"Siapa itu? Tolong, gue mau keluar, biarin gue keluar," ucap Rania yang masih berusaha melangkah maju.
Dan langkahnya jadi terhenti ketika sebuah tangan menggamit lengannya dan menggiringnya keluar dari apartemen Cassie.
Rania berusaha mengimbangi langkah panjang orang yang membawanya saat itu meski dengan susah payah. Sesekali dia berontak dan berusaha untuk melepaskan diri, tapi cengkraman kuat di lengannya membuat Rania tidak bisa berbuat lebih banyak.
"Lepasin gue! Lo siapa? Lo mau bawa gue kemana! Lepasin, toloooonggg..." teriak Rania saat itu.
Hingga akhirnya, mulut Rania dibekap oleh orang tersebut, Rania diajak bersembunyi di balik pintu toilet umum di dalam apartemen saat segerombolan orang datang dari arah lift yang terbuka.
Segerombolan pria berjas hitam yang dikepalai oleh seorang laki-laki berkumis tebal dan berkepala botak.
Mereka berjalan menuju apartemen Cassie.
"Hmmmphh," gumam Rania saat itu. Bekapan di mulutn
Semoga suka ya...
Deru mesin motor sporty itu meredup saat sang pengendara memutar kunci kontaknya. Mencabutnya dari lubang kunci, lalu turun. Dia membuka kaca helm full facenya dan menaruhnya di atas jok motor. Ditariknya napas dalam-dalam, lalu dihempasnya kasar melalui mulut. Kepalan tangannya yang mengeras perlahan mengendur seiring dengan melunaknya amarah yang terpendam dalam hati. Betapapun dirinya berusaha untuk bersabar, Rakha tahu dia hanya seorang manusia, tempat khilaf dan salah. Dia tidak sesempurna yang orang lain pikir. Meski hati diselimuti emosi, pada akhirnya Rakha tetaplah Rakha, seseorang yang selalu berusaha untuk meredam egonya dan mengedepankan perdamaian. Rakha sadar betul, emosi tak akan membuat masalah terselesaikan, melainkan hanya akan memperkeruh keadaan. Pemandangan tak pantas yang sempat di tangkap oleh ke dua netranya beberapa menit lalu terus mengganggu pikirannya. Menguras emosinya. Tap
Angin malam berhembus dingin.Menerpa pepohonan disekitarnya dengan intensitas sedang.Suara deburan ombak terdengar bergemuruh. Menghadirkan sensasi tersendiri bagi Rania.Dia sangat menyukai pantai, karena sejak kecil dia memang terlahir dan dibesarkan di daerah sekitar pantai.Rania kecil sangat suka berenang, menangkap ikan, membangun istana pasir dan bergulung dengan ombak, bermain sepak bola, dan berlarian bebas di sekitar pantai. Sungguh pengalaman yang tak akan pernah terlupakan olehnya."Wuhuuu... Rakha, sini main air..." teriak Rania sambil terus berjingkrak di atas air, tangannya melambai entah kemana, maksudnya di
Dunia berputar, kisah hidup silih berganti, jalanpun sering bercabang dengan arah yang berbeda-beda. Sahabat menjadi bagian penting dalam proses hidup itu, karena itu kita harus belajar tulus ikhlas mempersembahkan yang terbaik bagi sahabat untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Ada pepatah mengatakan, sahabat adalah cerminan diri sendiri. Maka, bersahabatlah dengan orang yang kita anggap bisa menjadi sahabat untuk bahagia di dunia dan akhirat. Sahabat yang menjauhkan kita dari Allah tentu bukan sahabat yang kita harapkan. Namun doakan saja mereka menjadi orang yang mau menjalani hijrah, mutasi dari ketidakbaikan menuju kebaikan. Itulah hal yang saat ini sedang Rania usahakan. Satu bulan telah berlalu setelah insiden penganiayaan
Hari ini, perusahaan kembali dikejutkan oleh pemecatan dadakan manager produksi, Bapak Galih Siregar. Lagi dan lagi, Rakhalah orang yang berhasil membongkar kedok asli Galih setelah Rakha melakukan riset mandiri atas kegiatan produksi yang berjalan selama satu bulan penuh belakangan ini. Keganjilan demi keganjilan yang berhasil Rakha temui pun terungkap. Galih yang bekerja sama dengan pihak suplier dengan membuat data palsu dalam pasokan barang yang masuk dan keluar. Lalu selisih dari jumlah barang-barang itu mereka simpan di sebuah gudang lain di luar perusahaan yang kemudian mereka jual untuk mendapat keuntungan pribadi. Sejak pertama kalinya Rakha menginjakkan kaki di perusahaan Dirgantara Grup, Rakha sudah mencium begitu banyak kebobrokan yang terjadi di sana. Dalam kasus Galih kali ini, bukanlah yang pertama. Setelah sebelumnya, Rakha berhasil membongkar kecurangan pihak manageme
Hari ini, Rakha memang sengaja membawa mobil ke kantor karena Rania yang memintanya tadi pagi. Usai dengan seluruh pekerjaannya, Rakha hendak menuju parkiran untuk menjemput Rania dan Delisha di lokasi yang telah mereka beritahukan pada Rakha. Rakha baru saja memasuki mobil mewah milik Rania ketika ponsel di saku celananya tiba-tiba berbunyi. Tanda telepon masuk. Saat dilihat ternyata itu panggilan dari nomor yang tak dikenal. Klik. Rakha pun mengangkatnya. Takut-takut itu telepon dari salah satu kliennya di perusahaan. "Hallo, Assalamualaikum," sapa Rakha dengan ramah dan sopan. "Waalaikum salam, ini benar nomor Mas Rakha?" ucap suara di seberang. Itu suara seorang wanita. Wanita yang sepertinya sedang menangis. "I-iya. Ini saya Rakha. Maaf ini siapa ya?" tanya Rakha dengan ker
Waktu terus bergulir. Rakha masih tetap pada rutinitasnya semula sebagai seorang suami, mencari nafkah, mengurus Rania saat dirinya di rumah, serta sesekali dia menyempatkan diri untuk menengok keadaan sang Kakak di rumah sakit. Dua hari yang lalu, Siti siuman. Rakha yang mendengar hal itu jelas tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia bahkan langsung bersujud atas bentuk wujud rasa syukurnya terhadap keajaiban itu. Malam itu juga Rakha bergegas ke rumah sakit, dia ditemani Rania. Wisnu bilang, Dokter yang menangani Siti mengatakan kalau apa yang terjadi pada Siti memang murni keajaiban Tuhan.
"Duh, saya jadi nggak enak sama Mas karena udah ngerepotin," ucap Zulfa ketika Rakha baru saja mengantarnya pulang selepas dari klinik. Rakha tersenyum lebar. "Justru saya yang seharusnya minta maaf karena belum bisa menjadi sosok Ayah yang baik untuk Aisyah," jawab Rakha masih dengan Aisyah yang berada dalam gendongannya. Balita mungil itu terlihat pucat. Kepalanya tersandar nyaman di bahu Rakha dengan ke dua matanya yang masih terpejam. Zulfa hanya tertunduk dalam keterdiamannya. Merasa bersalah. Aisyah sudah diambil alih oleh Rheyna yang merupakan adik angkat Zulfa yang saat itu juga ikut ke klinik. Remaja berusia lima belas tahun itu membawa Aisyah masuk ke dalam ka
Rakha dan Rania baru saja selesai menunaikan shalat sunnah dua rakaat.Usai melipat kain sarung dan sajadah, Rakha beranjak ke meja kerjanya. Ponsel miliknya yang dia letakkan di sana tadi berbunyi. Rakha hanya ingin mengeceknya sebentar.Meski, hati dan pikirannya saat ini tidak benar-benar tertuju pada isi pesan di ponselnya.Rakha duduk dengan gelisah di depan laptopnya. Sesekali melirik ke arah Rania yang saat itu sudah terduduk di atas ranjang dan sibuk dengan ponselnya juga.Rakha mengetik pesan balasan yang di terimanya dari Wisnu yang memintanya datang ke rumah sakit besok.Setelah pesan itu terkirim, Rakha menaruh ponselnya kembali. Lelaki itu terdiam sesaat. Masih mencoba menguasai diri. Gemuruh hebat di dadanya kini membuat Rakha bingung harus memulai dari mana.Duh! Kenapa rasanya udah kayak mau perang begini sih?Ucap lelaki itu memba