Rakha Pov...
Seperti biasa malam ini saya dan keluarga makan malam bersama di meja makan.
Suasana makan malam kali ini memang terasa berbeda karena kehadiran orang lain yang bukan anggota keluarga kami.
Namanya Rania.
Jujur saja, saya kaget luar biasa saat pertama kali melihat wajahnya tadi sore.
Kenyataan bahwa dia adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang sudah menolong saya semalam dan mengajak saya terlibat dalam aksi ugal-ugalannya dalam berkendara, membuat saya cukup shock.
Meski, saya justru melihat hal aneh dari sikapnya saat ini. Dia yang tampak lebih pendiam dari yang saya duga.
Setelah perkenalan tadi sore, saya terus berpikir dan menebak-nebak perangai Rania yang sebenarnya.
Jika dilihat dari penampilannya tampak jelas kalau Rania ini memang sosok perempuan badung yang pastinya sulit di atur. Ba
Sudah satu minggu berlalu.Rania yang tadinya masih merasa segan dan sungkan, perlahan mulai menyatu dengan suasana keluarga Rakha. Terlebih dia mulai bisa menetralkan perasaannya dihadapan Rakha. Dengan begitu Rania bisa lebih santai dan tidak lagi merasa khawatir kalau-kalau Rakha menangkap kegugupannya.Jika sebelumnya Rania lebih banyak menunduk demi menghindari kontak mata dengan Rakha, kali ini Rania yang justru lebih sering berlama-lama menatap Rakha duluan.Bahkan sampai Rakha sendiri yang terlihat salah tingkah karena ulah Rania.Selebihnya Rania hanya bisa tertawa dalam hati melihat betapa lugu dan menggemaskannya lelaki yang berstatus suaminya itu.Seandainya saja bisa, ingin sekali Rania mencubit gemas pipi Rakha dan mencium bibirnya.Sayangnya Rania hanya bisa berandai-andai. Jangankan sampai mencium bibir, duduk dalam jarak dekat ketika Rakha mengajarinya mem
Pagi ini Ummi meminta Rania untuk berbelanja ke pasar.Ummi tidak bisa pergi karena dia merasa tidak enak badan. Aminah bekerja dan Latifah masih mondok di pesantren. Tak ada yang bisa dimintai bantuan selain Rania.Berbekal catatan belanjaan dari Ummi, Rania berangkat ke pasar di antar oleh Abi.Saat Rania masih berbelanja, tiba-tiba Abi di telepon oleh salah satu pegawainya di yayasan kalau tamu dari luar kota yang hendak mengadopsi anak di panti asuhannya sudah datang dan mereka ingin bertemu Abi.Jadilah Abi terpaksa meninggalkan Rania sendiri di pasar."Nanti kamu pulang naik ojek saja ya Rania. Maaf Abi tidak bisa menunggu," ucap Abi saat hendak pamit pergi."Iya, nggak apa-apa Abi. Rania tahu kok daerah sini. Rania bisa pulang sendiri,"Abi pun pergi selepas mengucapkan salam.Rania memandang nanar kepergian Abi.Di
"Shadaqallahul-'adzim," Rakha dan Rania mengakhiri pembelajaran malam ini.Mereka sama-sama menutup Al-Quran. Setelah sebelumnya saling melempar tatapan malu-malu.Suasana terasa begitu canggung bahkan sejak pertama kalinya mereka memulai pembelajaran tadi.Rania langsung membuka mukenanya dan melipat sajadah setelah menyimpan kembali Al-Qurannya di dalam rak buku ruang tamu.Jika biasanya Rakha langsung masuk ke kamar, menutup pintu kamar dan baru akan keluar besok pagi saat hendak mandi untuk shalat shubuh ke masjid, namun malam ini Rakha hanya masuk sebentar ke kamarnya. Sekedar membuka sarung dan pecinya plus mengganti baju kokonya dengan kaus. Rakha keluar dengan pakaian santai dan bera
Sejak terbangun pagi tadi sampai hari kini menjelang siang, Rakha terus saja sibuk mengubek-ubek isi kamarnya.Mencari sesuatu.Saat itu, Aminah dan Rania kebetulan sedang ke pasar. Abi di yayasan. Di rumah hanya ada Ummi dan Latifah yang baru pulang dari pesantren karena hari ini adalah hari libur nasional.Dengan wajah kusut Rakha keluar dan berjalan ke dapur. Dia menghampiri Ummi yang sedang membungkus nasi ples lauk ke dalam wadah untuk dibagikan sebagai jatah makan siang anak-anak yayasan dan pengurusnya."Ummi, Ummi lihat buku jurnal Rakha tidak? Warnanya kuning," tanya Rakha pada Ummi.Ummi menggeleng. "Ummi tidak tahu
"Astaghfirullah al-adzim..." teriak Ummi saat menerima telepon dari pihak rumah sakit dimana Zulfa berada saat ini.Ummi terduduk di sofa ruang tamu dengan tubuh lunglai. Ponsel di tangannya bahkan sampai terjatuh.Hingga setelahnya Ummi menangis tersedu-sedu."Ada apa Ummi?" tanya Aminah dan Latifah bersamaan. Mereka tampak khawatir dan langsung berhambur ke arah Ummi.Ummi menceritakan tentang apa yang baru saja di dengarnya dari pihak rumah sakit kepada ke dua anak perempuannya.Tentang Zulfa.Kalimat istigfar kembali terdengar dari mulut Aminah dan Latifah.Aminah ikutan menangis. Dia masih berpelukan dengan Ummi.Sementara Latifah hanya terdiam sambil menjauh dari Ummi dan Aminah. Remaja itu berdiri dan perlahan melangkah mundur. Tatapannya lurus ke lantai. Lalu dia menggeleng.Nggak! Ini nggak boleh terjadi... In
Engsel-engsel jendela besi itu berdecit ketika angin menerpa kerapuhannya. Menghadirkan suara pedih yang menyayat hati.Lorong-lorong rumah sakit yang gelap dengan dinding-dindingnya yang dingin menjadi saksi bisu atas hati yang terpuruk.Perempuan itu berusaha untuk bangkit dari keterpurukan tapi kenapa rasanya sulit.Sangat-sangat sulit!Kejadian mengerikan itu terus saja membayangi dirinya. Membuatnya takut bahkan hanya untuk sekedar menutup mata.Mimpi-mimpi buruk itu seolah menjadi teman tidurnya setiap waktu. Seolah mengurung dirinya lebih dalam ke jurang nestapa. Merintih kesakitanpun hanya menjadi hal yang sia-sia.Kini semua terasa hampa bagi Zulfa.Hidupnya suram.Tak berwarna seperti dulu.Tubuhnya kini hanya menyisakan raga tanpa jiwa. Terseok dalam kehidupan yang teramat sangat menyedihkan. Air matanya bahkan
Rania terus saja bersungut-sungut sejak malam tadi.Dia kesal pada Zulfa."Nggak cape ya bulak balik begitu terus daritadi? Udah kayak setrikaan aja," goda Rakha yang muncul dari balik pintu.Rakha sudah rapi dengan seragam dinasnya dia hendak mengajar.Saat itu kebetulan rumah sedang sepi.Aminah sudah berangkat bekerja sejak pagi-pagi sekali, katanya ada acara di kelurahan dan dia terpilih sebagai panitia.Sementara Abi dan Ummi belum pulang dari pasar sejak keberangkatan mereka shubuh tadi.Rakha duduk di teras depan sambil memakai sepatu.Dilihatnya Rania tak bereaksi. Calon istrinya itu terus saja mundar mandir tidak jelas di teras, tepat dihadapannya."Kamu kenapa sih?" tanya Rakha.Rania berhenti mundar-mandir, dia berdiri dihadapan Rakha sambil berkacak pinggang."Gue kesel sama Zu
Assalamualaikum, Rakha.Kalau anta membaca surat ini, itu artinya dunia Abdullah dengan Rakha sudah berbeda. Sebagaimana yang tertulis di lauhul mahfudz, waktu ana sudah habis di dunia.Saya menulis surat ini karena terlalu khawatir akan kondisi Zulfa ke depannya bila saya tidak ada.Saya titip Zulfa. Titip Aisyah.Tolong jaga mereka sebagaimana kamu menjaga keluargamu.Saya percayakan mereka padamu.Afwan, Rakha.Sebenarnya Zulfa itu sudah sejak lama naksir sama kamu. Hanya saja sebagai perempuan dia tidak mungkin mengutarakannya lebih dulu.Itulah kenapa selama ini saya seringkali menjodoh-jodohkan kalian.Harapan terbesar dan terakhir saya, menjadi sebuah doa yang terus saya panjatkan sebelum maut menj