Hai, readers.
Selamat pagi, siang, sore. Aku nggak tahu kapan kalian ngebaca ini. But, semoga kalian selalu mendapatkan hari yang menyenangkan.
Sebelum kita ngelanjutin perjalanannya Laura, aku mau nyapa kalian dulu nih hehehe. Sebelumnya, makasih banget udah mau ngikutin cerita hidup Laura sampe sekarang. Aku bener-bener terharu. Aku bahkan nggak expect bakalan ada yang ngebaca cerita ini. You all mean so much for me :D.
First of all, sebenernya cerita ini aku buat gegara liat banyak banget kasus pelecehan di luar sana. Sangat menyayangkan banget. Bahkan, aku nggak bisa bayangin kalo ada "sosok" Laura di kehidupan nyata. It might be so painful.
Kalau kalian—amit-amit—ada di posisi Laura atau orang yang mengalami pelecehan, what would you do?
Jujur aja, aku juga ga tau apa yang bakalan aku lakuin. Rasanya mungkin kaya buah simalakama. Kalau ngelapor, sama aja kaya mengungkit luka. Terus ya, di negara kita ini, kurang banget wadah buat menampung kasus seperti ini. Kadang miris banget pas liat berita di televisi. Kasus-kasus pelecehan bakalan diselesaikan secara kekeluargaan. Parahnya lagi ada nih, korban dan pelaku pelecehan dinikahkan. Aku nggak bisa banget bayangin, kita harus serumah dan hidup sama orang yang udah menginjak harga diri kita. Ini nih salah satu faktor kenapa banyak orang yang diem aja setelah mereka mengalami pelecehan.
Tapi kalau cuma diem dan mendem semuanya bakalan jadi penyakit hati. Bisa jadi korban mengalami trauma psikis malah ngeganggu kehidupan bersosialnya. Hidup korban mungkin nggak bisa balik seperti dulu lagi.
Oh iya. Salah satu faktor lainnya itu lingkungan. Kayanya aku pernah ungkit di dalah satu bab deh. Victim blamming itu parah banget di Indonesia. Bukannya korban itu orang yang dirugiin ya? Terus kenapa korban yang diolok-olok? Korban udah nanggung pikiran seberat itu. Udah ngelaluin peristiwa yang kaya gitu. Tapi kenapa masih dibully? Korban juga nggak minta kan buat dilecehin?
Kalo misal kalian ketemu or kenal orang yang pernah ngalamin pelecehan seksual dalam bentuk apapun itu, tolong rangkul ya. Kasih tau, kalo dia dapet salam semangat dari aku.
Buat kamu, orang yang pernah mengalami hal yang "tidak mengenakkan":
Banyak kok orang yang sayang sama kamu. Kamu dapet pelecehan bukan karena kamu pantas dilecehin, tapi orang yang ngelecehin itu yang ga beradab. You're a precious person cause you got through all of this. Jangan sedih ya. Semangat!!
Udah itu aja yang mau aku omongin hehe. Apa sih aku ga jelas banget ya?
Kalian bisa let this note dan ngelanjutin perjalanan Laura.
Sebelum aku nutup note ini, aku mau bilang sekali lagi. Thanks a bunch buat kalian yang enjoying Laura's story. Semoga cerita Laura ini nggak mengecewakan buat kalian ya. I'll do my best.
And, aku open banget buat kritik dan sarannya.
XOXO
fish.tro
Richard sudah berkutat padasketchbooknya. Sedangkan Gavin kembali mempelajari konsep yang akan mereka usulkan pada Mr. Casel. Sesekali Gavin mencatat apa yang perlu diutarakan nanti. Gavin menghentikan pekerjaannya dan segera membuat logo perusahaan.Apsa. Sangat manis.Batin Gavin.Apsara.***Laura membuat kue ulang tahun sederhana untuk Davi. Dia meletakkan lilin berbentuk enam di atas kue itu. Laura tersenyum puas melihat hasil karyanya. Walaupun tidak sebagus kue yang ada di etalase bakery, tapi kue buatan Laura cukup memuaskan."Gimana, Ra. Udah siap?” tanya Oma.Laura mengangguk. Dia membawa kue itu ke kamarnya. Di sana ada Davi yang sedang bermain mobil-mobilan. Diikuti oleh Oma di belakangnya."Happy birthday, Davi.Happy birthday, DaviHappy birthday, happy birthdayHappy birthday, My dear.”Laura dan Oma menyanyikan lagu u
Laura menutup surat itu dan kembali memeluk Cici. Mereka menangis. Mengingat kebaikan-kebaikan Oma. Walaupun mereka tidak sedarah, Oma Martha sangat menyayangi mereka.Angin memasuki rumah dan menghampiri mereka. Baju putih Angin sedikit kotor terkena tanah. Dia berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Cici. Cici mengurai pelukannya dan memberikan surat tadi pada Angin.Setelah membaca Angin segera memasuki kamar Oma dan mengambil surat penting di sana. Angin sebenarnya ingin menangis, namun jika dia menangis siapa yang akan menguatkan kedua perempuan itu. Angin menghembuskan nafas pelan dan kembali menghampiri Cici dan Laura."Kemasi barang lo. Kita ke Bandung,” putus Angin. Laura mengangguk dan segera mengemasi barang-barangnya dibantu Cici.***"Halo, Rey?" Gavin mencoba menghubungi teman SMAnya. Dulu Rey terkenal denganheartbreaker. Dia tak pernah berpacaran dengan siapapun di SMA Newtonian, namun siswi yang patah hati karen
"Kapan ya Ayah pulang, Bunda. Apa ayah nggak bosen ya tinggal di surga. Apa surga itu bagus ya Bunda sampe ayah ngelupain Davi. Davi juga mau ngajak Bunda ke surga kalo Davi udah besar,” ucap Davi polos.Laura menunduk. Dia menyembunyikan air matanya. Sakit sekali mendengar ucapan Davi. Andaikan bisa, Laura ingin mengatakan bahwa ayah Davi adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab. Tapi dia tak ingin membuat Davi kecewa dengan penolakan yang mungkin akan diberikan oleh Gavin.Laura menahan isakannya. Entah sampai kapan Laura akan menyembunyikan semuanya. Cici menarik Davi agar tenang di pangkuannya. Cici tahu, Laura tak ingin Davi melihatnya menangis."Onty, Davi pengen banget ketemu ayah. Onty sama Om bisa nganter Davi nggak?"***Malam sudah larut. Mereka sampai di rumah Oma dengan selamat. Sebenarnya Laura sudah ngotot untuk menyuruh agar mereka menginap di rumah ini. Namun Angin menolak, Cici besok harus mengajar sedangkan dirinya
Laura mencari lowongan kerja yang tak jauh dari rumahnya. Laura mendapatkan beberapa lowongan kerja. Saat dia membaca persyaratannya, Laura menghela nafas panjang.Mereka membutuhkan sarjana. Laura tertunduk sedih. "Aku harus kerja apa?" Laura terisak. Dia ingin menyerah. Takdir benar-benar tidak berkehendak padanya. Takdir seolah sedang mengejek kehidupannya.***"Akash, wakey wakey.” Richard membangunkan Akash yang masih terlelap. Richard tahu bahwa Gavin masihjetlag, namun dia tak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Dia baru saja dari rumah sakit menjenguk Meghan dan langsung menuju apartemen Gavin."Engh...” Gavin mengeluh dan malah menutupi tubuhnya dengan selimut. Kepalanya masih pusing. Dia harus kembali beradaptasi dengan jam biologis."Wakey wakey. Akash.” Richard menggerakkan tubuh Gavin semakin kencang."Shut up!” sentak Gavin."I can’t wait anymor
Mella langsung menatap Laura. Laura menunduk seolah menyembunyikan wajahnya. "Ayah sekarang lagi di surga. Davi kangen banget sama Ayah,” ujar Davi.Mella mengangguk, dia dapat melihat kerinduan Davi pada sosok ayah. Dia sudah memiliki keputusan. Dia tak tega melihat wajah sepolos Davi harus menderita.Mella berdiri dan memberi isyarat pada Laura untuk menelpon. Laura mengangguk. Mella segera keluar dari rumah Laura.Mella:Laura ada di Bandung. Kamu cari sendiri alamatnya. Aku nggak punya hak buat ngasih tau kamu. Maaf, Kak.***"Jadi, kota targetmu adalah Jakarta. Aku akan mengurus semua berkasnya dan minggu depan kamu bisa kembali ke Jakarta,” ujar Richard saat rapat. Dua belas karyawan yang bekerja padanya mengangguk paham. "Bata, kamu ikut Akash mengurus kantor cabang di sana. Kamu Indonesian kan?"Orang yang bernama Bata mengangguk se
Laura menarik tangannya cepat. Tubuhnya kaku. Dia masih sedikit takut dan risih jika bersentuhan dengan lelaki. "Aku nggak papa kok,” ujar Laura kikuk."Eh...” Anton menggaruk rambutnya canggung. "Em... Ayo ke dalem. Ada kotak P3K.”Laura mengangguk. Dia mengekori Anton. Dia menatap punggung tegap Anton. Wajahnya yang ramah dan manis. Laura mengisar umur Anton dua atau tiga tahun di atasnya.Laura mengobati dirinya sendiri. Laura terlihat sangat fokus hingga dia tak sadar bahwa sedari tadi Anton memandanginya. Anton tersenyum melihat Laura yang sedikit meringis dan alisnya dikerutkan."Cantik,” gumam Anton yang masih dapat didengar oleh Laura.***"Ra, minggu depan. Itu. Minggu depan...” Mella bingung hendak mengatakannya. Tangannya meremas setir mobil. Dia takut salah berucap dan menyebabkan Laura sakit hatiLaura menengokkan kepalanya ke kanan, menatap Mella yang sedang bingung dengan kata-katanya sendi
Pilihan Mella terjatuh pada dress putih semata kaki.Dressdengan modelempire dressini sangat anggun. Kain sifon yang dipadukan denganlace emas dari leher sampai bawah dada menambah kesan mewah di sana. Sepertinya gaun ini cocok dengan Laura.Setelah setengah jam, Mella ke kasir dan mengajak Mella kembali ke mobil. Dalam perjalanan Davi semangat menceritakan pengalaman pertamanya masuk mall."Bunda, tadi Davi juga dibeliin Tante Mella baju lo. Bagus banget,” cerita Davi.Laura menatap Mella tajam. Mella nyengir pada Laura. "Lo juga gue beliin.”***"Hai, Tan. Apa kabar?" Laura segera memeluk Asti begitu dia sampai di rumah Mella. Asti balas memeluk Laura erat."Hai, Ra. Tante baik banget. Kamu ke mana aja? Tante kangen tau,” ucap Asti mengurai pelukan mereka. "Eh ini siapa? Ini anakmu ya.” Asti menghampiri Davi yang dari tadi bersembunyi di balik Laura. "
"Di pesta ini ada Laura, kalo lo mau cari, cari aja sendiri. Jangan bawa-bawa pacar gue.” Mella menggenggam tangan Leon berniat menghentikan ucapan Leon. Namun dia terlambat. Leon sudah memberitahunya. Mella hanya bisa berharap Laura tak ditemukan oleh Gavin. Mella tidak menyangka Gavin akan ada di pesta ini.Leon mengajak Mella meninggalkan Gavin. Gavin menggeram kesal. Dengan cepat dia berjalan dan matanya mengamati sekitar. Dia tak boleh lengah. Dia harus menemukan Laura.Gue bakal nemuin lo. Apapun caranya, Ra.***"Davi, Bunda masuk dulu ya. Kamu di sini aja. Jangan ke mana-mana Bunda mau cari Tante Mella. Abis itu kita pulang.” Davi mengangguk, dia masih terlarut dengan kenikmatan cupcake di tangannya. Laura mengelus kepala Davi lalu berjalan kembali memasukiballroom.Laura berjalan dengan hati-hati. Beruntunglahballroomini besar dan tamu undangan yang tak main-main banyaknya.