Apapun yang terbayang saat itu dalam benaknya, seolah hilang dan sirna. Otaknya mendadak kosong. Bahkan semua hal di sekelilingnya seolah berhenti bergerak.
Hingga pada akhirnya, yang terasa hanyalah degupan jantungnya sendiri.
Si laki-laki masih diam dalam posisinya, setengah menunduk karena tubuhnya yang memang lebih jangkung.
Sementara si gadis, setengah berjinjit. Ke dua tangannya bergerak cepat melingkar di leher si lelaki.
Ketika kulit bibir mereka saling bersentuhan, si gadis bisa merasakan sebuah cengkraman kuat di pinggangnya.
Si gadis menutup matanya. Berusaha menikmati.
Sementara si lelaki, masih berusaha mengumpulkan seluruh keberaniannya. Kesadarannya.
Awas Baper... Hehehe... Vote dan koment ya...
Angin bertiup semilir menerpa dedaunan hijau yang mulai layu dan mengering. Rintik hujan masih setia membasahi bumi. Langit Ibukota yang biasanya cerah kini seolah berkabung. Terselimuti awan mendung yang enggan beranjak dari peraduannya. Sungguh pemandangan biasa bagi warga Jakarta, tepatnya sejak satu bulan terakhir. Sebab hujan tak pernah mengenal waktu untuk turun. Memasuki akhir tahun, sepertinya hujan semakin intens menunjukkan kekuasaannya. Hari berlalu berganti minggu dan minggu berganti menjadi bulan. Waktu seolah berputar lebih cepat saat manusia merasa hidup jauh lebih indah. Ini sudah masuk awal Desember, dan itu artinya, sudah genap tiga bulan usia pernikahan kedua yang dilakukan Rakha dan Rania. Pasca insiden keguguran yang dialami Rania beberapa bulan lalu, Rakha meminta pihak keluarga untuk kembali menggelar acara pernikahan kedua agar dirinya bisa lebih tenang dalam menjalani hubungan
"Apa lagi sih?" Rania terus meracau tidak jelas saat dirinya harus kembali terlibat adu tarik tangan dengan manusia tak tahu diri yang bernama Rakha Al Farizi, suaminya, pagi-pagi begini. Satu-satunya manusia tidak berkeprimanusiaan yang terus saja mengganggu tidur Rania, padahal Rania merasa dirinya baru saja tertidur sekitar satu sampai dua jam. Bayangkan saja, tadi berkisar pukul 02.00 WIB dini hari, Rania sudah dibangunkan oleh Rakha dengan dalih shalat malam. Dirinya yang jelas masih sangat mengantuk bersikukuh tak mau beranjak dari tempat tidur, hingga setelahnya Rakha kembali menggendong tubuhnya yang masih setengah sadar menuju kamar mandi, lalu mengunci pintu kamar mandi dari luar sebelum Rania menuruti perintahnya untuk mengambil wudhu. Dan semua penderitaan Rania tidak terhenti sampai di situ. Usai menunaikan shalat malam, lagi-lagi Rakha melarang Rania untuk kembali melanjutkan tidurnya. Al-Quran Braille yang dibeli Rakha untuk Rania sekitar dua m
Setelah terjebak dalam perkumpulan para kolega bisnis di sebuah kafe untuk merayakan keberhasilan yang telah dicapai perusahaan Dirgantara, kini Rakha harus terjebak macet di jalan bersama Devano, juga Bastian dan Bayu, adik dari Bastian. Mereka yang kini memegang kendali penuh atas keberlangsungan perusahaan turun temurun keluarga itu. Dirgantara Grup Company. Sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang perdagangan ekspor impor. Tingginya minat dan banyaknya permintaan atas kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap barang-barang yang mereka perjual belikan, mau tak mau membuat perusahaan kini harus menambah beberapa anak cabang baru di beberapa titik tertentu. Pekerjaan membludak. Semua orang sibuk. Tidak terkecuali dengan Rakha. Untuk itulah meski agak terpaksa, Rakha bersedia menerima ajakan sang Kakak Ipar dan Ayah mertuanya untuk ikut bergabung dalam acara per
Setelah mendengar penjelasan panjang Devano mengenai 'Seks' Rakha akhirnya bisa terbebas saat tiba-tiba ponsel Devano berbunyi. Nama sang istri yang bernama Zia nampak di layar ponsel sang Kakak ipar, hingga akhirnya Devano pun berucap selamat tinggal. "Alarm kebakaran udah bunyi! Daripada gue kena semprot gara-gara pulang kemaleman, tar lagi ya bimbelnya, gue balik dulu," Itulah kalimat terakhir yang Devano ucapkan pada Rakha sebelum kendaraan sang Kakak Ipar beranjak menjauh dari kediaman orang tuanya. Rakha hanya bisa mengurut dada saat harus mendengarkan betapa antusiasnya Devano menjelaskan tentang pengetahuan lelaki itu akan hal-hal yang berbau seks dan pornografi pada Rakha. Tentang betapa pentingnya peran sebuah film porno dalam membangkitkan hasrat seseorang. Ingin rasanya Rakha menengahi pembicaraan itu dengan memberikan sedikit pengetahuan lain tentang seks dalam agama islam, pun me
"Siapa itu? Tolong, gue mau keluar, biarin gue keluar," ucap Rania yang masih berusaha melangkah maju. Dan langkahnya jadi terhenti ketika sebuah tangan menggamit lengannya dan menggiringnya keluar dari apartemen Cassie. Rania berusaha mengimbangi langkah panjang orang yang membawanya saat itu meski dengan susah payah. Sesekali dia berontak dan berusaha untuk melepaskan diri, tapi cengkraman kuat di lengannya membuat Rania tidak bisa berbuat lebih banyak. "Lepasin gue! Lo siapa? Lo mau bawa gue kemana! Lepasin, toloooonggg..." teriak Rania saat itu. Hingga akhirnya, mulut Rania dibekap oleh orang tersebut, Rania diajak bersembunyi di balik pintu toilet umum di dalam apartemen saat segerombolan orang datang dari arah lift yang terbuka. Segerombolan pria berjas hitam yang dikepalai oleh seorang laki-laki berkumis tebal dan berkepala botak. Mereka berjalan menuju apartemen Cassie. "Hmmmphh," gumam Rania saat itu. Bekapan di mulutn
Deru mesin motor sporty itu meredup saat sang pengendara memutar kunci kontaknya. Mencabutnya dari lubang kunci, lalu turun. Dia membuka kaca helm full facenya dan menaruhnya di atas jok motor. Ditariknya napas dalam-dalam, lalu dihempasnya kasar melalui mulut. Kepalan tangannya yang mengeras perlahan mengendur seiring dengan melunaknya amarah yang terpendam dalam hati. Betapapun dirinya berusaha untuk bersabar, Rakha tahu dia hanya seorang manusia, tempat khilaf dan salah. Dia tidak sesempurna yang orang lain pikir. Meski hati diselimuti emosi, pada akhirnya Rakha tetaplah Rakha, seseorang yang selalu berusaha untuk meredam egonya dan mengedepankan perdamaian. Rakha sadar betul, emosi tak akan membuat masalah terselesaikan, melainkan hanya akan memperkeruh keadaan. Pemandangan tak pantas yang sempat di tangkap oleh ke dua netranya beberapa menit lalu terus mengganggu pikirannya. Menguras emosinya. Tap
Angin malam berhembus dingin.Menerpa pepohonan disekitarnya dengan intensitas sedang.Suara deburan ombak terdengar bergemuruh. Menghadirkan sensasi tersendiri bagi Rania.Dia sangat menyukai pantai, karena sejak kecil dia memang terlahir dan dibesarkan di daerah sekitar pantai.Rania kecil sangat suka berenang, menangkap ikan, membangun istana pasir dan bergulung dengan ombak, bermain sepak bola, dan berlarian bebas di sekitar pantai. Sungguh pengalaman yang tak akan pernah terlupakan olehnya."Wuhuuu... Rakha, sini main air..." teriak Rania sambil terus berjingkrak di atas air, tangannya melambai entah kemana, maksudnya di
Dunia berputar, kisah hidup silih berganti, jalanpun sering bercabang dengan arah yang berbeda-beda. Sahabat menjadi bagian penting dalam proses hidup itu, karena itu kita harus belajar tulus ikhlas mempersembahkan yang terbaik bagi sahabat untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Ada pepatah mengatakan, sahabat adalah cerminan diri sendiri. Maka, bersahabatlah dengan orang yang kita anggap bisa menjadi sahabat untuk bahagia di dunia dan akhirat. Sahabat yang menjauhkan kita dari Allah tentu bukan sahabat yang kita harapkan. Namun doakan saja mereka menjadi orang yang mau menjalani hijrah, mutasi dari ketidakbaikan menuju kebaikan. Itulah hal yang saat ini sedang Rania usahakan. Satu bulan telah berlalu setelah insiden penganiayaan