Angin bertiup semilir menerpa dedaunan hijau yang mulai layu dan mengering. Rintik hujan masih setia membasahi bumi. Langit Ibukota yang biasanya cerah kini seolah berkabung. Terselimuti awan mendung yang enggan beranjak dari peraduannya. Sungguh pemandangan biasa bagi warga Jakarta, tepatnya sejak satu bulan terakhir. Sebab hujan tak pernah mengenal waktu untuk turun. Memasuki akhir tahun, sepertinya hujan semakin intens menunjukkan kekuasaannya.
Hari berlalu berganti minggu dan minggu berganti menjadi bulan.
Waktu seolah berputar lebih cepat saat manusia merasa hidup jauh lebih indah.
Ini sudah masuk awal Desember, dan itu artinya, sudah genap tiga bulan usia pernikahan kedua yang dilakukan Rakha dan Rania.
Pasca insiden keguguran yang dialami Rania beberapa bulan lalu, Rakha meminta pihak keluarga untuk kembali menggelar acara pernikahan kedua agar dirinya bisa lebih tenang dalam menjalani hubungan
Jangan lupa vote dan komennya ya...
"Apa lagi sih?" Rania terus meracau tidak jelas saat dirinya harus kembali terlibat adu tarik tangan dengan manusia tak tahu diri yang bernama Rakha Al Farizi, suaminya, pagi-pagi begini. Satu-satunya manusia tidak berkeprimanusiaan yang terus saja mengganggu tidur Rania, padahal Rania merasa dirinya baru saja tertidur sekitar satu sampai dua jam. Bayangkan saja, tadi berkisar pukul 02.00 WIB dini hari, Rania sudah dibangunkan oleh Rakha dengan dalih shalat malam. Dirinya yang jelas masih sangat mengantuk bersikukuh tak mau beranjak dari tempat tidur, hingga setelahnya Rakha kembali menggendong tubuhnya yang masih setengah sadar menuju kamar mandi, lalu mengunci pintu kamar mandi dari luar sebelum Rania menuruti perintahnya untuk mengambil wudhu. Dan semua penderitaan Rania tidak terhenti sampai di situ. Usai menunaikan shalat malam, lagi-lagi Rakha melarang Rania untuk kembali melanjutkan tidurnya. Al-Quran Braille yang dibeli Rakha untuk Rania sekitar dua m
Setelah terjebak dalam perkumpulan para kolega bisnis di sebuah kafe untuk merayakan keberhasilan yang telah dicapai perusahaan Dirgantara, kini Rakha harus terjebak macet di jalan bersama Devano, juga Bastian dan Bayu, adik dari Bastian. Mereka yang kini memegang kendali penuh atas keberlangsungan perusahaan turun temurun keluarga itu. Dirgantara Grup Company. Sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang perdagangan ekspor impor. Tingginya minat dan banyaknya permintaan atas kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap barang-barang yang mereka perjual belikan, mau tak mau membuat perusahaan kini harus menambah beberapa anak cabang baru di beberapa titik tertentu. Pekerjaan membludak. Semua orang sibuk. Tidak terkecuali dengan Rakha. Untuk itulah meski agak terpaksa, Rakha bersedia menerima ajakan sang Kakak Ipar dan Ayah mertuanya untuk ikut bergabung dalam acara per
Setelah mendengar penjelasan panjang Devano mengenai 'Seks' Rakha akhirnya bisa terbebas saat tiba-tiba ponsel Devano berbunyi. Nama sang istri yang bernama Zia nampak di layar ponsel sang Kakak ipar, hingga akhirnya Devano pun berucap selamat tinggal. "Alarm kebakaran udah bunyi! Daripada gue kena semprot gara-gara pulang kemaleman, tar lagi ya bimbelnya, gue balik dulu," Itulah kalimat terakhir yang Devano ucapkan pada Rakha sebelum kendaraan sang Kakak Ipar beranjak menjauh dari kediaman orang tuanya. Rakha hanya bisa mengurut dada saat harus mendengarkan betapa antusiasnya Devano menjelaskan tentang pengetahuan lelaki itu akan hal-hal yang berbau seks dan pornografi pada Rakha. Tentang betapa pentingnya peran sebuah film porno dalam membangkitkan hasrat seseorang. Ingin rasanya Rakha menengahi pembicaraan itu dengan memberikan sedikit pengetahuan lain tentang seks dalam agama islam, pun me
"Siapa itu? Tolong, gue mau keluar, biarin gue keluar," ucap Rania yang masih berusaha melangkah maju. Dan langkahnya jadi terhenti ketika sebuah tangan menggamit lengannya dan menggiringnya keluar dari apartemen Cassie. Rania berusaha mengimbangi langkah panjang orang yang membawanya saat itu meski dengan susah payah. Sesekali dia berontak dan berusaha untuk melepaskan diri, tapi cengkraman kuat di lengannya membuat Rania tidak bisa berbuat lebih banyak. "Lepasin gue! Lo siapa? Lo mau bawa gue kemana! Lepasin, toloooonggg..." teriak Rania saat itu. Hingga akhirnya, mulut Rania dibekap oleh orang tersebut, Rania diajak bersembunyi di balik pintu toilet umum di dalam apartemen saat segerombolan orang datang dari arah lift yang terbuka. Segerombolan pria berjas hitam yang dikepalai oleh seorang laki-laki berkumis tebal dan berkepala botak. Mereka berjalan menuju apartemen Cassie. "Hmmmphh," gumam Rania saat itu. Bekapan di mulutn
Deru mesin motor sporty itu meredup saat sang pengendara memutar kunci kontaknya. Mencabutnya dari lubang kunci, lalu turun. Dia membuka kaca helm full facenya dan menaruhnya di atas jok motor. Ditariknya napas dalam-dalam, lalu dihempasnya kasar melalui mulut. Kepalan tangannya yang mengeras perlahan mengendur seiring dengan melunaknya amarah yang terpendam dalam hati. Betapapun dirinya berusaha untuk bersabar, Rakha tahu dia hanya seorang manusia, tempat khilaf dan salah. Dia tidak sesempurna yang orang lain pikir. Meski hati diselimuti emosi, pada akhirnya Rakha tetaplah Rakha, seseorang yang selalu berusaha untuk meredam egonya dan mengedepankan perdamaian. Rakha sadar betul, emosi tak akan membuat masalah terselesaikan, melainkan hanya akan memperkeruh keadaan. Pemandangan tak pantas yang sempat di tangkap oleh ke dua netranya beberapa menit lalu terus mengganggu pikirannya. Menguras emosinya. Tap
Angin malam berhembus dingin.Menerpa pepohonan disekitarnya dengan intensitas sedang.Suara deburan ombak terdengar bergemuruh. Menghadirkan sensasi tersendiri bagi Rania.Dia sangat menyukai pantai, karena sejak kecil dia memang terlahir dan dibesarkan di daerah sekitar pantai.Rania kecil sangat suka berenang, menangkap ikan, membangun istana pasir dan bergulung dengan ombak, bermain sepak bola, dan berlarian bebas di sekitar pantai. Sungguh pengalaman yang tak akan pernah terlupakan olehnya."Wuhuuu... Rakha, sini main air..." teriak Rania sambil terus berjingkrak di atas air, tangannya melambai entah kemana, maksudnya di
Dunia berputar, kisah hidup silih berganti, jalanpun sering bercabang dengan arah yang berbeda-beda. Sahabat menjadi bagian penting dalam proses hidup itu, karena itu kita harus belajar tulus ikhlas mempersembahkan yang terbaik bagi sahabat untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Ada pepatah mengatakan, sahabat adalah cerminan diri sendiri. Maka, bersahabatlah dengan orang yang kita anggap bisa menjadi sahabat untuk bahagia di dunia dan akhirat. Sahabat yang menjauhkan kita dari Allah tentu bukan sahabat yang kita harapkan. Namun doakan saja mereka menjadi orang yang mau menjalani hijrah, mutasi dari ketidakbaikan menuju kebaikan. Itulah hal yang saat ini sedang Rania usahakan. Satu bulan telah berlalu setelah insiden penganiayaan
Hari ini, perusahaan kembali dikejutkan oleh pemecatan dadakan manager produksi, Bapak Galih Siregar. Lagi dan lagi, Rakhalah orang yang berhasil membongkar kedok asli Galih setelah Rakha melakukan riset mandiri atas kegiatan produksi yang berjalan selama satu bulan penuh belakangan ini. Keganjilan demi keganjilan yang berhasil Rakha temui pun terungkap. Galih yang bekerja sama dengan pihak suplier dengan membuat data palsu dalam pasokan barang yang masuk dan keluar. Lalu selisih dari jumlah barang-barang itu mereka simpan di sebuah gudang lain di luar perusahaan yang kemudian mereka jual untuk mendapat keuntungan pribadi. Sejak pertama kalinya Rakha menginjakkan kaki di perusahaan Dirgantara Grup, Rakha sudah mencium begitu banyak kebobrokan yang terjadi di sana. Dalam kasus Galih kali ini, bukanlah yang pertama. Setelah sebelumnya, Rakha berhasil membongkar kecurangan pihak manageme
Seorang lelaki menerima telepon dari seseorang di flatnya. "Hallo, ada apa Rick?" tanya lelaki itu pada orang yang meneleponnya. Dia menyalakan rokok dan berjalan ke sisi jendela. Membuka kaca jendela lalu mengepulkan asap rokok itu ke udara. Dingin angin malam berhembus menerpa wajah tampannya. "Ada pekerjaan baru untukmu, Sam. Kau sedang butuh uangkan?" ucap seorang lelaki di seberang. "Asal bukan memperkosa dan menculik anak kecil, aku terima," sahut lelaki yang dipanggil Sam itu. Saat itu, lelaki bernama Sammy itu duduk di jendela kamar dengan tubuh yang bersandar ke dinding dan satu kaki yang terangkat. Siku tangannya yang memegang rokok bertumpu pada lutut kakinya
Tentang Sammy. Seorang buronan interpol yang melarikan diri dari penjara karena ingin mencari adik angkatnya yang hilang. Dia adalah mantan tentara militer yang beralih profesi sebagai pembunuh bayaran setelah di fitnah dan di pecat secara tidak hormat, lalu di jebloskan ke penjara dan di siksa secara keji. Tentang Rheyna. Gadis yatim piatu salah adopsi. Dia di jual oleh orang tua yang mengadopsinya pada seorang germo di Las Vegas untuk di jadikan pelacur. Hingga suatu hari, Rheyna berhasil kabur dari tawanan si germo. Satu hal yang Rheyna inginkan saat itu, yakni pulang ke tanah air agar dia bisa bertemu kembali dengan seorang lelaki yang teramat sangat dia kagumi sejak kecil, lelaki itu adalah Ustadz yang mengajarnya mengaji di panti asuhan dulu, namanya Ustadz Rakha. Tentang sepasang suami istri, Rakha dan Rania. Sebelum menikah dengan Rakha, Rania sempat di lamar oleh seorang lelaki berkebangsaan Arab bernama Ahmed, tapi Rania menolaknya.
Dear Rania... Pada lembar terakhir buku ini, saya menyematkan foto kita berdua di sana. Berharap suatu hari nanti, ketika kamu melihatnya, kamu bisa tersenyum dan tahu betapa tampannya seorang Rakha yang menjadi suamimu ini... Allah telah memberi saya anugrah cinta yang luar biasa di dalam hati saya, hanya untukmu. Dan saya tak pernah berpikir untuk menghapusnya dari dalam hati maupun pikiran saya. Perasaan ini akan selalu saya jaga dan saya pupuk dengan baik di dalam jiwa saya. Karena saya percaya, alasan Allah mempertemukan kita lalu mempersatukan kita dalam ikatan suci pernikahan bukan hanya untuk sementara. Pasti ada alasan lain dibalik ini semua. Boleh saja kini kita berpisah, tapi saya yakin, suatu hari nanti cinta kita akan kembali b
Sebuah gedung megah berdiri kokoh di pusat Ibukota.Hotel berbintang lima itu ramai di kunjungi oleh berbagai macam kalangan orang-orang kelas atas dari mulai pengusaha, aktris, penyanyi, Syekh dan habib terkenal hingga beberapa pejabat pemerintahan.Mereka datang berbondong-bondong dan saling menunjukkan kemampuan finasial melalui mobil mewah yang mereka gunakan.Acara resepsi pernikahan seorang Ustadz terkenal asal Bantul, bernama Rakha Al-Faridzi dengan seorang wanita bercadar yang merupakan mantan istrinya sendiri bernama Rania Putri Wulandari Akbar di gelar dengan sangat meriah.Jika pernikahan pertama mereka dulu tak ada resepsi karena memang sengaja di sembunyikan agar tak tercium awak media, hingga berujung perceraian. Namun kali ini mereka terlihat blak-blakan membagi kebahagiaan mereka pada awak media.Bahkan acara itu di buka bebas untuk para rekan wartawan yang ingin meliput.
Acara ijab dan kabul telah usai.Hampir seluruh keluarga besar Dirgantara pulang ke penginapan, hanya tersisa Bastian dan Devano yang masih asik berkumpul di Masjid bersama keluarga Rakha yang lain, di antaranya Kohar dan Wisnu.Aminah, Latifah, Zulfa dan Ummi sudah sejak tadi masuk kamar untuk beristirahat. Setidaknya mereka masih memiliki waktu sekitar dua sampai tiga jam untuk tidur sampai waktu shalat Idul Fitri tiba.Rakha baru selesai mencuci muka di kamar mandi setelah berulang kali dia terus meyakini dirinya bahwa apa yang dia alami malam ini bukanlah mimpi alias nyata! Real! Asli! Fakta bukan rekayasa.Lelaki itu sudah menanggalkan jas hitamnya dan menyisakan sebuah kemeja putih yang melekat pas di tubuhnya yang juga berkulit putih.Rakha berwudhu.Berharap perasaannya bisa sedikit lebih baik.Terlebih, setelah ini dia harus menghadapi Rania yang
Rakha Pov...Tak terasa, Ramadhan tahun ini akan segera berakhir.Gema takbir sudah berkumandang.Menyejukkan hati. Meneduhkan sanubari.Kalimat-kalimat toyyibah penyeru betapa perkasanya sang Ilahi sedang diperdengarkan di seluruh dunia, semua orang menyeru nama Allah, memujinya.Tak henti-hentinya rasa syukur terus saya panjatkan atas karunia dan kasih sayang yang telah Allah berikan pada saya karena telah memberikan saya kesempatan mengecap manisnya bulan penuh rahmat di Ramadhan tahun ini.Nikmat sehat, nikmat beribadah, nikmat hidup pun nikmat-nikmat lainnya yang mungkin tak akan terhitung jumlahnya jika saya ucapkan satu persatu.Allah maha kaya, maha pengasih, maha penyayang, maha adil dan maha segala-galanya.Hanya kepada-Nyalah saya meminta dan memohon ampunan atas semua dosa-dosa
"Assalamualaikum, Ummi? Apa kabar?" ucap salah satu perempuan yang lebih dulu masuk.Dia seorang perempuan bercadar.Lebih tepatnya."Waalaikum salam," jawab Ummi dengan suara pelan. Masih terlihat bingung.Perempuan bercadar itu merangsek ke arah Ummi, memeluk Ummi dan menangis."Ini Rania Ummi..." bisik Rania sambil terisak.Latifah langsung menunduk."Rania?" gumam Ummi seolah tidak percaya.Rania mengangguk, melepas cadarnya."MasyaAllah..." gumam Ummi yang langsung menangis. "Jadi, kamu bukan ke Arab?"Bastian dan Raline menyusul masuk hendak bersalaman dengan si empunya rumah. Mereka berdiri di samping Rania.Rania bingung jadi berpandangan dengan ke dua orang tuanya."Ke Arab bagaimana Ummi?" tanya Rania yang tidak mengerti maksud pertanyaan Ummi.Dan Ummi pun menceritakan apa yang tadi diceritakan Siti padanya setelah mereka kini sudah duduk di sofa ruang tamu.Rania dan keluarg
Lantunan shalawat terus terdengar dari musik yang di putar Wisnu mengiringi perjalanan mereka menuju kampung halaman.Mudik tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.Jika tahun lalu mereka sudah berada di kampung sejak jauh-jauh hari sebelum hari raya, tapi sekarang di malam takbiran mereka justru masih berada di perjalanan.Untungnya arus mudik tahun ini jalanan di sepanjang jalur yang mereka lalui menuju Bantul ramai lancar alias tidak macet.Mereka sempat beberapa kali transit di rest area atau pom bensin untuk menunaikan shalat.Selepas maghrib mereka sudah masuk kawasan Jogya.Wisnu menepikan mobil di sebuah warung makan yang menyediakan fasilitas mushola dan toilet umum.Usai menunaikan shalat maghrib mereka buka bersama dengan memesan beberapa menu makanan yang berbeda.Wisnu dan Runi memesan menu ayam bakar, sementara Siti ingin makan lontong sayur dan seperti biasa, Rakha memesan menu kesukaannya lele goren
Malam itu, malam di mana dua hari menjelang hari raya Idul Fitri tiba.Di sepertiga malam yang sunyi, dua anak manusia sama-sama melaksanakan shalat istikharah.Bersujud, merendah dan memohon kepada sang penguasa alam atas apa yang menjadikan hati mereka resah dan gundah gulana.Meminta dengan khusyuk agar Allah memberikan petunjuk terbaiknya kepada mereka.Mereka bukanlah manusia mulia seperti Rasullullah pun Siti Khadijah. Mereka hanya manusia biasa yang berlumur dosa dan khilaf.Untuk itulah mereka tak sanggup menyelesaikan masalah ini sendirian tanpa campur tangan Allah di dalamnya.Karena mereka tahu, sebaik-baiknya pemberi petunjuk hanyalah Allah SWT.Sebaik-baiknya pembuat rencana, hanya Allah Azza Wa Jalla.Bukankah, rejeki, maut dan jodoh itu semua sudah ditetapkan Allah sejak mereka terlahir ke dunia?Maka, mereka akan pasrahkan semuanya kembali hanya pada sang pemilik hati.*****Keesokan harinya