Sore tadi, Vintari pamit ke Zeus untuk pergi ke toko buku sebentar untuk membeli novel baru yang sudah dia tunggu sejak musim sebelumnya. Zeus menawarkan untuk mengantar, tapi Vintari memilih untuk pergi sendiri karena dia tak ingin merepotkan Zeus.Well, alasan lainnya adalah, Vintari ingin menghela napas dulu karena semenjak kejadian di club, kinerja jantungnya menjadi lebih sibuk—dan terus berdebar saat bersama dengan Zeus. Dia membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan diri.Menjelang jam makan malam, Vintari kembali ke mansion dan langsung diminta salah seorang pelayan untuk mengganti baju dengan gaun yang telah disiapkan Zeus di kamarnya.“Gaun? Untuk apa aku memakai gaun?” tanya Vintari terheran-heran.“Tuan telah menyiapkan sesuatu untuk Nyonya di rooftop,” jawab pelayan itu sambil tersenyum.Meskipun masih bingung dengan situasi yang terjadi, Vintari tetap meraih gaun panjang berwarna maroon dengan belahan tinggi sampai ke pangkal paha di sisi kiri. Meskipun memiliki potonga
Zeus mendapati Vintari sedang tertidur di sofa depan tv saat dia pulang. Helaan napas terdengar kasar darinya. Pria itu melirik jam di dinding, dia terlambat dua jam dari janjinya tadi pagi untuk makan malam bersama Vintari karena tiba-tiba operasi yang dijadwalkan siang tadi harus diundur sampai sore dan baru selesai satu jam yang lalu.Zeus merasa bersalah karena tidak datang tepat waktu. Jika bukan karena urusan nyawa seseorang, maka pasti Zeus akan meninggalkan kekasihnya. Perlahan, dia menggendong Vintari untuk memindahkannya di kamar.Namun, saat dia hendak mengangkatnya, Vintari mengerjap, tersenyum menatap Zeus. “Kau sudah pulang?”Zeus mengurungkan niatnya, berjongkok di sebelah Vintari. “Kau sudah makan?” tanyanya sambil membelai pipi Vintari.Vintari menggeleng. “Aku tertidur dari sebelum jam makan malam. Kau sudah makan?”Zeus juga menggeleng sambil menelusupkan jemarinya pada rambut Vintari yang menutupi pelipisnya. “Setelah operasi selesai aku langsung pulang. Kau tidak
Raut wajah Vintari menegang. Dia berdiri di sebelah Zeus dengan posisi kaki yang seakan seperti jelly. Matanya tak lagi berani menatap Zayn yang terlihat sangat terkejut dengan informasi itu.“Vintari, perkenalkan juga …,” Zeus menunjuk Zayn dengan satu tangannya. “Dia adalah Zayn, adik tiriku. Dia anak ayahku bersama dengan Irene yang baru saja berbincang denganmu.” Lanjutnya memberi tahu.Dunia Vintari seakan runtuh mendengar informasi yang lolos di bibir Zeus. Zayn adalah adik tiri Zeus? Tidak! Pasti dia salah dengar. Berkali-kali Vintari meyakinkan bahwa semua ini hanyalah mimpi. Namun, sayangnya ini sama sekali tidaklah mimpi. Apa yang dikatakan Zeus sangatlah jelas.Vintari memandang Zeus. Manik ambernya melebar saat dia menangkap seringai puas dari wajah suaminya. Dengan dada berdebar kencang, dia memberanikan diri untuk beralih pada sosok Zayn yang terlihat sangat terkejut.Zayn menatap dalam Vintari, menuntut penjelasan dari apa yang telah dia dengar. Tentu saja perempuan itu
“K-kau tahu dari mana?” Vintari jelas terkejut mendengar penuturan Zeus baru saja. Bagaimana bisa dia tahu kalau Zayn adalah laki-laki yang dia sukai selama ini? siapa yang memberitahunya?Jantung Vintari seakan ingin berhenti berdetak di kala Zeus tahu fakta tentang dirinya menyukai Zayn. Selama ini Vintari tidak memberitahukan pada Zeus tentang perasaannya ke Zayn. Namun kenapa rahasianya terbongkar? Sungguh! Lidah Vintari menjadi kelu.Orang-orang yang ada di ruang makan itu, masih belum sadar akan ketegangan di wajah Vintari. Perempuan itu dan Zeus saling berbisik, membeberkan fakta. Irene mengajukan pertanyaan sebentar tentang kedekatan antara Vintari dan Zayn, tapi untungnya Zayn yang menjawab. Jawaban yang sama seperti tadi Zayn ucap ketika David bertanya.Vintari tidak bisa fokus. Dia masih berbisik-bisik pada Zeus. Perempuan itu meminta Zeus untuk menjawabnya. Andai saja sekarang dia sudah di rumah, maka dia akan langsung melontarkan banyak pertanyaan. Sayangnya, Vintari har
Vintari menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. “Kau ingat tentang jawabanku daat di Mckinac Island waktu itu, saat kau bertanya tentang keinginanku di masa mendatang? Sejujurnya, saat itu aku sudah tidak memiliki apa pun yang kuinginkan untuk masa depanku sendiri.” Perempuan itu mulai mencoba untuk mencurahkan isi hatinya pada Zayn.“Kenapa?” tanya Zayn menatap dalam Vintari.Vintari menoleh pada laki-laki yang masih menjadi pemilik ruang di hatinya itu, kemudian tersenyum pilu. Sorot mata Zayn yang selalu lembut membuatnya tidak bisa menghilangkan perasaannya begitu saja.“Karena keinginanku telah direnggut setelah perjodohan itu dimulai.” Vintari memperhatikan raut bingung pada wajah Zayn.“Zayn, aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Aku berpikir, suatu saat nanti aku pasti sangat menyesal jika tidak mengatakan hal ini padamu. Walaupun hal itu pasti tidak akan bisa mengubah keadaan, setidaknya aku bisa menyampaikannya, dan mungkin menghilangkannya d
Tangis Vintari pecah di kala dia sudah tiba di kamarnya. Dia terduduk sambil memeluk erat bantal yang telah basah karena air mata. Jika dipikir, seharusnya dia yang marah karena semua keadaan ini. mengetahui bahwa dia dimanfaatkan oleh Zeus, mengetahui adanya wanita lain di kehidupan Zeus. Seharusnya Vintari yang marah saat ini. Kata-kata Zeus sangat kasar pada Vintari, membuat hati perempuan itu sangatlah hancur. “Tapi aku juga menyukai Zayn? Apakah aku adil jika marah karena menemukan banyak foto wanita lain di kamar Zeus?” gumam Vintari lirih.Batinnya mulai berperang. Namun, tetap saja dia merasa tidak terima. Dia memang masih menyukai Zayn, tapi perasaannya pada Zeus juga tulus. Semua hal yang dia lakukan untuk pria itu karena memang ingin melakukannya. Bukan karena dia bermaksud memanfaatkan untuk kepentingannya sendiri. Hatinya semakin sakit saat menyadari ketika perasaannya benar-benar telah berubah pada Zeus, tapi ternyata hanya kepahitan yang dia terima.“Bodoh! Seharusnya
Seorang pelayan menghampiri Vintari yang sedang berdiri di depan meja makan dengan kepala menunduk dan kedua tangan menopang di atas meja. Raut wajah Vintari tampak jelas menunjukkan kemuraman.“Nyonya, Anda baik-baik saja?” sapa sang pelayan sopan.Vintari menoleh, mencoba tersenyum. “Aku baik-baik saja. Maaf makanannya tidak aku habiskan. Perutku sedikit mual.”“Nyonya tidak perlu meminta maaf. Mau saya buatkan makanan yang lain?” tawar sang pelayan.Vintari menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku akan istirahat saja di kamar. Oh ya, Zeus bilanhg tidak akan pulang jam berapa?”“Tidak, Nyonya. Kalau dilihat dari hari-hari sebelumnya, kemungkinan dua jam lagi tuan Zeus sudah pulang,” jawab sang pelayan memberi tahu.Vintari tersenyum lembut. “Baiklah, aku ke kamar dulu ya. Terima kasih.”“Dengan senang hati, Nyonya.” Pelayan itu menundukkan kepalanya—dan Vintari pergi meninggalkan tempat itu—melangkah menuju kamarnya.Sudah beberapa minggu ini dia kembali menjalani aksi diam dengan Zeus.
Vintari tersentak panik mendengar ucapan Andre. “Hamil? Tidak mungkin!”“Ciri-cirimu seperti ibu hamil,” jawab Andre meyakinkan.Napas Vintari menjadi sesak. “Memangnya kau tahu ciri ibu hamil?”Andre menatap Vintari serius. “Aku memiliki sepupu yang sedang hamil, dan ciri-cirinya sepertimu. Kau dan Zeus sudah pernah berhubungan seks, kan? Jadi kalau sekarang kau hamil adalah hal yang wajar.”Vintari menggigit bibir bawahnya. Kedua manik ambernya menatap Andre cemas. Meskipun dia menyangkal asumsi itu, tapi kenapa dia menjadi ragu. Diraihnya ponsel yang tergeletak di ranjang. Dia mulai mencari menu kalender dan mencari catatannya tentang hari pertama dia haid bulan lalu.“Sial!” serunya kasar.“Kenapa? Ada apa?” tanya Andre yang cemas karena melihat perubahan raut wajah Vintari.Vintari adalah tipe orang yang selalu mencatat tanggal datang bulannya untuk berjaga-jaga jika serangan nyeri pra-menstruasinya datang. Saat ini, hatinya terasa melebur saat menyadari dia telah telat beberapa