“Apa yang sedang kau pikirkan?”Pertanyaan Zeus berhasil membuyarkan lamunan Vintari. Pria itu menatapnya dengan sorot penasaran serta bingung. Pria tampan itu merasa bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikiran Vintari.Vintari mengerjap terkejut. “Rahasia!”Zeus mendengkus, lalu mengajak Vintari untuk pergi dari pusat informasi.“Hei, kau belum bilang kenapa bisa datang ke sini? Kau tidak ada praktek atau jadwal operasi?” tanya Vintari sambil mengikuti langkah Zeus.“Kau pasti tidak tahu dari semalam aku tidak pulang.” Zeus memicingkan matanya pada Vintari.“Benarkah?” Vintari mendelik pada Zeus sambil terus berjalan. “Well, aku kira kau berangkat pagi-pagi seperti biasanya.”Zeus menggelengkan kepalanya. “Istri macam apa kau yang tidak tahu jadwal suaminya?”Dada Vintari seakan tersengat mendengar sebutan istri dari mulut Zeus. Jantungnya kembali berdebar kencang, tapi segera dia netralkan dengan menghebuskan napas panjangnya berkali-kali.“Kupikir kau saat ini pasti lelah, tapi kur
“Wajahmu kenapa merah seperti itu?” Zeus bertanya seraya menaikan sebelah alisnya. Tampak Vintari langsung melotot pada Zeus yang berjalan mendahuluinya. Dalam hati perempuan itu mengumpat dan membodohkan dirinya sendiri karena telah menunjukkan wajah salah tingkahnya pada Zeus. Seharusnya dia lebih bisa mengontrol diri agar Zeus tak pernah melihat ekspresinya seperti itu.“Siapa bilang wajahku memerah? Matamu buta!” seru Vintari—dan Zeus memutuskan untuk melengos pergi.“Hei, Zeus! Tunggu!” seru Vintari pada Zeus yang semakin menjauh.Zeus menoleh, dan menunggu Vintari sampai berjalan di sisinya lagi. “Kau masih ingin di sini atau mau pulang sekarang?”Vintari mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Tampak dia berpikir. “Ya sudah, kita pulang saja. Hari sudah gelap. Waktunya makan malam. Aku juga sudah lapar.”“Apa kau mau makan malam di luar?” tanya Zeus lagi.Vintari menggeleng. Tiba-tiba, dia ingin masak berdua saja bersama Zeus di mans
Zeus menerima tanggal operasi gabungan dari David. Besok adalah hari eksekusinya. Belum ada kepastian yang keluar dari mulutnya. Lagi pula, tanpa keputusan pun dia tak akan melakukannya, kan? Namun, entah kenapa ada sedikit yang mengganjal di dalamnya.Malamnya, karena tak ada kasus gawat di rumah sakit, Zeus memutuskan untuk pulang cepat. Dia perlu mendinginkan isi kepalanya agar bisa memutuskan dengan benar. Operasi gabungan itu dilakukan karena terpaksa. Ayahnya mengambil keputusan menggunakan kuasanya, hingga membuat Zeus menjadi tersudut.Vintari yang sedang duduk di depan televisi, tersenyum riang gembira saat melihat Zeus ternyata sudah pulang. Dia melambaikan tangannya, lalu mengajak pria itu untuk duduk di sebelahnya.“Kau sedang apa?” tanya Zeus seraya menatap Vintari.Vintari mengacungkan remote tv yang dia pegang. “Dari tadi aku mencari saluran yang bisa ditonton, tapi tidak ada satu pun yang menarik perhatian. Kau sudah benar-benar pulang atau mau kembali lagi ke rumah sa
David masih menatap Zayn yang khawatir. Perlahan, pria paruh baya itu tersenyum setelah menghela napasnya sekali lagi. “Operasi berjalan dengan lancar, Zayn. Kondisi ibumu sekarang cukup stabil dan masih berada di ruang pemulihan.”Zayn menghela napas lega saat mendengarnya. Semua kegundahannya telah hilang. “Dad, terima kasih karena telah menyelamatkan ibuku,” ucapnya kembali dengan nada formal.David menepuk-nepuk pundak Zayn. “Jangan cemas lagi. Ibumu akan segera pulih. Setelah sadar dari obat bius, perawat akan segera memindahkannya ke kamar inap naratama yang kemarin kalian tempati. Kau bisa ke sana dulu untuk beristirahat. Kau pasti belum tidur dari semalam, kan?”“I’m good, Dad. Aku bisa mengurus diriku sendiri, yang terpenting sekarang adalah Mom.”David tersenyum mendengarnya. Dalam hati, dia merasa bangga karena kedua anaknya adalah anak baik yang sangat mencintai ibunya masing-masing. “Baiklah, Dad pergi dulu. Besok Dad akan kembali untuk visit. Jangan lupa makan. Kau harus
“Kau yakin aku harus pakai ini?” Vintari berteriak dari dalam kamarnya. Pantulan dirinya di cermin berhasil membuatnya bergidik karena dia hampir tidak pernah mengenakan baju seksi seperti ini. Dress hitam di atas lutut yang membentuk lekuk tubuhnya dengan tali spaghetti di pundak.Zeus melongok dari pintu kamar Vintari, mengangguk puas saat melihat wujud Vintari yang berdiri canggung di dalam kamar. “Lekaslah, aku tunggu di bawah.”Vintari kembali memandang pantulan dirinya lagi. Well, sebenarnya ini memang tidak berlebihan kalau dibuat pergi ke tujuan mereka malam ini, sebuah club terbesar di kota Manhattan. Hanya saja, pribadinya yang merasa canggung.Sementara itu di lantai bawah, Zeus telah siap dengan gayanya yang juga terlihat tidak seperti biasanya. Kemeja hitam digulung sampai siku, celana hitam dan sepatu pantofel mengilat serta rambutnya yang selalu tertata rapi. Kesan misterius semakin terpancar dari auranya.Pikirannya terlalu penuh karena emosi yang dia rasakan hari ini.
Zeus menggendong Vintari yang masih tertidur lelap menuju kamarnya. Sepanjang perjalanan dari club sampai mansion tadi benar-benar tidak membuat perempuan itu bangun. Toleransi alkoholnya benar-benar sangat rendah.Zeus membaringkan Vintari dengan perlahan, kemudian melepas high heels-nya, dan membuka gaun hitam ketat itu lalu menggantinya dengan baju yang lebih nyaman untuk tidur.Saliva Zeus meluncur cepat saat dia kembali melihat tubuh seksi Vintari yang beberapa jam lalu telah menggelayut manja pada dirinya. Helaan napas terdengar darinya, berusaha untuk tidak menyerang perempuan itu saat tidak sadarkan diri. Seharusnya, dia bergegas untuk kembali ke kamarnya setelah mengurus perempuan itu. Namun, Zeus justru memilih untuk berbaring di sebelahnya, dan kembali memandangi wajah istrinya itu dengan tatapan lembut.“Vintari, kau benar-benar tak akan kuizinkan untuk pergi minum-minum sendirian,” desah Zeus seraya membelai pipi Vintari.Selang beberapa saat, akhirnya Zeus memutuskan u
Sore tadi, Vintari pamit ke Zeus untuk pergi ke toko buku sebentar untuk membeli novel baru yang sudah dia tunggu sejak musim sebelumnya. Zeus menawarkan untuk mengantar, tapi Vintari memilih untuk pergi sendiri karena dia tak ingin merepotkan Zeus.Well, alasan lainnya adalah, Vintari ingin menghela napas dulu karena semenjak kejadian di club, kinerja jantungnya menjadi lebih sibuk—dan terus berdebar saat bersama dengan Zeus. Dia membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan diri.Menjelang jam makan malam, Vintari kembali ke mansion dan langsung diminta salah seorang pelayan untuk mengganti baju dengan gaun yang telah disiapkan Zeus di kamarnya.“Gaun? Untuk apa aku memakai gaun?” tanya Vintari terheran-heran.“Tuan telah menyiapkan sesuatu untuk Nyonya di rooftop,” jawab pelayan itu sambil tersenyum.Meskipun masih bingung dengan situasi yang terjadi, Vintari tetap meraih gaun panjang berwarna maroon dengan belahan tinggi sampai ke pangkal paha di sisi kiri. Meskipun memiliki potonga
Zeus mendapati Vintari sedang tertidur di sofa depan tv saat dia pulang. Helaan napas terdengar kasar darinya. Pria itu melirik jam di dinding, dia terlambat dua jam dari janjinya tadi pagi untuk makan malam bersama Vintari karena tiba-tiba operasi yang dijadwalkan siang tadi harus diundur sampai sore dan baru selesai satu jam yang lalu.Zeus merasa bersalah karena tidak datang tepat waktu. Jika bukan karena urusan nyawa seseorang, maka pasti Zeus akan meninggalkan kekasihnya. Perlahan, dia menggendong Vintari untuk memindahkannya di kamar.Namun, saat dia hendak mengangkatnya, Vintari mengerjap, tersenyum menatap Zeus. “Kau sudah pulang?”Zeus mengurungkan niatnya, berjongkok di sebelah Vintari. “Kau sudah makan?” tanyanya sambil membelai pipi Vintari.Vintari menggeleng. “Aku tertidur dari sebelum jam makan malam. Kau sudah makan?”Zeus juga menggeleng sambil menelusupkan jemarinya pada rambut Vintari yang menutupi pelipisnya. “Setelah operasi selesai aku langsung pulang. Kau tidak
Pesta ulang tahun Ares yang keempat diadakan mewah di salah satu hotel berbintang lima. Zeus dan Vintari selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ares tampak bahagia di kala banyak teman-temannya yang turut hadir dalam acara pesta ulang tahunnya. Bukan hanya teman, tapi banyak keluarga yang datang.Andre, Zayn, dan Jace juga turut hadir membawakan kado untuk Ares. Tentu saja bocah laki-laki itu senang sekali mendapatkan banyak hadiah. Tiba ketika peniupan lilin, Ares langsung meniup lilin dan memberikan kue pertama untuk ibunya, ayahnya, lalu kedua kakek dan neneknya secara bergantian. Tidak lupa Ares memberikan potongan kue kecil untuk Viona, dan terakhir dia berikan pada Andre, Zayn, dan Jace.Acara semakin meriah. Pembawa acara mampu membuat para tamu undangan tertawa-tawa. Ares tampak sangat senang bisa bermain dengan teman-temannya di hari yang special. Namun, tak ada yang menyadari bahwa Zayn sedikit menjauh daru kerumunan pesta.“Kenapa kau di sini?” Vintari menghampi
Irene dan Jenny mendatangi mansion Vintari dan Zeus. Mereka sibuk membahas tentang pesta ulang tahun Ares yang ke 4 tahun. Tentu setiap tahun ulang tahun Ares selalu dirayakan dengan meriah dan mewah. Hotel berbintang menjadi langganan mereka di kala Ares berulang tahun. Meski masih kecil tapi Ares sudah bergelimang kasih sayang dari keluarganya.Zeus sudah berangkat ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Dia memiliki jadwal untuk operasi. Ares pun sudah berangkat sekolah, sedangkan Viona tengah dijaga oleh pengasuh. Saat ini Vintari tengah menyaksikan perdebatan antara Irene dan Jenny yang membahas konsep ulang tahun Ares yang sebentar lagi akan dilaksanakan.“Irene, lebih baik ulang tahun Ares bernuansa biru,” kata Jenny tak mau kalah.“Jenny, tahun lalu sudah biru, kenapa tahun ini tetap biru juga? Tidak berinovasi itu,” jawab Irene jengkel.Vintari memijat keningnya mendengar perdebatan ibunya dan ibu mertuanya. Dia bersyukur ibunya dan ibu mertuanya sangat menyayangi Ares. Namun, terka
Zeus melangkah masuk ke dalam rumah, mendapati sang istri tertidur pulas di sofa ruang tengah. Pria itu mendekat, dan tersenyum. Dia yakin pasti Vintari menunggunya pulang dari klub malam. Padahal dia sudah meminta Vintari untuk tidur duluan, dan tak usah menunggunya. Namun bukan Vintari namanya jika tidak keras kepala.Zeus tak ingin mengganggu Vintari yang tertidur lelap. Dia memutuskan untuk menggendong sang istri—memindahkan tubuh istrinya ke dalam kamar. Saat sudah tiba di kamar, dia membaringkan Vintari ke ranjang empuk. Pun dia menarik selimut untuk menutupi tubuh sang istri.Zeus sudah melihat kedua anaknya telah terlelap. Pasti seharian ini Vintari fokus menjaga Ares dan juga Viona. Setelah lulus kuliah, istrinya itu tak pernah memikirkan tentang karir. Fokus utama Vintari adalah mengurusnya dan dua anaknya. Segala urusan tanggung jawab keuangan berada di tangan Zeus. Pria tampan itu tidak membiarkan Vintari harus pusing memikirkan keuangan.Zeus melangkah masuk ke dalam kama
“Akhirnya kau pulang. Dad pikir kau tidak ingat untuk pulang.” David menatap Zayn yang baru saja tiba di mansion. Irene—sang istri setia duduk di sampingnya. Sejak lulus kuliah, Zayn memutuskan untuk tinggal di penthouse pribadinya. “Maaf belakangan ini aku sangat sibuk, Dad.” Zayn mengecup kening Irene, lalu duduk di ruang bersantai di mana kedua orang tuanya berada. Sudah cukup lama Zayn tidak pulang ke rumah. Alasannya, itu karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Namun, meski jarang pulang, dia tetap menghubungi kedua orang tuanya untuk menanyakan kabar.Irene menatap cemas Zayn. “Sayang, apa tidak bisa kau tinggal di rumah ini saja? Mom dan Dad mencemaskanmu.”“Mom, aku sudah besar. Kau tidak usah mencemaskanku. Aku ingin hidup mandiri,” balas Zayn menenangkan sang ibu agar tidak mengkhawatirkannya.David mengembuskan napas kesal. “Kau sudah aku tawarkan untuk membuka law firm sendiri, tapi kenapa malah kau memilih untuk bekerja di law firm kecil? Zayn, kau membuang-buang
Suara dentuman musik memekak telinga. Zayn berdiri di depan kursi bartender seraya menenggak vodka di tangannya hingga tandas. Sepulang bekerja dia pergi ke salah satu klub malam yang ada di Manhattan. Pria tampan itu enggan untuk langsung pulang. Rasa lelah menangani kasus, membuatnya memutuskan pergi ke klub malam. “Hi, Tampan. Ingin aku temani?” Seorang wanita cantik duduk di samping Zayn, memeluk lengan pria itu.Zayn menyingkirkan tangan wanita asing yang memeluk lengannya. “Pergilah. Aku tidak ingin diganggu.”“Come on, Tampan. Aku bisa memuaskanmu,” bisik wanita itu lagi menggoda.Zayn melayangkan tatapan tajam pada wanita itu. “Aku bilang pergi! Apa kau tuli?!”Raut wajah wanita itu berubah di kala Zayn membentak dirinya. Detik itu juga wanita itu pergi dengan raut wajah marah dan jengkel. Ini bukan pertama kali Zayn digoda. Sejak tadi banyak wanita cantik yang berusaha menggoda Zayn, tapi tidak ada satu pun yang menarik di mata Zayn.“Sepertinya bayang-bayang Vintari masih
Zeus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh membelah kota Manhattan. Vintari yang duduk di samping Zeus sampai memegang kuat seatbelt-nya. Beberapa kali Vintari menggumamkan doa. Di balik Vintari panik Ares menghilang, tapi wanita itu juga panik nyawanya melayang.“Sayang, a-aku takut kau khawatir pada Ares. Aku juga khawatir padanya. T-tapi Viona masih terlalu kecil untuk kita tinggal. Ares juga pasti akan kita temukan. Kasihan anak kita kalau mereka menjadi yatim piatu,” ucap Vintari panik.Zeus mendesah kasar. “Jangan berbicara konyol, Vintari. Aku tidak mungkin mengemudi seperti siput ketika anak pertamaku hilang, dan anak keduaku kau tinggal begitu saja.”“Anak kita, Zeus. Ares dan Viona juga anakku. Kan aku yang melahirkan mereka,” ucap Vintari sambil menekuk bibirnya sebal.Zeus tak mengindahkan ucapan Vintari. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia sudah meminta keamanan di rumahnya untuk mencari keberadaan Ares. Dia memutuskan untuk menunggu di rumah. J
Beberapa tahun berlalu …Vintari berlari menelusuri koridor rumah sakit. Dia berada di Alpha Hospital untuk bertemu dengan sang suami. Dia tidak bisa menunggu sang suami di ruang kerja, karena ada hal penting yang harus dia bilang pada suaminya. Sekarang tujuan utama Vintari adalah ruang operasi. Perawat di depan mengatakan suaminya memiliki jadwal operasi. “Nyonya Ducan?” sang perawat menatap Vintari yang berdiri di depan ruang operasi, dengan napas terengah-engah.Vintari mengatur napasnya. “Apa suamiku sudah selesai operasi?” tanyanya cepat, dengan wajah panik.“Belum, Nyonya. Apa ada hal penting yang ingin Anda bicarakan pada Dokter Zeus?” tanya sang perawat lagi.Vintari mengangguk cepat. “Iya, ada hal penting yang ingin aku katakan pada suamiku.”“Baik, Nyonya. Saya akan sampaikan pada Dokter Zeus. Saya permisi.” Perawat itu segera masuk ke dalam ruang operasi.Vintari duduk di kursi panjang di depan ruang operasi. Napasnya masih terengah-engah akibat berlari. Tampak jelas waja
Beberapa tahun berlalu … Seorang bocah kecil berlarian di pelataran aula serba guna yang telah ramai dengan banyak orang. Dia berlari riang, sambil sesekali tertawa karena sang ayah tidak bisa menangkapnya.“Ares, stop! Kita harus segera masuk ke dalam,” seru Zeus yang dari tadi mencoba untuk menangkap putranya itu.Ares menatap Zeus, kemudian tertawa dan kembali berlari. Di belakang Zeus, semua keluarga hanya berdiri dan tertawa menyaksikan putra mahkota keluarga Ducan sedang beraksi.“Tidak terasa umur Ares sudah hampir dua tahun. Aku masih ingat sekali waktu menggendongnya untuk pertama kali,” ucap Jenny penuh haru.“Kau benar, waktu cepat sekali berlalu. Sekarang Ares sudah tumbuh dengan sangat baik.” Di samping Jenny, Irene yang juga terharu.Zeus menatap keduanya, kemudian menghela napas. “Seharusnya kalian mengeluarkan perasaan haru saat nanti melihat Vintari wisuda.”Robby dan David tertawa mendengar protes dari Zeus, tapi hal itu tidak berpengaruh pada kedua nenek yang masih
Dentuman musik klub terdengar samar di dalam ruangan VIP yang seluruh dindingnya telah dipasang peredam suara. Jace terlihat sedang duduk dengan segelas whisky di tangannya, sedang menunggu seseorang yang telah dia pesan.Ketukan terdengar beberapa kali sebelum seorang pelayan membuka pintu, mengantar seorang perempuan dengan gaun ketat di atas paha, dan potongan dada rendah yang membuat isinya menyembul setengah.Jace menyeringai. Gerakan matanya menyuruh perempuan itu untuk mengunci pintu. Satu gelas yang masih kosong, dia tuang dengan whisky. “Welcome drink?” ucapnya.Perempuan itu tersenyum dengan lirikan mata menggoda. Tangannya meraih gelas dari Jace, kemudian menyesapnya sekali sambil memperhatikan sosok di depannya yang membuatnya bersemangat. Dia merasa puas dengan sosok tuan yang memperkerjakannya malam ini. Penampilan Jace yang tampan memang selalu menarik mata lawan jenis.“What’s your name, hm?” Jace menarik lengan perempuan itu sampai terduduk di pangkuannya.“Call me Lo