Vintari mendorong pelan pintu mansion, menutupnya cepat dengan sebelah tangan. Kedua pundaknya terlihat turun dengan tatapan kosong seakan tak memiliki jiwa lagi. Sekarang dia mulai yakin dirinya bernasib sama dengan Andre, salah jurusan. Namun apa boleh buat? Nasi juga menjadi bubur. Dia harus menerima nasibnya yang memiliki banyak dosen killer.Saat melewati ruang santai, Vintari melihat Zeus telah duduk bersandar di sofa. “Zeus, kau sudah pulang?”“Praktek selesai lebih cepat. Kebetulan hari ini aku banyak waktu kosong, jadi aku bisa pulang lebih cepat.”“Ah, begitu. Baguslah, kau jadi punya banyak waktu beristirahat.”Zeus kemudian mengingat sesuatu yang penting. “Kau sudah membuat janji dengan dokter obgyn?”Rahang Vintari membuka, matanya melotot sambil melihat ke sisi lain agar tidak bertemu mata dengan Zeus. “A-aku …, lupa.” Akhirnya Vintari meringis dan merapatkan kedua telapak tangannya, tepat di bagian muka.Alih-alih marah seperti yang sudah dibayangkan oleh Vintari, Zeus
Raut wajah Vintari berubah memucat mendengar pertanyaan Zeus. Tatapan mata pria itu seakan mengintimidasi, dan menusuknya. Kegelisahan menyelimuti, tapi dia berusaha untuk bersikap tenang.“M-mana mungkin. Jika aku sudah pernah bertemu dengannya, aku tidak akan bertanya padamu.” Vintari menghindari tatapan Zeus yang mulai membuatnya gugup.Foto yang ditunjukkan Andre kembali melintas dalam ingatan Zeus. Dia merasa kesal karena Zayn adalah laki-laki yang disukai Vintari. Di dalam hatinya, berkali-kali dia mengatakan hal yang sama. Dia tak peduli Vintari suka dengan siapa saja, tapi kenapa harus Zayn?Lalu … sekarang Vintari seakan tak mengenali siapa yang datang. Entah Zeus tak tahu Vintari melihat Zayn, atau hanya beralasan saja. Hal yang pasti adalah fakta di mana lelaki yang dicintai Vintari—membuat emosi dalam diri Zeus menyulut.Namun, Zeus memilih untuk tidak mengungkit-ungkit tentang foto yang ditunjukkan oleh Andre. Dia memilih untuk berpura-pura tidak tahu apa pun. Ini adalah
Vintari mendengkus tak suka mendapatkan larangan dari Zeus. “Kenapa tidak boleh, Zeus?”“Turuti saja! Kau tidak boleh jalan dengan Jace.” Zeus masih menatap tajam pada Vintari, membuat dada Vintari entah kenapa berdebar tak karuan.Jace tertawa melihat sikap posesif yang tanpa sadar telah ditunjukkan oleh Zeus pada Vintari. “Kau takut Tari jatuh cinta padaku, ya?” godanya.Zeus melemparkan sorot mata dinginnya pada Jace. “Aku hanya melindunginya dari predator sepertimu.”“Predator? Jace bukan orang seperti itu. Dia selalu baik padaku, tidak sepertimu yang selalu membuatku kesal!” bela Vintari tak setuju dengan ucapan Zeus yang mengatakan Jace Predator.Dengkusan keluar dari hidung Zeus. Dia kesal karena merasa diserang oleh dua pihak. Apalagi saat keduanya saling melempar senyum lalu ber-high five. Entah kenapa, itu membuatnya semakin kesal.“Tari benar, aku tak mungkin menyerangnya.” Jace berusaha mempelajari raut wajah Zeus yang semakin suram. “Tapi kalau kau tidak bisa menjaga Tari
Tidak banyak yang harus dibawa pulang oleh Vintari. Selama ini, dia memang tidak pernah menimbun banyak barang di loker kampus. Selain karena dia tak pernah membawa banyak barang ke kampus, ini juga sangat membantu saat akan memulai liburan musim panas yang berlangsung dua setengah bulan ke depan, tidak perlu repot-repot menguras isi loker.“Kau jadi ke Hawaii?” Vintari bertanya pada Andre, kedua tangan mereka telah sibuk dengan barang masing-masing.Andre mengangguk, kemudian mengikuti Vintari yang mengajaknya ke parkiran. “Jika saja kau belum punya suami, pasti kau sudah kubelikan tiket.”Vintari menghela napas panjang. Baru kali ini dia merasa liburan musim panasnya menjadi suram. Well, sebenarnya dia ingin berkunjung ke rumah orang tuanya. Menghabiskan waktu bersama mereka dan liburan bersama. Hanya saja, dia merasa ragu karena pasti orang tuanya akan banyak bertanya mengenai hubungannya dengan Zeus. Vintari sangat menghindari hal itu.Jace juga sedang sibuk dengan rencana pembuka
“Apa yang sedang kau pikirkan?”Pertanyaan Zeus berhasil membuyarkan lamunan Vintari. Pria itu menatapnya dengan sorot penasaran serta bingung. Pria tampan itu merasa bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikiran Vintari.Vintari mengerjap terkejut. “Rahasia!”Zeus mendengkus, lalu mengajak Vintari untuk pergi dari pusat informasi.“Hei, kau belum bilang kenapa bisa datang ke sini? Kau tidak ada praktek atau jadwal operasi?” tanya Vintari sambil mengikuti langkah Zeus.“Kau pasti tidak tahu dari semalam aku tidak pulang.” Zeus memicingkan matanya pada Vintari.“Benarkah?” Vintari mendelik pada Zeus sambil terus berjalan. “Well, aku kira kau berangkat pagi-pagi seperti biasanya.”Zeus menggelengkan kepalanya. “Istri macam apa kau yang tidak tahu jadwal suaminya?”Dada Vintari seakan tersengat mendengar sebutan istri dari mulut Zeus. Jantungnya kembali berdebar kencang, tapi segera dia netralkan dengan menghebuskan napas panjangnya berkali-kali.“Kupikir kau saat ini pasti lelah, tapi kur
“Wajahmu kenapa merah seperti itu?” Zeus bertanya seraya menaikan sebelah alisnya. Tampak Vintari langsung melotot pada Zeus yang berjalan mendahuluinya. Dalam hati perempuan itu mengumpat dan membodohkan dirinya sendiri karena telah menunjukkan wajah salah tingkahnya pada Zeus. Seharusnya dia lebih bisa mengontrol diri agar Zeus tak pernah melihat ekspresinya seperti itu.“Siapa bilang wajahku memerah? Matamu buta!” seru Vintari—dan Zeus memutuskan untuk melengos pergi.“Hei, Zeus! Tunggu!” seru Vintari pada Zeus yang semakin menjauh.Zeus menoleh, dan menunggu Vintari sampai berjalan di sisinya lagi. “Kau masih ingin di sini atau mau pulang sekarang?”Vintari mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Tampak dia berpikir. “Ya sudah, kita pulang saja. Hari sudah gelap. Waktunya makan malam. Aku juga sudah lapar.”“Apa kau mau makan malam di luar?” tanya Zeus lagi.Vintari menggeleng. Tiba-tiba, dia ingin masak berdua saja bersama Zeus di mans
Zeus menerima tanggal operasi gabungan dari David. Besok adalah hari eksekusinya. Belum ada kepastian yang keluar dari mulutnya. Lagi pula, tanpa keputusan pun dia tak akan melakukannya, kan? Namun, entah kenapa ada sedikit yang mengganjal di dalamnya.Malamnya, karena tak ada kasus gawat di rumah sakit, Zeus memutuskan untuk pulang cepat. Dia perlu mendinginkan isi kepalanya agar bisa memutuskan dengan benar. Operasi gabungan itu dilakukan karena terpaksa. Ayahnya mengambil keputusan menggunakan kuasanya, hingga membuat Zeus menjadi tersudut.Vintari yang sedang duduk di depan televisi, tersenyum riang gembira saat melihat Zeus ternyata sudah pulang. Dia melambaikan tangannya, lalu mengajak pria itu untuk duduk di sebelahnya.“Kau sedang apa?” tanya Zeus seraya menatap Vintari.Vintari mengacungkan remote tv yang dia pegang. “Dari tadi aku mencari saluran yang bisa ditonton, tapi tidak ada satu pun yang menarik perhatian. Kau sudah benar-benar pulang atau mau kembali lagi ke rumah sa
David masih menatap Zayn yang khawatir. Perlahan, pria paruh baya itu tersenyum setelah menghela napasnya sekali lagi. “Operasi berjalan dengan lancar, Zayn. Kondisi ibumu sekarang cukup stabil dan masih berada di ruang pemulihan.”Zayn menghela napas lega saat mendengarnya. Semua kegundahannya telah hilang. “Dad, terima kasih karena telah menyelamatkan ibuku,” ucapnya kembali dengan nada formal.David menepuk-nepuk pundak Zayn. “Jangan cemas lagi. Ibumu akan segera pulih. Setelah sadar dari obat bius, perawat akan segera memindahkannya ke kamar inap naratama yang kemarin kalian tempati. Kau bisa ke sana dulu untuk beristirahat. Kau pasti belum tidur dari semalam, kan?”“I’m good, Dad. Aku bisa mengurus diriku sendiri, yang terpenting sekarang adalah Mom.”David tersenyum mendengarnya. Dalam hati, dia merasa bangga karena kedua anaknya adalah anak baik yang sangat mencintai ibunya masing-masing. “Baiklah, Dad pergi dulu. Besok Dad akan kembali untuk visit. Jangan lupa makan. Kau harus