Setelah mengetahui bahwa sang putra telah terbangun dari tidur panjangnya, Ummi pun mengabari seluruh keluarga begitupun dengan Rania.
Rakha yang baru saja siuman, langsung di tangani oleh pihak medis sebelum mengizinkan pihak keluarga untuk menengok.
Semua keluarga menunggu dalam cemas.
Tak terkecuali Rania.
Raline terus saja memberikan supportnya pada sang anak. Dia membelai kepala Rania yang tertutup hijab.
Sekitar setengah jam berlalu, dokter yang menangani Rakhapun keluar dari ruangan itu.
Seluruh keluarga langsung berdiri untuk mendengar informasi terbaik.
"Hm, kalau boleh tahu, siapa di antara kalian yang bernama Abdullah, Maira, Aisyah dan Zulfa?" tanya sang Dokter.
Semua keluarga saling pandang. Kebingungan.
"Memangnya ada apa Dok? Kenapa Dokter bertanya seperti itu?" tanya Abi.
"Karena sejak siuman sampai sekarang, Pak Rakha terus saja menyebut nama empat orang itu. Saya pikir merekalah kerabat ter
Rania Pov...Gue mendengarkan baik-baik penjelasan dokter mengenai kondisi Rakha saat ini.Katanya, Rakha mengalami Amnesia Retrograde yang menyebabkan ingatan Rakha mengalami kemunduran selama empat tahun kebelakang dimana Rakha pernah mengalami kecelakaan untuk pertama kalinya.Sebuah kecelakaan serius yang menjadi penyebab kematian Abdullah dan Maira.Mereka orang-orang terdekat Rakha.Itulah sebabnya saat di ruang rawat tadi Rakha terus saja menyebut-nyebut nama Abdullah, Maira, Zulfa dan Aisyah.Dokter bilang, Rakha mengingat semua kejadian sebelum kecelakaan pertama yang di alaminya empat tahun silam tapi sayangnya dia lupa tentang semua kejadian yang telah terjadi setelah kecelakaan itu berlangsung.Rakha belum tahu kalau Abdullah dan istrinya meninggal.Rakha juga nggak tahu mengenai kabar kematian Aisyah
Hari yang cerah.Mentari bersinar malu-malu di ufuk timur. Cahayanya menghangatkan tubuh.Deburan ombak terdengar dari kejauhan menjadi suara alami yang memanjakan telinga.Pagi ini seperti biasa, Rakha sudah bangun bahkan sebelum matahari terbit.Dia sudah rapi dengan seragam dinasnya.Hari ini dia berencana untuk kembali mengajar di pesantren. Rakha merasa tidak enak sudah sekian lama membiarkan para muridnya menunggu.Kemarin Rakha baru saja menerima telepon dari kohar yang menanyakan keadaannya dan meminta maaf karena tidak bisa menjenguk sewaktu Rakha sakit. Kohar di tunjuk oleh Kiayi Zainudin untuk mendampingi para santriwan dan santriwati yang mengikuti lomba Tahfidz Qur'an keluar kota. Sebab itulah Kohar diminta oleh Kiayi Zainudin untuk menghubungi Rakha dan meminta Rakha untuk kembali mengajar di pesantren.Meski sebenarnya, semua itu adalah atas permintaan Abi dan Ummi Salamah.Mereka yang telah menceritakan apa yang
Malam itu sesampainya di rumah, Rakha tidur dengan sangat nyenyak.Tahadjudnya sampai terlewat bahkan shalat shubuh pun sudah di penghujung waktu."Ummi kenapa nggak bangunin Rakha sih?" Rakha bersungut-sungut begitu keluar dari kamar mandi sehabis mengambil wudhu. Dia hendak menunaikan shalat shubuh."Ummi sudah bangunkan beberapa kali, kamunya saja tidak bangun-bangun. Ummi pikir kamu sakit," jawab Ummi sambil memasak di dapur.Pagi itu akhirnya Rakha menunaikan shalat shubuh di kamarnya padahal biasanya dia selalu pergi ke masjid.Selesai shalat shubuh Rakha hendak pergi ke tempat dimana dirinya semalam dihadang para pemabuk dan meninggalkan motor Abi di sana. Jika memang masih rejeki ada kemungkinan motor Abi kembali, tapi jika tidak ya sudah mau di apakan. Rakha juga tidak bisa berbuat banyak.Rakha baru saja mengenakan sandal jepitnya di teras saat dilihatnya Abi pulang.Anehnya, Abi pulang dengan mengendarai motor yang semalam
Rania Pov...Hari ini, dengan sangat terpaksa gue melepas pakaian gamis yang selama ini menjadi pakaian sehari-hari gue.Awalnya gue berpikir untuk melepas hijab juga, tapi gue berpikir ulang, kalau gue melepas hijab cuma demi memuluskan usaha gue dalam mengembalikan ingatan Rakha, apa kabar sama tanggung jawab gue di akhirat nanti?Rakha pernah bilang, katanya istri sholehah itu adalah sayap suami menuju syurga.Kalau istri berdosa, maka suami ikut menanggung dosa si istri.Gue nggak mau membebani Rakha.Memang pada awalnya gue berhijab itu karena di suruh Rakha, tapi semakin ke sini, gue paham bahwa hijab bagi seorang muslimah itu wajib hukumnya. Dengan hijab, wanita akan lebih di hormati. Lagi pula, gue juga merasa nggak pede kalau harus keluar rumah tanpa hijab.Jadilah gue memakai kembali penutup kepala itu meski kali ini gue
Rakha Pov...Seperti biasa malam ini saya dan keluarga makan malam bersama di meja makan.Suasana makan malam kali ini memang terasa berbeda karena kehadiran orang lain yang bukan anggota keluarga kami.Namanya Rania.Jujur saja, saya kaget luar biasa saat pertama kali melihat wajahnya tadi sore.Kenyataan bahwa dia adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang sudah menolong saya semalam dan mengajak saya terlibat dalam aksi ugal-ugalannya dalam berkendara, membuat saya cukup shock.Meski, saya justru melihat hal aneh dari sikapnya saat ini. Dia yang tampak lebih pendiam dari yang saya duga.Setelah perkenalan tadi sore, saya terus berpikir dan menebak-nebak perangai Rania yang sebenarnya.Jika dilihat dari penampilannya tampak jelas kalau Rania ini memang sosok perempuan badung yang pastinya sulit di atur. Ba
Sudah satu minggu berlalu.Rania yang tadinya masih merasa segan dan sungkan, perlahan mulai menyatu dengan suasana keluarga Rakha. Terlebih dia mulai bisa menetralkan perasaannya dihadapan Rakha. Dengan begitu Rania bisa lebih santai dan tidak lagi merasa khawatir kalau-kalau Rakha menangkap kegugupannya.Jika sebelumnya Rania lebih banyak menunduk demi menghindari kontak mata dengan Rakha, kali ini Rania yang justru lebih sering berlama-lama menatap Rakha duluan.Bahkan sampai Rakha sendiri yang terlihat salah tingkah karena ulah Rania.Selebihnya Rania hanya bisa tertawa dalam hati melihat betapa lugu dan menggemaskannya lelaki yang berstatus suaminya itu.Seandainya saja bisa, ingin sekali Rania mencubit gemas pipi Rakha dan mencium bibirnya.Sayangnya Rania hanya bisa berandai-andai. Jangankan sampai mencium bibir, duduk dalam jarak dekat ketika Rakha mengajarinya mem
Pagi ini Ummi meminta Rania untuk berbelanja ke pasar.Ummi tidak bisa pergi karena dia merasa tidak enak badan. Aminah bekerja dan Latifah masih mondok di pesantren. Tak ada yang bisa dimintai bantuan selain Rania.Berbekal catatan belanjaan dari Ummi, Rania berangkat ke pasar di antar oleh Abi.Saat Rania masih berbelanja, tiba-tiba Abi di telepon oleh salah satu pegawainya di yayasan kalau tamu dari luar kota yang hendak mengadopsi anak di panti asuhannya sudah datang dan mereka ingin bertemu Abi.Jadilah Abi terpaksa meninggalkan Rania sendiri di pasar."Nanti kamu pulang naik ojek saja ya Rania. Maaf Abi tidak bisa menunggu," ucap Abi saat hendak pamit pergi."Iya, nggak apa-apa Abi. Rania tahu kok daerah sini. Rania bisa pulang sendiri,"Abi pun pergi selepas mengucapkan salam.Rania memandang nanar kepergian Abi.Di
"Shadaqallahul-'adzim," Rakha dan Rania mengakhiri pembelajaran malam ini.Mereka sama-sama menutup Al-Quran. Setelah sebelumnya saling melempar tatapan malu-malu.Suasana terasa begitu canggung bahkan sejak pertama kalinya mereka memulai pembelajaran tadi.Rania langsung membuka mukenanya dan melipat sajadah setelah menyimpan kembali Al-Qurannya di dalam rak buku ruang tamu.Jika biasanya Rakha langsung masuk ke kamar, menutup pintu kamar dan baru akan keluar besok pagi saat hendak mandi untuk shalat shubuh ke masjid, namun malam ini Rakha hanya masuk sebentar ke kamarnya. Sekedar membuka sarung dan pecinya plus mengganti baju kokonya dengan kaus. Rakha keluar dengan pakaian santai dan bera