Setelah Yura memberitahu dan menjelaskan ke kapten yang menjemputnya, serta Daniel yang memberikan jaminan, akhirnya Sean dibawa lebih dulu pulang. Mereka sangat menyesalkan tidak adanya dokter di pulau Kilikili.“Aku akan protes ke pemilik pulau ini, setidaknya mereka harus memikirkan bagaimana jika ada keadaan darurat yang terjadi ke pengunjung,”amuk Daniel.Sebenarnya pulau itu adalah pulau pribadi, karena keindahannya maka banyak orang yang rela membayar mahal untuk bisa berlibur di sana. Saat akan pergi ke pulau Kilikili, pengunjung pun sudah diberitahu dengan jelas mulai dari fasilitas dan resiko apa yang mungkin bisa terjadi. Untuk penanganan dalam situasi darurat, mereka memiliki pelayan yang sudah dibekali dengan itu. Namun, untuk keadaan Sean tadi, jelas masuk pengecualian.Yura masih berada di dekat landasan pacu, dia mendongak memandang helikopter yang dikirim papanya terbang menjauh. Gadis itu menunduk menatap tangannya yang tadi dipegang oleh Raiga. Yura seketika bingung
“Sebaiknya beri dia dukungan, jangan sampai kamu terlihat lemah, karena itu hanya akan membuat Sean semakin terpuruk. Ingat Zie! dia ingin menjalani operasi karena berharap bisa hidup normal bersama denganmu dan Ken. Jadi tunjukkan rasa optimismu agar dia semangat.” Nasihat dari Raiga terus Zie ingat, sambil menunggu keluarganya datang, wanita itu menemui Sean yang malam itu mulai menjalani rawat inap. “Zie!” “Aku pikir kamu tidur.” “Maaf merusak liburan kita!”kata Sean. Tangannya mengulur ingin disambut oleh sang istri. “Kita bisa liburan lagi nanti, yang penting kamu sehat dulu.” Zie duduk di kursi yang ada tepat di sebelah ranjang Sean. Ia membawa tangan pria itu menyentuh pipinya. Zie berusaha untuk tidak menunjukkan kecemasan yang sedang merajai hatinya. “Apa kamu dan Raiga baru saja menemui dokter Billy, apa dia mengatakan hal aneh-aneh?” tanya Sean penasaran. Wajahnya yang pucat membuat Zie semakin cemas, dia yakin suaminya itu pasti sedang menahan rasa sakit yang amat lu
Daniel dan rombongan tiba hampir tengah malam. Ghea yang cemas dengan kondisi putra sulungnya bergegas ingin melihat Sean di kamar inap. Namun, saat sampai di sana dia memilih untuk mundur melihat Sean dan Zie sedang tidur sambil berpelukan.“Lebih baik kita pulang, besok pagi kita ke sini lagi untuk melihat keadaan Sean,”ucap Daniel untuk membujuk sang istri.Ghea pun akhirnya setuju, tapi sebelum itu mereka mengobrol lebih dulu dengan Raiga yang masih berada di sana. Raiga menjelaskan kondisi sang kakak, dia tak sedikitpun menyembunyikan apa yang dia tahu dan menceritakan penjelasan dokter Billy dengan detail.“Koma? Maksudnya Sean tidak akan bangun? dia tidak hidup juga tidak mati?”Ghea bertanya ke Raiga tapi tak ada jawaban, dia yang tak sabar bahkan sampai mendekat dan mengguncang tubuh putra bungsunya itu agar mau menjawab.“Jawab, Rai! Kenapa diam saja? jawab Mama!” bentak Ghea.“Ma, jangan begini! Mama pikir aku juga tidak sedih, aku juga takut dia tidak akan bangun lagi,”uca
"Zie, makan dulu!"Gia membujuk sang putri yang sejak tadi duduk di kursi selasar di depan ruang operasi. Zie memeluk Ken yang tidur di pangkuannya, dia menggeleng menolak dan berkata tidak lapar. Operasi Sean sudah berjalan lebih dari setengah jam, tapi bagi Zie rasanya seperti hampir setengah hari. Mertua dan papanya pun nampak prihatin melihat kondisinya. Airlangga bahkan sedih membayangkan nasib sang cucu kesayangan. Karena ditolak oleh Zie, Gia menoleh ke Airlangga seolah meminta bantuan untuk membujuk putrinya. Namun, pria itu malah menggeleng seolah memintanya diam dan kembali duduk. "Kalau begitu, sini biar Mama gendong Ken!" Gia mengulurkan tangan dan Zie memberikan Keenan yang ada dipelukan, setelah itu Zie menunduk memegangi dua sisi kepala, dia memejamkan mata sambil berdoa, sampai seorang perawat mendekat dan membuat semua orang yang berada di sana terdiam. Zie yang merasa keadaan berubah sunyi pun mengangkat kepala. Ia heran, apalagi saat perawat itu mendekat dan me
Daniel sendiri langsung membaca surat yang tertulis namanya dan Ghea. Ia sudah bisa menebak bahwa isinya pasti permohonan untuk menjaga Zie dan juga Keenan. Ya, itu semua benar. Sean bahkan meminta semua harta miliknya diberikan ke istri dan anaknya jika sampai hal yang buruk terjadi padanya. Ghea menyambar surat dari tangan Daniel, dia membacanya lantas jatuh merosot terduduk di lantai yang dingin. Sementara itu, Airlangga memilih memeluk Gia dan menyembunyikan wajah ke pundak sang istri. Airlangga mengusap kepala Keenan yang berada di pangkuan Gia dengan dada yang terasa berdenyut nyeri. Meskipun tidak tahu apa isi dari surat yang dibaca oleh Zie dan juga Daniel, tapi dia yakin pasti sangat menyakitkan. Raiga yang baru saja kembali dari membeli makanan untuk semua orang pun dibuat kaget. Ia menjatuhkan kantung plastik di tangan dan berlari mendekat ke sang mama. Raiga pikir operasi sudah selesai dengan hasil yang tidak diharapkan oleh semua orang. Pria itu bingung, menoleh Zie yang
Yura gelisah. Sejak pulang bersama keluarga Daniel, dia tak sedetikpun melupakan sosok Raiga. Wajah pria itu saat mencemaskan Sean terus terbayang di benak Yura, dari sana dia bahkan bisa mengambil kesimpulan bagaimana sifat Raiga. Yura berada di kamarnya sambil memeluk guling siang itu, dia sedikit tak percaya karena saat pulang Daniel juga mengantarnya sendiri, padahal pria itu pasti sangat ingin langsung melihat kondisi putranya di rumah sakit.Namun, meski dirinya sudah berbuat baik, tapi tetap saja Aris menghukumnya. Yura tidak diperbolehkan keluar rumah selama seminggu.“Bagaimana kabar pria itu? dia pasti baik-baik saja ‘kan? kasihan anaknya masih bayi,”gumam Yura. Ia tak sadar sang mama sedang mengintip dari pintu dan melihatnya berbicara sendiri.“Kenapa Yura berbicara sendiri? jangan-jangan dia stress karena dihukum?”Tak bisa dipungkiri, Mirna – ibunda Yura adalah salah satu sosok yang membuat gadis itu sangat manja. Meski bukan satu-satunya anak, tapi Yura adalah satu-satu
Zie sudah siap, dia memakai baju rapi dan hendak pergi ke rumah sakit untuk menemani Sean seperti biasa, tapi berlari ke kamar mandi kembali. Wanita itu membuka keran wastafel dan menumpahkan sarapan yang sudah masuk ke perutnya sejam yang lalu. Zie merasa kurang enak badan, kepalanya terasa pusing sejak dua hari ini. Ia berjalan keluar kamar mandi sambil mengusap mulut dengan tisu, lantas mengambil obat masuk angin di dalam laci.Dua bulan sudah Sean terbaring dalam kondisi tak sadarkan diri, dua bulan juga Zie memilih cuti bekerja dari perusahaan papanya untuk fokus merawat sang suami. Badan Zie nampak lebih kurus, mungkin karena dia harus bolak-balik siang dan malam menjaga Sean dan Keenan bergantian. Meski Keenan sudah ada yang menjaga, tapi dia tidak bisa mengabaikan putra semata wayangnya itu.“Zie, wajahmu pucat sekali.”Gia yang memilih pindah untuk menemani sang putri tinggal di rumahnya pun cemas, dia memberikan Keenan ke gendongan pengasuh dan mendekat untuk mengusap pipi s
Sebelum Raiga pergi ke rumah sakit, dia yang sedang berdiri di balkon sambil memandang taman rumah yang ada di bawah dihampiri oleh Daniel. Papanya itu sudah berpakaian rapi siap untuk pergi ke perusahaan, tapi masih belum memakai sepatu kerjanya.Daniel berdiri mensejajari Raiga, menumpuk ke dua tangan ke besi pembatas balkon lalu mengedarkan pandangan ke taman yang ada di bawah.“Dulu, Sean dan kamu sering berlarian di sana. Tentu saja sebelum Sean mengalami kejadian penculikan itu dan kembali dengan sikap yang jauh berbeda,”kenang Daniel. “Papa pernah berpikir mungkinkah semua itu salah Papa. Bagaimana seandainya jika Papa bukan bagian dari keluarga Tyaga, apakah Papa bisa membesarkan Sean dengan jauh lebih baik? Sehingga dia tidak perlu mengalami kejadian pahit itu.”Daniel tersenyum ironi, dia tahu bahwa tidak mungkin memutar waktu kembali. Jika dia bukan Daniel Tyaga jelas dia juga belum tentu bertemu dengan seorang Ghea Salsabila.“Jangan menyalahkan diri sendiri, Pa!” pinta Ra
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem