Rakha dan Rania baru saja selesai menunaikan shalat sunnah dua rakaat.
Usai melipat kain sarung dan sajadah, Rakha beranjak ke meja kerjanya. Ponsel miliknya yang dia letakkan di sana tadi berbunyi. Rakha hanya ingin mengeceknya sebentar.
Meski, hati dan pikirannya saat ini tidak benar-benar tertuju pada isi pesan di ponselnya.
Rakha duduk dengan gelisah di depan laptopnya. Sesekali melirik ke arah Rania yang saat itu sudah terduduk di atas ranjang dan sibuk dengan ponselnya juga.
Rakha mengetik pesan balasan yang di terimanya dari Wisnu yang memintanya datang ke rumah sakit besok.
Setelah pesan itu terkirim, Rakha menaruh ponselnya kembali. Lelaki itu terdiam sesaat. Masih mencoba menguasai diri. Gemuruh hebat di dadanya kini membuat Rakha bingung harus memulai dari mana.
Duh! Kenapa rasanya udah kayak mau perang begini sih?
Ucap lelaki itu memba
Baik bagi Rania mau pun Rakha, ke duanya sama-sama merasakan waktu berputar lebih cepat setelah malam pertama penuh cinta yang mereka lewati bersama.Hari-hari yang mereka lalui penuh dengan tawa dan kebahagiaan.Keharmonisan rumah tangga mereka kian terjalin dari hari ke hari, minggu ke minggu dan berganti bulan ke bulan.Jika pagi hari Rania biasa bangun setelah Rakha berangkat ke kantor, kini Rania selalu stand by di dapur usai menunaikan shalat shubuh. Dia meminta pada Raline untuk diajarkan memasak.Melihat kesungguhan Rania, Raline tentu semangat untuk mewujudkan keinginan sang buah hati tercintanya itu."Pagi ini sarapan yang buat Rania loh, Mas," ucap Raline pada Basti sang suami ketika mereka sedang menikmati sarapan pagi bersama."Oh ya? Wah, pantes enak," puji Basti sambil cengar-cengir. Dia mengerling ke arah menantunya.Rakha hanya membalas se
"Bangun Rania, wudhu dulu baru tidur," ajak Rakha serta merta. Lelaki itu bangkit dari tempat tidur lalu memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai. Dua minggu belakangan ini Rania lebih sering mengajaknya bercinta duluan. Dan hal itu jelas di sambut baik oleh Rakha. "Nanti dulu sebentar, kata Mba Zia kalau mau cepet hamil, sehabis berhubungan aku nggak boleh langsung berdiri," sahut Rania sambil merubah posisi tidurnya. Rakha sudah mengenakan celana boxernya saat dia melihat Rania yang tertidur dengan posisi telentang, sementara ke dua kakinya dia angkat lurus bersandar ke dinding. Setengah pinggulnya terangkat ke atas di sangga oleh bantal. "Kamu ngapain Rania?" tanya Rakha bingung. "Ssssst, bawel ihk tanya-tanya mulu! Ini posisi yang direkomendasiin sama Mba Zia supaya aku bisa cepet hamil, Kha! Dengan posisi begini, sperma kamu bisa lebih mudah masuk ke dalam indung telur aku,"
Rapat hari ini berlangsung ricuh.Keadaan yang pada awalnya biasa-biasa saja mendadak memanas ketika Rakha mulai menguak rahasia di balik masalah selisih keluar masuk barang yang kerap terjadi akhir-akhir ini.Bahkan hingga masalah sedetail itu tak luput dari perhatian RakhaDan Rakha bicara bukan tanpa bukti.Dirinya sudah menemukan bahwa kejahatan lama kembali terulang, dimana di temukannya gudang tempat para supir culas memasok barang milik perusahaan secara ilegal.Dan Rakha tahu betul siapa dalang di balik kejahatan ini."Jadi, bagaimana Pak Roby? Apa anda masih tetap bersihkeras tidak mau mengakui kesalahan anda?" ucap Rakha saat itu.Awalnya, Rakha sudah memperingati Roby untuk melapor secara pribadi pada Devano mengenai kecurangan yang dia lakukan terhadap perusahaan, namun Roby terus saja mengelak dan beralasan bahwa tuduhan Rakha itu tidak benar.
Sebuah rumah mewah di bilangan Jakarta Selatan terlihat berdiri kokoh dan berjajar rapi dengan rumah-rumah mewah lainnya di komplek perumahan Nusa Indah.Rumah dua lantai bercat abu-abu itu adalah rumah pemberian Bastian untuk Rania dan Rakha sebagai hadiah pernikahan yang belum terealisasikan sejak awal. Meski mulanya Rakha lagi-lagi mengemukakan keberatan dan ketidaksetujuannya, tapi tetap saja pada akhirnya dia tidak bisa memaksakan kehendaknya pada Rania yang bersihkeras ingin menempati rumah itu saja daripada harus mencari kontrakan.Alhasil, di sinilah kini mereka tinggal.Sudah satu bulan berlalu sejak mereka pindah ke rumah baru mereka itu, rumah tangga ke duanya tampak semakin mesra dan harmonis.Jika pagi hari saat weekend tiba dimana asisten rumah tangga mereka yaitu Mbok Tuti libur, biasanya Rakha yang akan membuatkan sarapan. Liburnya Mbok Tuti memang sengaja Rakha atur saat weekend karena Rak
Wisnu baru saja mendapat borongan pindah rumah.Dari kabar yang beredar pemilik rumah terpaksa menjual rumahnya dan pindah ke sebuah kontrakan sederhana dikarenakan keuangan rumah tangga mereka yang semakin pailit."Pak Roby, semua barang-barangnya sudah di angkut, saya bawa sekarang saja Pak?" tanya Wisnu pada si pemilik rumah.Lelaki bernama Roby itu menoleh. "Tunggu sebentar Mas. Saya mau nebeng," sahut Roby.Wisnu pun menunggu Roby di dalam mobil bak omprengannya. Padahal sebelumnya dia pikir Roby akan menyusul menaiki mobil sedan milik lelaki itu, tapi ternyata dugaan Wisnu salah."Loh, mobilnya ditinggal Pak Roby?" tanya Wisnu saat Roby kini sudah duduk di sebelahnya. Wisnu langsung menyalakan mesin mobil."Itu bukan mobil saya lagi. Saya jual buat menutupi hutang," jawab Roby singkat. Terdengar nada frustasi dari kalimatnya.Wisnu hanya manggut-mang
Hari ini adalah jadwal Siti check up.Rakha menemani Kakak perempuan satu-satunya itu ke rumah sakit karena kebetulan Wisnu sedang banyak pekerjaan.Kesehatan Siti memang belum sepenuhnya pulih, namun kemajuan yang di tunjukkan cukup signifikan. Siti hampir 85 % dinyatakan sembuh dari penyakit yang dia derita pasca operasi.Saat ini yang perlu dilakukan oleh Siti adalah istirahat yang cukup, menjaga pola makan teratur dan sehat, serta belum boleh melakukan pekerjaan berat sampai dia benar-benar dinyatakan sembuh sepenuhnya oleh dokter."Tadi Rania kenapa tidak di ajak?" tanya Siti ketika mereka sedang di perjalanan pulang."Rania lagi kurang enak badan, Mba. Nih daritadi sms terus suruh Rakha cepat pulang," jawab Rakha dari balik kemudi. Saat itu, Rakha membawa mobil milik Rania."Wah, jangan-jangan Mba mau punya keponakan nih?" Sit
Selepas melaksanakan shalat maghrib di masjid yang tak jauh dari kediaman Siti, Rakha langsung pamit pulang.Dia sempat bertemu dengan Wisnu sebentar yang saat itu kebetulan baru pulang mengantar barang.Mereka ngobrol sebentar lalu Wisnu mengantar Rakha sampai ke tempat Rakha memparkirkan kendaraannya.Jalanan malam ini cukup lengang. Rakha melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.Di tengah perjalanan terjadi kecelakaan parah di dekat lampu merah yang menjadi akses jalan untuk Rakha lebih cepat sampai ke rumahnya. Hingga mau tak mau, Rakha pun terpaksa putar balik karena jalanan tersebut di tutup sementara. Dan itu artinya, Rakha harus menempuh tiga kali rute yang seharusnya dia tempuh.Sampai akhirnya masuk waktu Isya, Rakha memutuskan untuk mampir di sebuah masjid untuk shalat terlebih dahulu.
Seorang wanita berhijab putih baru saja selesai membacakan doa di depan sebuah makam bertuliskan nama Abdullah.Dia meraih sebuah plastik berisikan bunga yang tadi dibelinya di depan pemakaman. Dia menaburkan bunga itu di atas pusara Abdullah, sang Kakak tercintanya.Selesai menabur bunga, Zulfa kembali berjongkok di sisi makam itu. Dia mengelus batu nisan dihadapannya sambil tersenyum."Hari ini Zulfa ulang tahun, Mas. Dulu, sewaktu Mas masih ada, biasanya Mas selalu ajak Mas Rakha untuk buat kejutan di hari ulang tahun Zulfa," ucapnya disertai mata yang berkaca-kaca. Zulfa menghela napas berat. Dadanya terasa sesak.Zulfa terdiam dalam tangisnya. Cukup lama.Lalu setelahnya dia tertawa sumbang."Maafin Zulfa Mas..." lirihnya disertai tetesan air matanya yang mengalir deras. Bahunya berguncang akibat isakan yang kian menjadi-jadi."Zulfa nggak bisa mewuju