“Aku tahu film itu! Beberapa hari yang lalu aku sempat melihat trailer-ya sekilas diiklan!” seru Vintari sambil menunjuk poster film yang dipajang di dalam pigura besar sebelum masuk ke bioskop.Zeus meliriknya, mendesah tak suka. “Romance? Really?”“Why not? Kau akan menemukan sisi lembutmu ketika melihat film romantis. Sepertinya, tokoh utama wanita ini pada akhirnya akan mengakhiri hubungan dengan orang yang dia cintai karena tuntutan orang tuanya.” Vintari terdiam sesaat, bergumam lirih, “Terdengar seperti kisah hidupku.”Raut wajah Zeus berubah mendengar gumaman Vintari. “Kau beli tiketnya, aku akan ke food counter dulu untuk membeli popcorn. Kau mau, kan?” Dia berusaha mengalihkan pikiran Vintari.Vintari mengangguk girang. “Salty and caramel.”Zeus menuruti keinginan Vintari. Senyuman di wajahnya terlukis. Reaksi girang Vintari, seakan menyegarkan hatinya. Hanya senyuman seakan membuat kedamaian dan ketenangan. Padahal perempuan itu selalu bertindak ceroboh, tapi entah kenapa b
“Vintari, bangunlah. Kita sudah sampai.” Zeus membangunkan Vintari yang terlelap di jok mobil sebelahnya.Vintari mengerjap beberapa kali, lalu melihat sekelilingnya. Mereka sudah berada di basement mansion, tempat Zeus menyimpan koleksi mobil pria itu. “Ah, kita sudah sampai.”“Turunlah, lanjutkan istirahatmu di kamar.” Zeus memerintah.Vintari menoleh menatap Zeus sambil menyeka matanya dengan punggung tangannya. “Terima kasih untuk hari ini. Aku langsung ke kamar, ya. Perutku kenyang sekali.”Zeus mengangguk tanpa menjawab, tapi tetap memperhatikan Vintari sampai perempuan itu masuk ke dalam mansion melalui pintu basement. Pria tampan itu melihat Vintari berjalan dengan susah payah, akibat rasa kantuk yang mendera. Senyuman samar di wajah Zeus terlukis melihat itu.Di kamar, Vintari segera menutup pintunya, berniat untuk mandi dan merawat kulitnya sebelum pergi tidur. Namun, tiba-tiba perutnya terasa sakit. Nyeri yang menusuk di perut bagian bawah membuat tertatih untuk menuju ke r
Vintari menggeliat di bawah selimutnya. Kompres hangat yang semalam menempel di perutnya, kini telah terjatuh di lantai. Perempuan itu tertawa sendiri saat menyadari betapa rusuh tingkahnya saat tidur. Nyeri di perutnya juga telah menghilang.Senyuman mengembang saat dia mengingat peran Zeus yang lagi-lagi merawatnya saat dia sakit. Detik berikutnya, dia segera bangkit dan berlari ke dalam kamar mandi. Tamu bulanannya telah datang. Tampon yang selalu dia simpan di laci bawah wastafel langsung dia sambar dan dibawa masuk ke dalam bilik shower.Hari ini Vintari ada kelas pagi. Waktunya tidak banyak agar dia bisa mengejar jam untuk tidak terlambat. Andre pasti akan mengomelinya karena dua hari kemarin dia menghilang tanpa memberi kabar.Saat membuka pintu kamar, Vintari melihat Zeus yang duduk di kursi makan sambil memeriksa tas medisnya yang selalu dia tenteng kemana-mana. Gadis itu menuruni anak tangga dan berlari kecil menuju ke meja makan untuk mengambil segelas jus jeruk yang telah
Vintari mendorong pelan pintu mansion, menutupnya cepat dengan sebelah tangan. Kedua pundaknya terlihat turun dengan tatapan kosong seakan tak memiliki jiwa lagi. Sekarang dia mulai yakin dirinya bernasib sama dengan Andre, salah jurusan. Namun apa boleh buat? Nasi juga menjadi bubur. Dia harus menerima nasibnya yang memiliki banyak dosen killer.Saat melewati ruang santai, Vintari melihat Zeus telah duduk bersandar di sofa. “Zeus, kau sudah pulang?”“Praktek selesai lebih cepat. Kebetulan hari ini aku banyak waktu kosong, jadi aku bisa pulang lebih cepat.”“Ah, begitu. Baguslah, kau jadi punya banyak waktu beristirahat.”Zeus kemudian mengingat sesuatu yang penting. “Kau sudah membuat janji dengan dokter obgyn?”Rahang Vintari membuka, matanya melotot sambil melihat ke sisi lain agar tidak bertemu mata dengan Zeus. “A-aku …, lupa.” Akhirnya Vintari meringis dan merapatkan kedua telapak tangannya, tepat di bagian muka.Alih-alih marah seperti yang sudah dibayangkan oleh Vintari, Zeus
Raut wajah Vintari berubah memucat mendengar pertanyaan Zeus. Tatapan mata pria itu seakan mengintimidasi, dan menusuknya. Kegelisahan menyelimuti, tapi dia berusaha untuk bersikap tenang.“M-mana mungkin. Jika aku sudah pernah bertemu dengannya, aku tidak akan bertanya padamu.” Vintari menghindari tatapan Zeus yang mulai membuatnya gugup.Foto yang ditunjukkan Andre kembali melintas dalam ingatan Zeus. Dia merasa kesal karena Zayn adalah laki-laki yang disukai Vintari. Di dalam hatinya, berkali-kali dia mengatakan hal yang sama. Dia tak peduli Vintari suka dengan siapa saja, tapi kenapa harus Zayn?Lalu … sekarang Vintari seakan tak mengenali siapa yang datang. Entah Zeus tak tahu Vintari melihat Zayn, atau hanya beralasan saja. Hal yang pasti adalah fakta di mana lelaki yang dicintai Vintari—membuat emosi dalam diri Zeus menyulut.Namun, Zeus memilih untuk tidak mengungkit-ungkit tentang foto yang ditunjukkan oleh Andre. Dia memilih untuk berpura-pura tidak tahu apa pun. Ini adalah
Vintari mendengkus tak suka mendapatkan larangan dari Zeus. “Kenapa tidak boleh, Zeus?”“Turuti saja! Kau tidak boleh jalan dengan Jace.” Zeus masih menatap tajam pada Vintari, membuat dada Vintari entah kenapa berdebar tak karuan.Jace tertawa melihat sikap posesif yang tanpa sadar telah ditunjukkan oleh Zeus pada Vintari. “Kau takut Tari jatuh cinta padaku, ya?” godanya.Zeus melemparkan sorot mata dinginnya pada Jace. “Aku hanya melindunginya dari predator sepertimu.”“Predator? Jace bukan orang seperti itu. Dia selalu baik padaku, tidak sepertimu yang selalu membuatku kesal!” bela Vintari tak setuju dengan ucapan Zeus yang mengatakan Jace Predator.Dengkusan keluar dari hidung Zeus. Dia kesal karena merasa diserang oleh dua pihak. Apalagi saat keduanya saling melempar senyum lalu ber-high five. Entah kenapa, itu membuatnya semakin kesal.“Tari benar, aku tak mungkin menyerangnya.” Jace berusaha mempelajari raut wajah Zeus yang semakin suram. “Tapi kalau kau tidak bisa menjaga Tari
Tidak banyak yang harus dibawa pulang oleh Vintari. Selama ini, dia memang tidak pernah menimbun banyak barang di loker kampus. Selain karena dia tak pernah membawa banyak barang ke kampus, ini juga sangat membantu saat akan memulai liburan musim panas yang berlangsung dua setengah bulan ke depan, tidak perlu repot-repot menguras isi loker.“Kau jadi ke Hawaii?” Vintari bertanya pada Andre, kedua tangan mereka telah sibuk dengan barang masing-masing.Andre mengangguk, kemudian mengikuti Vintari yang mengajaknya ke parkiran. “Jika saja kau belum punya suami, pasti kau sudah kubelikan tiket.”Vintari menghela napas panjang. Baru kali ini dia merasa liburan musim panasnya menjadi suram. Well, sebenarnya dia ingin berkunjung ke rumah orang tuanya. Menghabiskan waktu bersama mereka dan liburan bersama. Hanya saja, dia merasa ragu karena pasti orang tuanya akan banyak bertanya mengenai hubungannya dengan Zeus. Vintari sangat menghindari hal itu.Jace juga sedang sibuk dengan rencana pembuka
“Apa yang sedang kau pikirkan?”Pertanyaan Zeus berhasil membuyarkan lamunan Vintari. Pria itu menatapnya dengan sorot penasaran serta bingung. Pria tampan itu merasa bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikiran Vintari.Vintari mengerjap terkejut. “Rahasia!”Zeus mendengkus, lalu mengajak Vintari untuk pergi dari pusat informasi.“Hei, kau belum bilang kenapa bisa datang ke sini? Kau tidak ada praktek atau jadwal operasi?” tanya Vintari sambil mengikuti langkah Zeus.“Kau pasti tidak tahu dari semalam aku tidak pulang.” Zeus memicingkan matanya pada Vintari.“Benarkah?” Vintari mendelik pada Zeus sambil terus berjalan. “Well, aku kira kau berangkat pagi-pagi seperti biasanya.”Zeus menggelengkan kepalanya. “Istri macam apa kau yang tidak tahu jadwal suaminya?”Dada Vintari seakan tersengat mendengar sebutan istri dari mulut Zeus. Jantungnya kembali berdebar kencang, tapi segera dia netralkan dengan menghebuskan napas panjangnya berkali-kali.“Kupikir kau saat ini pasti lelah, tapi kur