gara Ayu!" pekik Eliza."Loh, kenapa jadi Ayu?" sahut Mihran."Mihran, kamu tahu kan. Dia selalu berusaha membuat aku buruk di depan kamu," tutur Eliza."Dia berusaha merebut kamu," cecar Eliza. Mihran pun tertawa mendengar kata-kata istrin
Video viral itu begitu cepat tersebar. Ani pun mendapat informasi soal vitalnya sang majikan dari seorang temannya."Mas Tarjo, coba lihat ini. Video Bu Della semalam viral di sosial media. Ani senang, Mas. Walau Bu Eliza enggak dipenjara, tapi dia sudah dapat sangsi sosial," ujar Ani."Heh! Kalian udah bosan kerja? Mau saya pecat?!" hardik Eliza yang datang dengan wajah penuh amarah."Ini semua pasti gara-gara si Ayu. Ayu ke mana? Ayu, Ayu. Di mana kamu?" teriak Eliza yang mengamuk mencari keberadaan baby sitter anaknya itu."Eh, ini pasti ulah kamu kan. Pasti kamu yang sudah merekam dan menyebarkannya ke sosial media. Ngaku kamu?!" bentak Eliza.Ayu pun bingung. Entah apa yang dimaksud majikannya. Ia pun tidak paham soal video viral itu."Saya nggak tahu, Bu. Saya nggak ngerti maksud Ibu," jawab Ayu."Jangan ngeles kamu!" hardik Ayu.Eliza yang murka pun langsung memaki dan menjambak rambut Ayu. Ani dan Tarjo yang berusaha merelai pun tidak berhasil. Hingga akhirnya Eliza berhasil m
Eliza akhirnya dibawa ke dalam selnya. Oma Siska dan Arumi pun mendatangi Eliza dengan penuh senyum kebahagiaan."Akhirnya, kamu bisa merasakan dinginnya lantai penjara," ujar Oma Siska."Diam kalian!"Tidak lama, Mihran pun akhirnya datang dan mengabarkan jika Ridho akhirnya mau mencabut gugatannya."Ridho akan mencabut gugatannya. Itu juga karena Ayu yang meminta," tutur Mihran."Ah, itu kan memang rencana mereka biar kamu jadi simpatik. Dia itu punya niat jahat sama kita, Mihran!" pekik Eliza."Cukup!"Aku harap kamu tidak melakukannya lagi. Jika sampai ini terulang, aku nggak akan membantu kamu keluar dari penjara!" tegas Mihran."Jadi kamu mau ibu dari anak kamu ini di penjara. Gitu ya, Mihran?" cecar Eliza"Mihran, buka hati kamu. Dia saja bisa melakukan ini pada Ayu. Gimana dengan Amaliya. Dia pasti dalang kematian Amaliya, seperti yang dikatakan Della," sindir Arumi."Jangan samakan Ayu dengan Amaliya. Dia itu hanya baby sitter sedangkan Amaliya itu sahabat aku," sahut Eliza.
Taher akhirnya pulang ke rumahnya setelah memastikan Della aman di salah satu rumahnya. "Mas, kamu dari mana aja sih jam segini baru pulang. Kamu habis ketemu sama Della?" tanya Arumi."Kamu ini selalu aja curiga. Suami baru pulang udah dikasih pertanyaan gini. Aku ini habis meeting dengan klien di luar kantor. Makanya baru pulang. Ma, kalau kamu curiga terus, aku bisa bosan. Udah, aku capek. Mau istirahat!" gertak Taher yang langsung masuk ke kamarnya."Aku merasa ada yang sedang disembunyikan Mas Taher. Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," gumam Arumi dalam hati.Keesokan hariPagi itu seperti biasanya Arumi memastikan menu sarapan sudah rapih tersedia di meja makan. Namun, tidak seperti biasanya Taher pergi lebih awal."Mas, kamu mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Arumi yang masih curiga dengan tingkah sang suami."Kamu ini ya, selalu aja nanya ke mana aku pergi. Pagi ini aku ada meeting penting. Aku harus buru-buru ke kantor. Udah ya, aku pergi dulu," pamit Taher y