“Wajahmu kenapa merah seperti itu?” Zeus bertanya seraya menaikan sebelah alisnya. Tampak Vintari langsung melotot pada Zeus yang berjalan mendahuluinya. Dalam hati perempuan itu mengumpat dan membodohkan dirinya sendiri karena telah menunjukkan wajah salah tingkahnya pada Zeus. Seharusnya dia lebih bisa mengontrol diri agar Zeus tak pernah melihat ekspresinya seperti itu.“Siapa bilang wajahku memerah? Matamu buta!” seru Vintari—dan Zeus memutuskan untuk melengos pergi.“Hei, Zeus! Tunggu!” seru Vintari pada Zeus yang semakin menjauh.Zeus menoleh, dan menunggu Vintari sampai berjalan di sisinya lagi. “Kau masih ingin di sini atau mau pulang sekarang?”Vintari mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Tampak dia berpikir. “Ya sudah, kita pulang saja. Hari sudah gelap. Waktunya makan malam. Aku juga sudah lapar.”“Apa kau mau makan malam di luar?” tanya Zeus lagi.Vintari menggeleng. Tiba-tiba, dia ingin masak berdua saja bersama Zeus di mans
Zeus menerima tanggal operasi gabungan dari David. Besok adalah hari eksekusinya. Belum ada kepastian yang keluar dari mulutnya. Lagi pula, tanpa keputusan pun dia tak akan melakukannya, kan? Namun, entah kenapa ada sedikit yang mengganjal di dalamnya.Malamnya, karena tak ada kasus gawat di rumah sakit, Zeus memutuskan untuk pulang cepat. Dia perlu mendinginkan isi kepalanya agar bisa memutuskan dengan benar. Operasi gabungan itu dilakukan karena terpaksa. Ayahnya mengambil keputusan menggunakan kuasanya, hingga membuat Zeus menjadi tersudut.Vintari yang sedang duduk di depan televisi, tersenyum riang gembira saat melihat Zeus ternyata sudah pulang. Dia melambaikan tangannya, lalu mengajak pria itu untuk duduk di sebelahnya.“Kau sedang apa?” tanya Zeus seraya menatap Vintari.Vintari mengacungkan remote tv yang dia pegang. “Dari tadi aku mencari saluran yang bisa ditonton, tapi tidak ada satu pun yang menarik perhatian. Kau sudah benar-benar pulang atau mau kembali lagi ke rumah sa
David masih menatap Zayn yang khawatir. Perlahan, pria paruh baya itu tersenyum setelah menghela napasnya sekali lagi. “Operasi berjalan dengan lancar, Zayn. Kondisi ibumu sekarang cukup stabil dan masih berada di ruang pemulihan.”Zayn menghela napas lega saat mendengarnya. Semua kegundahannya telah hilang. “Dad, terima kasih karena telah menyelamatkan ibuku,” ucapnya kembali dengan nada formal.David menepuk-nepuk pundak Zayn. “Jangan cemas lagi. Ibumu akan segera pulih. Setelah sadar dari obat bius, perawat akan segera memindahkannya ke kamar inap naratama yang kemarin kalian tempati. Kau bisa ke sana dulu untuk beristirahat. Kau pasti belum tidur dari semalam, kan?”“I’m good, Dad. Aku bisa mengurus diriku sendiri, yang terpenting sekarang adalah Mom.”David tersenyum mendengarnya. Dalam hati, dia merasa bangga karena kedua anaknya adalah anak baik yang sangat mencintai ibunya masing-masing. “Baiklah, Dad pergi dulu. Besok Dad akan kembali untuk visit. Jangan lupa makan. Kau harus
“Kau yakin aku harus pakai ini?” Vintari berteriak dari dalam kamarnya. Pantulan dirinya di cermin berhasil membuatnya bergidik karena dia hampir tidak pernah mengenakan baju seksi seperti ini. Dress hitam di atas lutut yang membentuk lekuk tubuhnya dengan tali spaghetti di pundak.Zeus melongok dari pintu kamar Vintari, mengangguk puas saat melihat wujud Vintari yang berdiri canggung di dalam kamar. “Lekaslah, aku tunggu di bawah.”Vintari kembali memandang pantulan dirinya lagi. Well, sebenarnya ini memang tidak berlebihan kalau dibuat pergi ke tujuan mereka malam ini, sebuah club terbesar di kota Manhattan. Hanya saja, pribadinya yang merasa canggung.Sementara itu di lantai bawah, Zeus telah siap dengan gayanya yang juga terlihat tidak seperti biasanya. Kemeja hitam digulung sampai siku, celana hitam dan sepatu pantofel mengilat serta rambutnya yang selalu tertata rapi. Kesan misterius semakin terpancar dari auranya.Pikirannya terlalu penuh karena emosi yang dia rasakan hari ini.
Zeus menggendong Vintari yang masih tertidur lelap menuju kamarnya. Sepanjang perjalanan dari club sampai mansion tadi benar-benar tidak membuat perempuan itu bangun. Toleransi alkoholnya benar-benar sangat rendah.Zeus membaringkan Vintari dengan perlahan, kemudian melepas high heels-nya, dan membuka gaun hitam ketat itu lalu menggantinya dengan baju yang lebih nyaman untuk tidur.Saliva Zeus meluncur cepat saat dia kembali melihat tubuh seksi Vintari yang beberapa jam lalu telah menggelayut manja pada dirinya. Helaan napas terdengar darinya, berusaha untuk tidak menyerang perempuan itu saat tidak sadarkan diri. Seharusnya, dia bergegas untuk kembali ke kamarnya setelah mengurus perempuan itu. Namun, Zeus justru memilih untuk berbaring di sebelahnya, dan kembali memandangi wajah istrinya itu dengan tatapan lembut.“Vintari, kau benar-benar tak akan kuizinkan untuk pergi minum-minum sendirian,” desah Zeus seraya membelai pipi Vintari.Selang beberapa saat, akhirnya Zeus memutuskan u
Sore tadi, Vintari pamit ke Zeus untuk pergi ke toko buku sebentar untuk membeli novel baru yang sudah dia tunggu sejak musim sebelumnya. Zeus menawarkan untuk mengantar, tapi Vintari memilih untuk pergi sendiri karena dia tak ingin merepotkan Zeus.Well, alasan lainnya adalah, Vintari ingin menghela napas dulu karena semenjak kejadian di club, kinerja jantungnya menjadi lebih sibuk—dan terus berdebar saat bersama dengan Zeus. Dia membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan diri.Menjelang jam makan malam, Vintari kembali ke mansion dan langsung diminta salah seorang pelayan untuk mengganti baju dengan gaun yang telah disiapkan Zeus di kamarnya.“Gaun? Untuk apa aku memakai gaun?” tanya Vintari terheran-heran.“Tuan telah menyiapkan sesuatu untuk Nyonya di rooftop,” jawab pelayan itu sambil tersenyum.Meskipun masih bingung dengan situasi yang terjadi, Vintari tetap meraih gaun panjang berwarna maroon dengan belahan tinggi sampai ke pangkal paha di sisi kiri. Meskipun memiliki potonga
Zeus mendapati Vintari sedang tertidur di sofa depan tv saat dia pulang. Helaan napas terdengar kasar darinya. Pria itu melirik jam di dinding, dia terlambat dua jam dari janjinya tadi pagi untuk makan malam bersama Vintari karena tiba-tiba operasi yang dijadwalkan siang tadi harus diundur sampai sore dan baru selesai satu jam yang lalu.Zeus merasa bersalah karena tidak datang tepat waktu. Jika bukan karena urusan nyawa seseorang, maka pasti Zeus akan meninggalkan kekasihnya. Perlahan, dia menggendong Vintari untuk memindahkannya di kamar.Namun, saat dia hendak mengangkatnya, Vintari mengerjap, tersenyum menatap Zeus. “Kau sudah pulang?”Zeus mengurungkan niatnya, berjongkok di sebelah Vintari. “Kau sudah makan?” tanyanya sambil membelai pipi Vintari.Vintari menggeleng. “Aku tertidur dari sebelum jam makan malam. Kau sudah makan?”Zeus juga menggeleng sambil menelusupkan jemarinya pada rambut Vintari yang menutupi pelipisnya. “Setelah operasi selesai aku langsung pulang. Kau tidak
Raut wajah Vintari menegang. Dia berdiri di sebelah Zeus dengan posisi kaki yang seakan seperti jelly. Matanya tak lagi berani menatap Zayn yang terlihat sangat terkejut dengan informasi itu.“Vintari, perkenalkan juga …,” Zeus menunjuk Zayn dengan satu tangannya. “Dia adalah Zayn, adik tiriku. Dia anak ayahku bersama dengan Irene yang baru saja berbincang denganmu.” Lanjutnya memberi tahu.Dunia Vintari seakan runtuh mendengar informasi yang lolos di bibir Zeus. Zayn adalah adik tiri Zeus? Tidak! Pasti dia salah dengar. Berkali-kali Vintari meyakinkan bahwa semua ini hanyalah mimpi. Namun, sayangnya ini sama sekali tidaklah mimpi. Apa yang dikatakan Zeus sangatlah jelas.Vintari memandang Zeus. Manik ambernya melebar saat dia menangkap seringai puas dari wajah suaminya. Dengan dada berdebar kencang, dia memberanikan diri untuk beralih pada sosok Zayn yang terlihat sangat terkejut.Zayn menatap dalam Vintari, menuntut penjelasan dari apa yang telah dia dengar. Tentu saja perempuan itu