"Rania..."
Rania membuka mata ketika seseorang memanggil namanya.
Entah di mana dirinya berada saat itu dia hanya bisa melihat satu warna saja disekelilingnya, yaitu putih.
Seperti sebuah dimensi tanpa batas, tak berujung.
Rania tersesat di dalamnya.
"Rania..."
Suara itu kembali terdengar. Memanggil namanya berulang-ulang.
Rania kebingungan. Dia berputar mencari asal suara. Berlari ke sana kemari tapi sayangnya dia tak menemukan apapun di sana.
"Rania, saya di sini,"
Rania menoleh lalu berbalik.
Dilihatnya sesosok tubuh lelaki berdiri di hadapannya.
Lelaki itu memakai pakaian serba putih bahkan dari wajahnya terpancar cahaya yang bersinar terang benderang.
Membuat Rania silau hingga tak mampu menatap wajah itu lebih jelas.
"Kamu
Dear Rania, kamu tahu dengan siapa saya ingin menjalani sisa hidup? Jawabannya adalah dengan kata ke dua dari kalimat pertama saya... Itupun, jika Allah mengizinkan. ***** Begitu tahu mengenai kecelakaan yang menimpa Rakha, Rania benar-benar shock. Dia terus saja menyalahkan dirinya sendiri. Bahkan sejak keberangkatannya tadi pagi menuju lokasi rumah sakit tempat Rakha di rawat, Rania tak berhenti menangis di mobil. Kepergiannya saat itu di temani oleh ke dua orang tuanya. Jika sebelumnya Rakha
Wisnu baru saja tiba di rumah sakit tempat dimana Rakha di rawat setelah kemarin keluarganya pun mendapat musibah duka cita.Adik bungsunya meninggal karena kecelakaan motor.Wisnu datang ke rumah sakit bersama keluarga kecilnya setelah jasad adiknya sudah dikebumikan."Bagaimana keadaan Rakha, Ummi?" tanya Siti sesampainya dia di depan ruangan ICU.Saat itu hanya ada Ummi dan Zulfa di sana."Dokter bilang Rakha masih kritis," jawab Ummi dengan tasbih yang tak lepas di tangan. Sementara di sisi lain Zulfa tampak membaca surat Yasin.Siti berjalan ke arah dinding kaca pembatas ruangan ICU. Dari balik dinding itu, Siti dapat melihat tubuh Rakha yang kini terbaring lemah dipenuhi dengan berbagai peralatan medis sebagai alat penunjang kehidupan sang adik tercintanya itu.Hati Siti teriris.Kenapa musibah ini ter
Di pagi hari yang cerah itu, Desa Parangtritis di buat geger.Para warga berkerumun di kediaman Abi dan Ummi Salamah.Garis polisi melintang di seputar rumah.Malam tadi telah terjadi sebuah tragedi mengerikan di sana.Seorang mayat bocah kecil dengan tubuh kaku membiru ditemukan di kamar anak lelaki Abi dan Ummi, di susul dengan dua orang perempuan yang mengalami kekerasan dan pelecehan seksual secara bersamaan.Bahkan dikabarkan salah satu dari mereka kini dalam kondisi kritis.Dari kesaksian warga sekitar, memang ada yang sempat mendengar teriakan seseorang di kejauhan, tapi tak ada yang tahu jika asal muasal teriakan itu dari kediaman Abi dan Ummi Salamah.Kondisi rumah yang berjauhan membuat tak banyak warga tahu apa yang terjadi malam tadi di rumah itu.Aminah dan Abi yang pagi itu kembali dari rumah sakit dikarenakan Aminah yang har
Setelah mengetahui bahwa sang putra telah terbangun dari tidur panjangnya, Ummi pun mengabari seluruh keluarga begitupun dengan Rania.Rakha yang baru saja siuman, langsung di tangani oleh pihak medis sebelum mengizinkan pihak keluarga untuk menengok.Semua keluarga menunggu dalam cemas.Tak terkecuali Rania.Raline terus saja memberikan supportnya pada sang anak. Dia membelai kepala Rania yang tertutup hijab.Sekitar setengah jam berlalu, dokter yang menangani Rakhapun keluar dari ruangan itu.Seluruh keluarga langsung berdiri untuk mendengar informasi terbaik."Hm, kalau boleh tahu, siapa di antara kalian yang bernama Abdullah, Maira, Aisyah dan Zulfa?" tanya sang Dokter.Semua keluarga saling pandang. Kebingungan."Memangnya ada apa Dok? Kenapa Dokter bertanya seperti itu?" tanya Abi."Karena sejak siuman sampai sekarang, Pak Rakha terus saja menyebut nama empat orang itu. Saya pikir merekalah kerabat ter
Rania Pov...Gue mendengarkan baik-baik penjelasan dokter mengenai kondisi Rakha saat ini.Katanya, Rakha mengalami Amnesia Retrograde yang menyebabkan ingatan Rakha mengalami kemunduran selama empat tahun kebelakang dimana Rakha pernah mengalami kecelakaan untuk pertama kalinya.Sebuah kecelakaan serius yang menjadi penyebab kematian Abdullah dan Maira.Mereka orang-orang terdekat Rakha.Itulah sebabnya saat di ruang rawat tadi Rakha terus saja menyebut-nyebut nama Abdullah, Maira, Zulfa dan Aisyah.Dokter bilang, Rakha mengingat semua kejadian sebelum kecelakaan pertama yang di alaminya empat tahun silam tapi sayangnya dia lupa tentang semua kejadian yang telah terjadi setelah kecelakaan itu berlangsung.Rakha belum tahu kalau Abdullah dan istrinya meninggal.Rakha juga nggak tahu mengenai kabar kematian Aisyah
Hari yang cerah.Mentari bersinar malu-malu di ufuk timur. Cahayanya menghangatkan tubuh.Deburan ombak terdengar dari kejauhan menjadi suara alami yang memanjakan telinga.Pagi ini seperti biasa, Rakha sudah bangun bahkan sebelum matahari terbit.Dia sudah rapi dengan seragam dinasnya.Hari ini dia berencana untuk kembali mengajar di pesantren. Rakha merasa tidak enak sudah sekian lama membiarkan para muridnya menunggu.Kemarin Rakha baru saja menerima telepon dari kohar yang menanyakan keadaannya dan meminta maaf karena tidak bisa menjenguk sewaktu Rakha sakit. Kohar di tunjuk oleh Kiayi Zainudin untuk mendampingi para santriwan dan santriwati yang mengikuti lomba Tahfidz Qur'an keluar kota. Sebab itulah Kohar diminta oleh Kiayi Zainudin untuk menghubungi Rakha dan meminta Rakha untuk kembali mengajar di pesantren.Meski sebenarnya, semua itu adalah atas permintaan Abi dan Ummi Salamah.Mereka yang telah menceritakan apa yang
Malam itu sesampainya di rumah, Rakha tidur dengan sangat nyenyak.Tahadjudnya sampai terlewat bahkan shalat shubuh pun sudah di penghujung waktu."Ummi kenapa nggak bangunin Rakha sih?" Rakha bersungut-sungut begitu keluar dari kamar mandi sehabis mengambil wudhu. Dia hendak menunaikan shalat shubuh."Ummi sudah bangunkan beberapa kali, kamunya saja tidak bangun-bangun. Ummi pikir kamu sakit," jawab Ummi sambil memasak di dapur.Pagi itu akhirnya Rakha menunaikan shalat shubuh di kamarnya padahal biasanya dia selalu pergi ke masjid.Selesai shalat shubuh Rakha hendak pergi ke tempat dimana dirinya semalam dihadang para pemabuk dan meninggalkan motor Abi di sana. Jika memang masih rejeki ada kemungkinan motor Abi kembali, tapi jika tidak ya sudah mau di apakan. Rakha juga tidak bisa berbuat banyak.Rakha baru saja mengenakan sandal jepitnya di teras saat dilihatnya Abi pulang.Anehnya, Abi pulang dengan mengendarai motor yang semalam
Rania Pov...Hari ini, dengan sangat terpaksa gue melepas pakaian gamis yang selama ini menjadi pakaian sehari-hari gue.Awalnya gue berpikir untuk melepas hijab juga, tapi gue berpikir ulang, kalau gue melepas hijab cuma demi memuluskan usaha gue dalam mengembalikan ingatan Rakha, apa kabar sama tanggung jawab gue di akhirat nanti?Rakha pernah bilang, katanya istri sholehah itu adalah sayap suami menuju syurga.Kalau istri berdosa, maka suami ikut menanggung dosa si istri.Gue nggak mau membebani Rakha.Memang pada awalnya gue berhijab itu karena di suruh Rakha, tapi semakin ke sini, gue paham bahwa hijab bagi seorang muslimah itu wajib hukumnya. Dengan hijab, wanita akan lebih di hormati. Lagi pula, gue juga merasa nggak pede kalau harus keluar rumah tanpa hijab.Jadilah gue memakai kembali penutup kepala itu meski kali ini gue
Seorang lelaki menerima telepon dari seseorang di flatnya. "Hallo, ada apa Rick?" tanya lelaki itu pada orang yang meneleponnya. Dia menyalakan rokok dan berjalan ke sisi jendela. Membuka kaca jendela lalu mengepulkan asap rokok itu ke udara. Dingin angin malam berhembus menerpa wajah tampannya. "Ada pekerjaan baru untukmu, Sam. Kau sedang butuh uangkan?" ucap seorang lelaki di seberang. "Asal bukan memperkosa dan menculik anak kecil, aku terima," sahut lelaki yang dipanggil Sam itu. Saat itu, lelaki bernama Sammy itu duduk di jendela kamar dengan tubuh yang bersandar ke dinding dan satu kaki yang terangkat. Siku tangannya yang memegang rokok bertumpu pada lutut kakinya
Tentang Sammy. Seorang buronan interpol yang melarikan diri dari penjara karena ingin mencari adik angkatnya yang hilang. Dia adalah mantan tentara militer yang beralih profesi sebagai pembunuh bayaran setelah di fitnah dan di pecat secara tidak hormat, lalu di jebloskan ke penjara dan di siksa secara keji. Tentang Rheyna. Gadis yatim piatu salah adopsi. Dia di jual oleh orang tua yang mengadopsinya pada seorang germo di Las Vegas untuk di jadikan pelacur. Hingga suatu hari, Rheyna berhasil kabur dari tawanan si germo. Satu hal yang Rheyna inginkan saat itu, yakni pulang ke tanah air agar dia bisa bertemu kembali dengan seorang lelaki yang teramat sangat dia kagumi sejak kecil, lelaki itu adalah Ustadz yang mengajarnya mengaji di panti asuhan dulu, namanya Ustadz Rakha. Tentang sepasang suami istri, Rakha dan Rania. Sebelum menikah dengan Rakha, Rania sempat di lamar oleh seorang lelaki berkebangsaan Arab bernama Ahmed, tapi Rania menolaknya.
Dear Rania... Pada lembar terakhir buku ini, saya menyematkan foto kita berdua di sana. Berharap suatu hari nanti, ketika kamu melihatnya, kamu bisa tersenyum dan tahu betapa tampannya seorang Rakha yang menjadi suamimu ini... Allah telah memberi saya anugrah cinta yang luar biasa di dalam hati saya, hanya untukmu. Dan saya tak pernah berpikir untuk menghapusnya dari dalam hati maupun pikiran saya. Perasaan ini akan selalu saya jaga dan saya pupuk dengan baik di dalam jiwa saya. Karena saya percaya, alasan Allah mempertemukan kita lalu mempersatukan kita dalam ikatan suci pernikahan bukan hanya untuk sementara. Pasti ada alasan lain dibalik ini semua. Boleh saja kini kita berpisah, tapi saya yakin, suatu hari nanti cinta kita akan kembali b
Sebuah gedung megah berdiri kokoh di pusat Ibukota.Hotel berbintang lima itu ramai di kunjungi oleh berbagai macam kalangan orang-orang kelas atas dari mulai pengusaha, aktris, penyanyi, Syekh dan habib terkenal hingga beberapa pejabat pemerintahan.Mereka datang berbondong-bondong dan saling menunjukkan kemampuan finasial melalui mobil mewah yang mereka gunakan.Acara resepsi pernikahan seorang Ustadz terkenal asal Bantul, bernama Rakha Al-Faridzi dengan seorang wanita bercadar yang merupakan mantan istrinya sendiri bernama Rania Putri Wulandari Akbar di gelar dengan sangat meriah.Jika pernikahan pertama mereka dulu tak ada resepsi karena memang sengaja di sembunyikan agar tak tercium awak media, hingga berujung perceraian. Namun kali ini mereka terlihat blak-blakan membagi kebahagiaan mereka pada awak media.Bahkan acara itu di buka bebas untuk para rekan wartawan yang ingin meliput.
Acara ijab dan kabul telah usai.Hampir seluruh keluarga besar Dirgantara pulang ke penginapan, hanya tersisa Bastian dan Devano yang masih asik berkumpul di Masjid bersama keluarga Rakha yang lain, di antaranya Kohar dan Wisnu.Aminah, Latifah, Zulfa dan Ummi sudah sejak tadi masuk kamar untuk beristirahat. Setidaknya mereka masih memiliki waktu sekitar dua sampai tiga jam untuk tidur sampai waktu shalat Idul Fitri tiba.Rakha baru selesai mencuci muka di kamar mandi setelah berulang kali dia terus meyakini dirinya bahwa apa yang dia alami malam ini bukanlah mimpi alias nyata! Real! Asli! Fakta bukan rekayasa.Lelaki itu sudah menanggalkan jas hitamnya dan menyisakan sebuah kemeja putih yang melekat pas di tubuhnya yang juga berkulit putih.Rakha berwudhu.Berharap perasaannya bisa sedikit lebih baik.Terlebih, setelah ini dia harus menghadapi Rania yang
Rakha Pov...Tak terasa, Ramadhan tahun ini akan segera berakhir.Gema takbir sudah berkumandang.Menyejukkan hati. Meneduhkan sanubari.Kalimat-kalimat toyyibah penyeru betapa perkasanya sang Ilahi sedang diperdengarkan di seluruh dunia, semua orang menyeru nama Allah, memujinya.Tak henti-hentinya rasa syukur terus saya panjatkan atas karunia dan kasih sayang yang telah Allah berikan pada saya karena telah memberikan saya kesempatan mengecap manisnya bulan penuh rahmat di Ramadhan tahun ini.Nikmat sehat, nikmat beribadah, nikmat hidup pun nikmat-nikmat lainnya yang mungkin tak akan terhitung jumlahnya jika saya ucapkan satu persatu.Allah maha kaya, maha pengasih, maha penyayang, maha adil dan maha segala-galanya.Hanya kepada-Nyalah saya meminta dan memohon ampunan atas semua dosa-dosa
"Assalamualaikum, Ummi? Apa kabar?" ucap salah satu perempuan yang lebih dulu masuk.Dia seorang perempuan bercadar.Lebih tepatnya."Waalaikum salam," jawab Ummi dengan suara pelan. Masih terlihat bingung.Perempuan bercadar itu merangsek ke arah Ummi, memeluk Ummi dan menangis."Ini Rania Ummi..." bisik Rania sambil terisak.Latifah langsung menunduk."Rania?" gumam Ummi seolah tidak percaya.Rania mengangguk, melepas cadarnya."MasyaAllah..." gumam Ummi yang langsung menangis. "Jadi, kamu bukan ke Arab?"Bastian dan Raline menyusul masuk hendak bersalaman dengan si empunya rumah. Mereka berdiri di samping Rania.Rania bingung jadi berpandangan dengan ke dua orang tuanya."Ke Arab bagaimana Ummi?" tanya Rania yang tidak mengerti maksud pertanyaan Ummi.Dan Ummi pun menceritakan apa yang tadi diceritakan Siti padanya setelah mereka kini sudah duduk di sofa ruang tamu.Rania dan keluarg
Lantunan shalawat terus terdengar dari musik yang di putar Wisnu mengiringi perjalanan mereka menuju kampung halaman.Mudik tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.Jika tahun lalu mereka sudah berada di kampung sejak jauh-jauh hari sebelum hari raya, tapi sekarang di malam takbiran mereka justru masih berada di perjalanan.Untungnya arus mudik tahun ini jalanan di sepanjang jalur yang mereka lalui menuju Bantul ramai lancar alias tidak macet.Mereka sempat beberapa kali transit di rest area atau pom bensin untuk menunaikan shalat.Selepas maghrib mereka sudah masuk kawasan Jogya.Wisnu menepikan mobil di sebuah warung makan yang menyediakan fasilitas mushola dan toilet umum.Usai menunaikan shalat maghrib mereka buka bersama dengan memesan beberapa menu makanan yang berbeda.Wisnu dan Runi memesan menu ayam bakar, sementara Siti ingin makan lontong sayur dan seperti biasa, Rakha memesan menu kesukaannya lele goren
Malam itu, malam di mana dua hari menjelang hari raya Idul Fitri tiba.Di sepertiga malam yang sunyi, dua anak manusia sama-sama melaksanakan shalat istikharah.Bersujud, merendah dan memohon kepada sang penguasa alam atas apa yang menjadikan hati mereka resah dan gundah gulana.Meminta dengan khusyuk agar Allah memberikan petunjuk terbaiknya kepada mereka.Mereka bukanlah manusia mulia seperti Rasullullah pun Siti Khadijah. Mereka hanya manusia biasa yang berlumur dosa dan khilaf.Untuk itulah mereka tak sanggup menyelesaikan masalah ini sendirian tanpa campur tangan Allah di dalamnya.Karena mereka tahu, sebaik-baiknya pemberi petunjuk hanyalah Allah SWT.Sebaik-baiknya pembuat rencana, hanya Allah Azza Wa Jalla.Bukankah, rejeki, maut dan jodoh itu semua sudah ditetapkan Allah sejak mereka terlahir ke dunia?Maka, mereka akan pasrahkan semuanya kembali hanya pada sang pemilik hati.*****Keesokan harinya