Rania Pov...
Hari ini, dengan sangat terpaksa gue melepas pakaian gamis yang selama ini menjadi pakaian sehari-hari gue.
Awalnya gue berpikir untuk melepas hijab juga, tapi gue berpikir ulang, kalau gue melepas hijab cuma demi memuluskan usaha gue dalam mengembalikan ingatan Rakha, apa kabar sama tanggung jawab gue di akhirat nanti?
Rakha pernah bilang, katanya istri sholehah itu adalah sayap suami menuju syurga.
Kalau istri berdosa, maka suami ikut menanggung dosa si istri.
Gue nggak mau membebani Rakha.
Memang pada awalnya gue berhijab itu karena di suruh Rakha, tapi semakin ke sini, gue paham bahwa hijab bagi seorang muslimah itu wajib hukumnya. Dengan hijab, wanita akan lebih di hormati. Lagi pula, gue juga merasa nggak pede kalau harus keluar rumah tanpa hijab.
Jadilah gue memakai kembali penutup kepala itu meski kali ini gue
Rakha Pov...Seperti biasa malam ini saya dan keluarga makan malam bersama di meja makan.Suasana makan malam kali ini memang terasa berbeda karena kehadiran orang lain yang bukan anggota keluarga kami.Namanya Rania.Jujur saja, saya kaget luar biasa saat pertama kali melihat wajahnya tadi sore.Kenyataan bahwa dia adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang sudah menolong saya semalam dan mengajak saya terlibat dalam aksi ugal-ugalannya dalam berkendara, membuat saya cukup shock.Meski, saya justru melihat hal aneh dari sikapnya saat ini. Dia yang tampak lebih pendiam dari yang saya duga.Setelah perkenalan tadi sore, saya terus berpikir dan menebak-nebak perangai Rania yang sebenarnya.Jika dilihat dari penampilannya tampak jelas kalau Rania ini memang sosok perempuan badung yang pastinya sulit di atur. Ba
Sudah satu minggu berlalu.Rania yang tadinya masih merasa segan dan sungkan, perlahan mulai menyatu dengan suasana keluarga Rakha. Terlebih dia mulai bisa menetralkan perasaannya dihadapan Rakha. Dengan begitu Rania bisa lebih santai dan tidak lagi merasa khawatir kalau-kalau Rakha menangkap kegugupannya.Jika sebelumnya Rania lebih banyak menunduk demi menghindari kontak mata dengan Rakha, kali ini Rania yang justru lebih sering berlama-lama menatap Rakha duluan.Bahkan sampai Rakha sendiri yang terlihat salah tingkah karena ulah Rania.Selebihnya Rania hanya bisa tertawa dalam hati melihat betapa lugu dan menggemaskannya lelaki yang berstatus suaminya itu.Seandainya saja bisa, ingin sekali Rania mencubit gemas pipi Rakha dan mencium bibirnya.Sayangnya Rania hanya bisa berandai-andai. Jangankan sampai mencium bibir, duduk dalam jarak dekat ketika Rakha mengajarinya mem
Pagi ini Ummi meminta Rania untuk berbelanja ke pasar.Ummi tidak bisa pergi karena dia merasa tidak enak badan. Aminah bekerja dan Latifah masih mondok di pesantren. Tak ada yang bisa dimintai bantuan selain Rania.Berbekal catatan belanjaan dari Ummi, Rania berangkat ke pasar di antar oleh Abi.Saat Rania masih berbelanja, tiba-tiba Abi di telepon oleh salah satu pegawainya di yayasan kalau tamu dari luar kota yang hendak mengadopsi anak di panti asuhannya sudah datang dan mereka ingin bertemu Abi.Jadilah Abi terpaksa meninggalkan Rania sendiri di pasar."Nanti kamu pulang naik ojek saja ya Rania. Maaf Abi tidak bisa menunggu," ucap Abi saat hendak pamit pergi."Iya, nggak apa-apa Abi. Rania tahu kok daerah sini. Rania bisa pulang sendiri,"Abi pun pergi selepas mengucapkan salam.Rania memandang nanar kepergian Abi.Di
"Shadaqallahul-'adzim," Rakha dan Rania mengakhiri pembelajaran malam ini.Mereka sama-sama menutup Al-Quran. Setelah sebelumnya saling melempar tatapan malu-malu.Suasana terasa begitu canggung bahkan sejak pertama kalinya mereka memulai pembelajaran tadi.Rania langsung membuka mukenanya dan melipat sajadah setelah menyimpan kembali Al-Qurannya di dalam rak buku ruang tamu.Jika biasanya Rakha langsung masuk ke kamar, menutup pintu kamar dan baru akan keluar besok pagi saat hendak mandi untuk shalat shubuh ke masjid, namun malam ini Rakha hanya masuk sebentar ke kamarnya. Sekedar membuka sarung dan pecinya plus mengganti baju kokonya dengan kaus. Rakha keluar dengan pakaian santai dan bera
Sejak terbangun pagi tadi sampai hari kini menjelang siang, Rakha terus saja sibuk mengubek-ubek isi kamarnya.Mencari sesuatu.Saat itu, Aminah dan Rania kebetulan sedang ke pasar. Abi di yayasan. Di rumah hanya ada Ummi dan Latifah yang baru pulang dari pesantren karena hari ini adalah hari libur nasional.Dengan wajah kusut Rakha keluar dan berjalan ke dapur. Dia menghampiri Ummi yang sedang membungkus nasi ples lauk ke dalam wadah untuk dibagikan sebagai jatah makan siang anak-anak yayasan dan pengurusnya."Ummi, Ummi lihat buku jurnal Rakha tidak? Warnanya kuning," tanya Rakha pada Ummi.Ummi menggeleng. "Ummi tidak tahu
"Astaghfirullah al-adzim..." teriak Ummi saat menerima telepon dari pihak rumah sakit dimana Zulfa berada saat ini.Ummi terduduk di sofa ruang tamu dengan tubuh lunglai. Ponsel di tangannya bahkan sampai terjatuh.Hingga setelahnya Ummi menangis tersedu-sedu."Ada apa Ummi?" tanya Aminah dan Latifah bersamaan. Mereka tampak khawatir dan langsung berhambur ke arah Ummi.Ummi menceritakan tentang apa yang baru saja di dengarnya dari pihak rumah sakit kepada ke dua anak perempuannya.Tentang Zulfa.Kalimat istigfar kembali terdengar dari mulut Aminah dan Latifah.Aminah ikutan menangis. Dia masih berpelukan dengan Ummi.Sementara Latifah hanya terdiam sambil menjauh dari Ummi dan Aminah. Remaja itu berdiri dan perlahan melangkah mundur. Tatapannya lurus ke lantai. Lalu dia menggeleng.Nggak! Ini nggak boleh terjadi... In
Engsel-engsel jendela besi itu berdecit ketika angin menerpa kerapuhannya. Menghadirkan suara pedih yang menyayat hati.Lorong-lorong rumah sakit yang gelap dengan dinding-dindingnya yang dingin menjadi saksi bisu atas hati yang terpuruk.Perempuan itu berusaha untuk bangkit dari keterpurukan tapi kenapa rasanya sulit.Sangat-sangat sulit!Kejadian mengerikan itu terus saja membayangi dirinya. Membuatnya takut bahkan hanya untuk sekedar menutup mata.Mimpi-mimpi buruk itu seolah menjadi teman tidurnya setiap waktu. Seolah mengurung dirinya lebih dalam ke jurang nestapa. Merintih kesakitanpun hanya menjadi hal yang sia-sia.Kini semua terasa hampa bagi Zulfa.Hidupnya suram.Tak berwarna seperti dulu.Tubuhnya kini hanya menyisakan raga tanpa jiwa. Terseok dalam kehidupan yang teramat sangat menyedihkan. Air matanya bahkan
Rania terus saja bersungut-sungut sejak malam tadi.Dia kesal pada Zulfa."Nggak cape ya bulak balik begitu terus daritadi? Udah kayak setrikaan aja," goda Rakha yang muncul dari balik pintu.Rakha sudah rapi dengan seragam dinasnya dia hendak mengajar.Saat itu kebetulan rumah sedang sepi.Aminah sudah berangkat bekerja sejak pagi-pagi sekali, katanya ada acara di kelurahan dan dia terpilih sebagai panitia.Sementara Abi dan Ummi belum pulang dari pasar sejak keberangkatan mereka shubuh tadi.Rakha duduk di teras depan sambil memakai sepatu.Dilihatnya Rania tak bereaksi. Calon istrinya itu terus saja mundar mandir tidak jelas di teras, tepat dihadapannya."Kamu kenapa sih?" tanya Rakha.Rania berhenti mundar-mandir, dia berdiri dihadapan Rakha sambil berkacak pinggang."Gue kesel sama Zu
Seorang lelaki menerima telepon dari seseorang di flatnya. "Hallo, ada apa Rick?" tanya lelaki itu pada orang yang meneleponnya. Dia menyalakan rokok dan berjalan ke sisi jendela. Membuka kaca jendela lalu mengepulkan asap rokok itu ke udara. Dingin angin malam berhembus menerpa wajah tampannya. "Ada pekerjaan baru untukmu, Sam. Kau sedang butuh uangkan?" ucap seorang lelaki di seberang. "Asal bukan memperkosa dan menculik anak kecil, aku terima," sahut lelaki yang dipanggil Sam itu. Saat itu, lelaki bernama Sammy itu duduk di jendela kamar dengan tubuh yang bersandar ke dinding dan satu kaki yang terangkat. Siku tangannya yang memegang rokok bertumpu pada lutut kakinya
Tentang Sammy. Seorang buronan interpol yang melarikan diri dari penjara karena ingin mencari adik angkatnya yang hilang. Dia adalah mantan tentara militer yang beralih profesi sebagai pembunuh bayaran setelah di fitnah dan di pecat secara tidak hormat, lalu di jebloskan ke penjara dan di siksa secara keji. Tentang Rheyna. Gadis yatim piatu salah adopsi. Dia di jual oleh orang tua yang mengadopsinya pada seorang germo di Las Vegas untuk di jadikan pelacur. Hingga suatu hari, Rheyna berhasil kabur dari tawanan si germo. Satu hal yang Rheyna inginkan saat itu, yakni pulang ke tanah air agar dia bisa bertemu kembali dengan seorang lelaki yang teramat sangat dia kagumi sejak kecil, lelaki itu adalah Ustadz yang mengajarnya mengaji di panti asuhan dulu, namanya Ustadz Rakha. Tentang sepasang suami istri, Rakha dan Rania. Sebelum menikah dengan Rakha, Rania sempat di lamar oleh seorang lelaki berkebangsaan Arab bernama Ahmed, tapi Rania menolaknya.
Dear Rania... Pada lembar terakhir buku ini, saya menyematkan foto kita berdua di sana. Berharap suatu hari nanti, ketika kamu melihatnya, kamu bisa tersenyum dan tahu betapa tampannya seorang Rakha yang menjadi suamimu ini... Allah telah memberi saya anugrah cinta yang luar biasa di dalam hati saya, hanya untukmu. Dan saya tak pernah berpikir untuk menghapusnya dari dalam hati maupun pikiran saya. Perasaan ini akan selalu saya jaga dan saya pupuk dengan baik di dalam jiwa saya. Karena saya percaya, alasan Allah mempertemukan kita lalu mempersatukan kita dalam ikatan suci pernikahan bukan hanya untuk sementara. Pasti ada alasan lain dibalik ini semua. Boleh saja kini kita berpisah, tapi saya yakin, suatu hari nanti cinta kita akan kembali b
Sebuah gedung megah berdiri kokoh di pusat Ibukota.Hotel berbintang lima itu ramai di kunjungi oleh berbagai macam kalangan orang-orang kelas atas dari mulai pengusaha, aktris, penyanyi, Syekh dan habib terkenal hingga beberapa pejabat pemerintahan.Mereka datang berbondong-bondong dan saling menunjukkan kemampuan finasial melalui mobil mewah yang mereka gunakan.Acara resepsi pernikahan seorang Ustadz terkenal asal Bantul, bernama Rakha Al-Faridzi dengan seorang wanita bercadar yang merupakan mantan istrinya sendiri bernama Rania Putri Wulandari Akbar di gelar dengan sangat meriah.Jika pernikahan pertama mereka dulu tak ada resepsi karena memang sengaja di sembunyikan agar tak tercium awak media, hingga berujung perceraian. Namun kali ini mereka terlihat blak-blakan membagi kebahagiaan mereka pada awak media.Bahkan acara itu di buka bebas untuk para rekan wartawan yang ingin meliput.
Acara ijab dan kabul telah usai.Hampir seluruh keluarga besar Dirgantara pulang ke penginapan, hanya tersisa Bastian dan Devano yang masih asik berkumpul di Masjid bersama keluarga Rakha yang lain, di antaranya Kohar dan Wisnu.Aminah, Latifah, Zulfa dan Ummi sudah sejak tadi masuk kamar untuk beristirahat. Setidaknya mereka masih memiliki waktu sekitar dua sampai tiga jam untuk tidur sampai waktu shalat Idul Fitri tiba.Rakha baru selesai mencuci muka di kamar mandi setelah berulang kali dia terus meyakini dirinya bahwa apa yang dia alami malam ini bukanlah mimpi alias nyata! Real! Asli! Fakta bukan rekayasa.Lelaki itu sudah menanggalkan jas hitamnya dan menyisakan sebuah kemeja putih yang melekat pas di tubuhnya yang juga berkulit putih.Rakha berwudhu.Berharap perasaannya bisa sedikit lebih baik.Terlebih, setelah ini dia harus menghadapi Rania yang
Rakha Pov...Tak terasa, Ramadhan tahun ini akan segera berakhir.Gema takbir sudah berkumandang.Menyejukkan hati. Meneduhkan sanubari.Kalimat-kalimat toyyibah penyeru betapa perkasanya sang Ilahi sedang diperdengarkan di seluruh dunia, semua orang menyeru nama Allah, memujinya.Tak henti-hentinya rasa syukur terus saya panjatkan atas karunia dan kasih sayang yang telah Allah berikan pada saya karena telah memberikan saya kesempatan mengecap manisnya bulan penuh rahmat di Ramadhan tahun ini.Nikmat sehat, nikmat beribadah, nikmat hidup pun nikmat-nikmat lainnya yang mungkin tak akan terhitung jumlahnya jika saya ucapkan satu persatu.Allah maha kaya, maha pengasih, maha penyayang, maha adil dan maha segala-galanya.Hanya kepada-Nyalah saya meminta dan memohon ampunan atas semua dosa-dosa
"Assalamualaikum, Ummi? Apa kabar?" ucap salah satu perempuan yang lebih dulu masuk.Dia seorang perempuan bercadar.Lebih tepatnya."Waalaikum salam," jawab Ummi dengan suara pelan. Masih terlihat bingung.Perempuan bercadar itu merangsek ke arah Ummi, memeluk Ummi dan menangis."Ini Rania Ummi..." bisik Rania sambil terisak.Latifah langsung menunduk."Rania?" gumam Ummi seolah tidak percaya.Rania mengangguk, melepas cadarnya."MasyaAllah..." gumam Ummi yang langsung menangis. "Jadi, kamu bukan ke Arab?"Bastian dan Raline menyusul masuk hendak bersalaman dengan si empunya rumah. Mereka berdiri di samping Rania.Rania bingung jadi berpandangan dengan ke dua orang tuanya."Ke Arab bagaimana Ummi?" tanya Rania yang tidak mengerti maksud pertanyaan Ummi.Dan Ummi pun menceritakan apa yang tadi diceritakan Siti padanya setelah mereka kini sudah duduk di sofa ruang tamu.Rania dan keluarg
Lantunan shalawat terus terdengar dari musik yang di putar Wisnu mengiringi perjalanan mereka menuju kampung halaman.Mudik tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.Jika tahun lalu mereka sudah berada di kampung sejak jauh-jauh hari sebelum hari raya, tapi sekarang di malam takbiran mereka justru masih berada di perjalanan.Untungnya arus mudik tahun ini jalanan di sepanjang jalur yang mereka lalui menuju Bantul ramai lancar alias tidak macet.Mereka sempat beberapa kali transit di rest area atau pom bensin untuk menunaikan shalat.Selepas maghrib mereka sudah masuk kawasan Jogya.Wisnu menepikan mobil di sebuah warung makan yang menyediakan fasilitas mushola dan toilet umum.Usai menunaikan shalat maghrib mereka buka bersama dengan memesan beberapa menu makanan yang berbeda.Wisnu dan Runi memesan menu ayam bakar, sementara Siti ingin makan lontong sayur dan seperti biasa, Rakha memesan menu kesukaannya lele goren
Malam itu, malam di mana dua hari menjelang hari raya Idul Fitri tiba.Di sepertiga malam yang sunyi, dua anak manusia sama-sama melaksanakan shalat istikharah.Bersujud, merendah dan memohon kepada sang penguasa alam atas apa yang menjadikan hati mereka resah dan gundah gulana.Meminta dengan khusyuk agar Allah memberikan petunjuk terbaiknya kepada mereka.Mereka bukanlah manusia mulia seperti Rasullullah pun Siti Khadijah. Mereka hanya manusia biasa yang berlumur dosa dan khilaf.Untuk itulah mereka tak sanggup menyelesaikan masalah ini sendirian tanpa campur tangan Allah di dalamnya.Karena mereka tahu, sebaik-baiknya pemberi petunjuk hanyalah Allah SWT.Sebaik-baiknya pembuat rencana, hanya Allah Azza Wa Jalla.Bukankah, rejeki, maut dan jodoh itu semua sudah ditetapkan Allah sejak mereka terlahir ke dunia?Maka, mereka akan pasrahkan semuanya kembali hanya pada sang pemilik hati.*****Keesokan harinya