Laura mencari lowongan kerja yang tak jauh dari rumahnya. Laura mendapatkan beberapa lowongan kerja. Saat dia membaca persyaratannya, Laura menghela nafas panjang.
Mereka membutuhkan sarjana. Laura tertunduk sedih. "Aku harus kerja apa?" Laura terisak. Dia ingin menyerah. Takdir benar-benar tidak berkehendak padanya. Takdir seolah sedang mengejek kehidupannya.
***
"Akash, wakey wakey.” Richard membangunkan Akash yang masih terlelap. Richard tahu bahwa Gavin masih jetlag, namun dia tak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Dia baru saja dari rumah sakit menjenguk Meghan dan langsung menuju apartemen Gavin.
"Engh...” Gavin mengeluh dan malah menutupi tubuhnya dengan selimut. Kepalanya masih pusing. Dia harus kembali beradaptasi dengan jam biologis.
"Wakey wakey. Akash.” Richard menggerakkan tubuh Gavin semakin kencang.
"Shut up!” sentak Gavin.
"I can’t wait anymor
Mella langsung menatap Laura. Laura menunduk seolah menyembunyikan wajahnya. "Ayah sekarang lagi di surga. Davi kangen banget sama Ayah,” ujar Davi.Mella mengangguk, dia dapat melihat kerinduan Davi pada sosok ayah. Dia sudah memiliki keputusan. Dia tak tega melihat wajah sepolos Davi harus menderita.Mella berdiri dan memberi isyarat pada Laura untuk menelpon. Laura mengangguk. Mella segera keluar dari rumah Laura.Mella:Laura ada di Bandung. Kamu cari sendiri alamatnya. Aku nggak punya hak buat ngasih tau kamu. Maaf, Kak.***"Jadi, kota targetmu adalah Jakarta. Aku akan mengurus semua berkasnya dan minggu depan kamu bisa kembali ke Jakarta,” ujar Richard saat rapat. Dua belas karyawan yang bekerja padanya mengangguk paham. "Bata, kamu ikut Akash mengurus kantor cabang di sana. Kamu Indonesian kan?"Orang yang bernama Bata mengangguk se
Laura menarik tangannya cepat. Tubuhnya kaku. Dia masih sedikit takut dan risih jika bersentuhan dengan lelaki. "Aku nggak papa kok,” ujar Laura kikuk."Eh...” Anton menggaruk rambutnya canggung. "Em... Ayo ke dalem. Ada kotak P3K.”Laura mengangguk. Dia mengekori Anton. Dia menatap punggung tegap Anton. Wajahnya yang ramah dan manis. Laura mengisar umur Anton dua atau tiga tahun di atasnya.Laura mengobati dirinya sendiri. Laura terlihat sangat fokus hingga dia tak sadar bahwa sedari tadi Anton memandanginya. Anton tersenyum melihat Laura yang sedikit meringis dan alisnya dikerutkan."Cantik,” gumam Anton yang masih dapat didengar oleh Laura.***"Ra, minggu depan. Itu. Minggu depan...” Mella bingung hendak mengatakannya. Tangannya meremas setir mobil. Dia takut salah berucap dan menyebabkan Laura sakit hatiLaura menengokkan kepalanya ke kanan, menatap Mella yang sedang bingung dengan kata-katanya sendi
Pilihan Mella terjatuh pada dress putih semata kaki.Dressdengan modelempire dressini sangat anggun. Kain sifon yang dipadukan denganlace emas dari leher sampai bawah dada menambah kesan mewah di sana. Sepertinya gaun ini cocok dengan Laura.Setelah setengah jam, Mella ke kasir dan mengajak Mella kembali ke mobil. Dalam perjalanan Davi semangat menceritakan pengalaman pertamanya masuk mall."Bunda, tadi Davi juga dibeliin Tante Mella baju lo. Bagus banget,” cerita Davi.Laura menatap Mella tajam. Mella nyengir pada Laura. "Lo juga gue beliin.”***"Hai, Tan. Apa kabar?" Laura segera memeluk Asti begitu dia sampai di rumah Mella. Asti balas memeluk Laura erat."Hai, Ra. Tante baik banget. Kamu ke mana aja? Tante kangen tau,” ucap Asti mengurai pelukan mereka. "Eh ini siapa? Ini anakmu ya.” Asti menghampiri Davi yang dari tadi bersembunyi di balik Laura. "
"Di pesta ini ada Laura, kalo lo mau cari, cari aja sendiri. Jangan bawa-bawa pacar gue.” Mella menggenggam tangan Leon berniat menghentikan ucapan Leon. Namun dia terlambat. Leon sudah memberitahunya. Mella hanya bisa berharap Laura tak ditemukan oleh Gavin. Mella tidak menyangka Gavin akan ada di pesta ini.Leon mengajak Mella meninggalkan Gavin. Gavin menggeram kesal. Dengan cepat dia berjalan dan matanya mengamati sekitar. Dia tak boleh lengah. Dia harus menemukan Laura.Gue bakal nemuin lo. Apapun caranya, Ra.***"Davi, Bunda masuk dulu ya. Kamu di sini aja. Jangan ke mana-mana Bunda mau cari Tante Mella. Abis itu kita pulang.” Davi mengangguk, dia masih terlarut dengan kenikmatan cupcake di tangannya. Laura mengelus kepala Davi lalu berjalan kembali memasukiballroom.Laura berjalan dengan hati-hati. Beruntunglahballroomini besar dan tamu undangan yang tak main-main banyaknya.
"Bunda bukannya sama Davi ya?” tanya Mella bingung.Davi mengangguk. "Tapi tadi Bunda bilang mau cari Tante Mella, terus pulang. Kepala Bunda pusing.”Mella mengangguk dan berjongkok. Dia membersihkan sekitaran mulut Davi yang kotor. "Kamu pulang aja dulu. Udah malem nggak baik buat kamu sama Davi. Nanti, aku yang nunggu Laura. Aku yang anter dia pulang.” Mella mengangguk setuju."Makasih,” ucap Mella pada Leon. Mella lalu menatap Davi lembut. "Ayo pulang sama Tante. Tadi katanya Bunda, Bunda masih ada urusan. Davi ngantuk kan?"Davi mengangguk.***"Laura?" Leon menghampiri Laura yang berjalan gontai di lorong hotel.Laura mendongak. Leon terkejut melihat wajah Laura yang menyedihkan. Bahkan nafas Laura masih sesenggukan. Laura menatap Leon dan memaksakan senyumnya. "Hai Leon, mana Mella?" Suara Laura terdengar serak.Leon bertanya-tanya dalam dirinya. Apa yang beberapa waktu lalu terjadi pada Laura? Ap
"Kamu terlalunegative thinking sama Gavin. Apa kamu nggak bisapositive thinking? Gimana kalo ternyata Gavin itu menerima Davi dengan lapang? Kamu pasti tahu gimana bahagianya Davi.” Asti mencoba memberi positive mindset pada Laura.Laura kembali menggeleng. "Resiko itu terlalu besar. Aku nggak siap Davi tersakiti. Aku nggak bisa.” Andaikan kalian tahu apa yang sudah dilakukan Kak Gavin tadi malam. Laura yakin kalian tak akan menbelanya.Mella yang berada di samping Laura mengelus pundak Laura. "Oke, kita nggak bisa maksa. Tapi satu yang harus lo inget. Please, Ra. Jangan tutupin apa-apa dari kita. Lo nggak pernah nyusahin gue dan Mama. Kita keluarga, Ra. Jangan sungkan.”Laura mengangguk. "Kalian adalah keluargaku.”***Selama perjalanan, Laura hanya menggigit jarinya. Dia sangat gelisah. Dia takut jika akhirnya Gavin menemukan mereka. Bukankah jarak Jakarta dan Bandung tidak t
Gavin menyeringai. Dia akan mengurus ADC dan mengambil haknya. Gavin tak sabar bertemu anaknya. Walaupun Laura berkata dia sudah membunuh anaknya, Gavin tak percaya. Hati Laura terlalu lembut untuk aborsi atau menghilangkan nyawa. Dia akan melakukan apapun. Dia akan mendapatkan anaknya.Sampai ketemu lagi, Ra.***Anton membersihkan tangkai bunga mawar dari durinya, sedangkan Laura sedang memetik bunga lily. Laura menikmati Anton yang tengah bersenandung lagu It's You milik Alie Gatie dengan lirih. Laura tersenyum. Anton terdengar sangat menghayati lagunya."Kamu lagi kasmaran ya?” tanya Laura menyela nyanyian Anton."Eh.” Anton terkejut dan bingung dengan ucapan Laura. "Kenapa kamu bilang begitu?” tanya Anton."Ya, kamu nyanyinya pake perasaan banget,” ucap Laura dengan sedikit terkekeh."Iya, Ra. Lagi kasmaran tu si Anton. Tapi orangnya nggak peka,” ledek Sandra yang tiba-tiba muncul."A
"Ya Lord, Laura! Kamu kenapa?” tanya Sandra yang baru kembali. Anton yang mengikuti Sandra di belakangnya pun menatap Laura khawatir. Dia ingin sekali memeluk Laura, namun dia tahu Laura tak suka dipeluk lelaki.Sandra mendekati Laura yang terduduk di lantai dan memeluknya. Laura membalas pelukan Sandra dengan erat. Dia menangis di bahu Laura. "Anton, lo keluar dulu. Ini masalah wanita,” ucap Sandra. Anton melayangkan tatapan protes pada Sandra. Saat dia menatap mata Laura yang seolah memohon Anton untuk keluar, Anton akhirnya menghembuskan nafasnya pasrah."Kalo ada apa-apa panggil gue,” pesan Anton pada Sandra. Setelah mendapat anggukan singkat dari Sandra, Anton keluar.Sandra menguraikan pelukannya. "Is he Davi's daddy?"***"Is heDavi'sdaddy?” tanya Sandra pelan. Walaupun sebenarnya dia tak butuh jawaban. Semua orang yang pernah melihat dua orang itu pastilah sudah bisa menebak. Wa