Vintari mendengkus tak suka mendapatkan larangan dari Zeus. “Kenapa tidak boleh, Zeus?”“Turuti saja! Kau tidak boleh jalan dengan Jace.” Zeus masih menatap tajam pada Vintari, membuat dada Vintari entah kenapa berdebar tak karuan.Jace tertawa melihat sikap posesif yang tanpa sadar telah ditunjukkan oleh Zeus pada Vintari. “Kau takut Tari jatuh cinta padaku, ya?” godanya.Zeus melemparkan sorot mata dinginnya pada Jace. “Aku hanya melindunginya dari predator sepertimu.”“Predator? Jace bukan orang seperti itu. Dia selalu baik padaku, tidak sepertimu yang selalu membuatku kesal!” bela Vintari tak setuju dengan ucapan Zeus yang mengatakan Jace Predator.Dengkusan keluar dari hidung Zeus. Dia kesal karena merasa diserang oleh dua pihak. Apalagi saat keduanya saling melempar senyum lalu ber-high five. Entah kenapa, itu membuatnya semakin kesal.“Tari benar, aku tak mungkin menyerangnya.” Jace berusaha mempelajari raut wajah Zeus yang semakin suram. “Tapi kalau kau tidak bisa menjaga Tari
Tidak banyak yang harus dibawa pulang oleh Vintari. Selama ini, dia memang tidak pernah menimbun banyak barang di loker kampus. Selain karena dia tak pernah membawa banyak barang ke kampus, ini juga sangat membantu saat akan memulai liburan musim panas yang berlangsung dua setengah bulan ke depan, tidak perlu repot-repot menguras isi loker.“Kau jadi ke Hawaii?” Vintari bertanya pada Andre, kedua tangan mereka telah sibuk dengan barang masing-masing.Andre mengangguk, kemudian mengikuti Vintari yang mengajaknya ke parkiran. “Jika saja kau belum punya suami, pasti kau sudah kubelikan tiket.”Vintari menghela napas panjang. Baru kali ini dia merasa liburan musim panasnya menjadi suram. Well, sebenarnya dia ingin berkunjung ke rumah orang tuanya. Menghabiskan waktu bersama mereka dan liburan bersama. Hanya saja, dia merasa ragu karena pasti orang tuanya akan banyak bertanya mengenai hubungannya dengan Zeus. Vintari sangat menghindari hal itu.Jace juga sedang sibuk dengan rencana pembuka
“Apa yang sedang kau pikirkan?”Pertanyaan Zeus berhasil membuyarkan lamunan Vintari. Pria itu menatapnya dengan sorot penasaran serta bingung. Pria tampan itu merasa bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikiran Vintari.Vintari mengerjap terkejut. “Rahasia!”Zeus mendengkus, lalu mengajak Vintari untuk pergi dari pusat informasi.“Hei, kau belum bilang kenapa bisa datang ke sini? Kau tidak ada praktek atau jadwal operasi?” tanya Vintari sambil mengikuti langkah Zeus.“Kau pasti tidak tahu dari semalam aku tidak pulang.” Zeus memicingkan matanya pada Vintari.“Benarkah?” Vintari mendelik pada Zeus sambil terus berjalan. “Well, aku kira kau berangkat pagi-pagi seperti biasanya.”Zeus menggelengkan kepalanya. “Istri macam apa kau yang tidak tahu jadwal suaminya?”Dada Vintari seakan tersengat mendengar sebutan istri dari mulut Zeus. Jantungnya kembali berdebar kencang, tapi segera dia netralkan dengan menghebuskan napas panjangnya berkali-kali.“Kupikir kau saat ini pasti lelah, tapi kur
“Wajahmu kenapa merah seperti itu?” Zeus bertanya seraya menaikan sebelah alisnya. Tampak Vintari langsung melotot pada Zeus yang berjalan mendahuluinya. Dalam hati perempuan itu mengumpat dan membodohkan dirinya sendiri karena telah menunjukkan wajah salah tingkahnya pada Zeus. Seharusnya dia lebih bisa mengontrol diri agar Zeus tak pernah melihat ekspresinya seperti itu.“Siapa bilang wajahku memerah? Matamu buta!” seru Vintari—dan Zeus memutuskan untuk melengos pergi.“Hei, Zeus! Tunggu!” seru Vintari pada Zeus yang semakin menjauh.Zeus menoleh, dan menunggu Vintari sampai berjalan di sisinya lagi. “Kau masih ingin di sini atau mau pulang sekarang?”Vintari mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Tampak dia berpikir. “Ya sudah, kita pulang saja. Hari sudah gelap. Waktunya makan malam. Aku juga sudah lapar.”“Apa kau mau makan malam di luar?” tanya Zeus lagi.Vintari menggeleng. Tiba-tiba, dia ingin masak berdua saja bersama Zeus di mans
Zeus menerima tanggal operasi gabungan dari David. Besok adalah hari eksekusinya. Belum ada kepastian yang keluar dari mulutnya. Lagi pula, tanpa keputusan pun dia tak akan melakukannya, kan? Namun, entah kenapa ada sedikit yang mengganjal di dalamnya.Malamnya, karena tak ada kasus gawat di rumah sakit, Zeus memutuskan untuk pulang cepat. Dia perlu mendinginkan isi kepalanya agar bisa memutuskan dengan benar. Operasi gabungan itu dilakukan karena terpaksa. Ayahnya mengambil keputusan menggunakan kuasanya, hingga membuat Zeus menjadi tersudut.Vintari yang sedang duduk di depan televisi, tersenyum riang gembira saat melihat Zeus ternyata sudah pulang. Dia melambaikan tangannya, lalu mengajak pria itu untuk duduk di sebelahnya.“Kau sedang apa?” tanya Zeus seraya menatap Vintari.Vintari mengacungkan remote tv yang dia pegang. “Dari tadi aku mencari saluran yang bisa ditonton, tapi tidak ada satu pun yang menarik perhatian. Kau sudah benar-benar pulang atau mau kembali lagi ke rumah sa
David masih menatap Zayn yang khawatir. Perlahan, pria paruh baya itu tersenyum setelah menghela napasnya sekali lagi. “Operasi berjalan dengan lancar, Zayn. Kondisi ibumu sekarang cukup stabil dan masih berada di ruang pemulihan.”Zayn menghela napas lega saat mendengarnya. Semua kegundahannya telah hilang. “Dad, terima kasih karena telah menyelamatkan ibuku,” ucapnya kembali dengan nada formal.David menepuk-nepuk pundak Zayn. “Jangan cemas lagi. Ibumu akan segera pulih. Setelah sadar dari obat bius, perawat akan segera memindahkannya ke kamar inap naratama yang kemarin kalian tempati. Kau bisa ke sana dulu untuk beristirahat. Kau pasti belum tidur dari semalam, kan?”“I’m good, Dad. Aku bisa mengurus diriku sendiri, yang terpenting sekarang adalah Mom.”David tersenyum mendengarnya. Dalam hati, dia merasa bangga karena kedua anaknya adalah anak baik yang sangat mencintai ibunya masing-masing. “Baiklah, Dad pergi dulu. Besok Dad akan kembali untuk visit. Jangan lupa makan. Kau harus
“Kau yakin aku harus pakai ini?” Vintari berteriak dari dalam kamarnya. Pantulan dirinya di cermin berhasil membuatnya bergidik karena dia hampir tidak pernah mengenakan baju seksi seperti ini. Dress hitam di atas lutut yang membentuk lekuk tubuhnya dengan tali spaghetti di pundak.Zeus melongok dari pintu kamar Vintari, mengangguk puas saat melihat wujud Vintari yang berdiri canggung di dalam kamar. “Lekaslah, aku tunggu di bawah.”Vintari kembali memandang pantulan dirinya lagi. Well, sebenarnya ini memang tidak berlebihan kalau dibuat pergi ke tujuan mereka malam ini, sebuah club terbesar di kota Manhattan. Hanya saja, pribadinya yang merasa canggung.Sementara itu di lantai bawah, Zeus telah siap dengan gayanya yang juga terlihat tidak seperti biasanya. Kemeja hitam digulung sampai siku, celana hitam dan sepatu pantofel mengilat serta rambutnya yang selalu tertata rapi. Kesan misterius semakin terpancar dari auranya.Pikirannya terlalu penuh karena emosi yang dia rasakan hari ini.
Zeus menggendong Vintari yang masih tertidur lelap menuju kamarnya. Sepanjang perjalanan dari club sampai mansion tadi benar-benar tidak membuat perempuan itu bangun. Toleransi alkoholnya benar-benar sangat rendah.Zeus membaringkan Vintari dengan perlahan, kemudian melepas high heels-nya, dan membuka gaun hitam ketat itu lalu menggantinya dengan baju yang lebih nyaman untuk tidur.Saliva Zeus meluncur cepat saat dia kembali melihat tubuh seksi Vintari yang beberapa jam lalu telah menggelayut manja pada dirinya. Helaan napas terdengar darinya, berusaha untuk tidak menyerang perempuan itu saat tidak sadarkan diri. Seharusnya, dia bergegas untuk kembali ke kamarnya setelah mengurus perempuan itu. Namun, Zeus justru memilih untuk berbaring di sebelahnya, dan kembali memandangi wajah istrinya itu dengan tatapan lembut.“Vintari, kau benar-benar tak akan kuizinkan untuk pergi minum-minum sendirian,” desah Zeus seraya membelai pipi Vintari.Selang beberapa saat, akhirnya Zeus memutuskan u