Share

Contract With Mafia Tengil
Contract With Mafia Tengil
Penulis: Pena HoneeyDee

Tawaran Satu Miliar

"Berapa yang kamu mau? Lima puluh juta? Seratus juta? atau satu miliar?"

Lagi, pria hidung belang di hadapan Aisya terus menawarkan harga fantastis hanya untuk bisa tidur dengan Aisya, namun Aisya terus menolak pria di hadapannya dengan sopan.

"Maaf Tuan, pekerjaan saya memang sebagai Hostess, namun Tuan salah jika berfikiran lebih tentang pekerjaan saya. Jika anda ingin di layani sebagai pemuas nafsu, maka saya tidak akan melayani anda lagi. Namun, jika Tuan bisa menjaga sopan santun Tuan terhadap Saya, maka dengan senang hati saya akan menuangkan minuman dan meracik minuman terbaik di club' kami."

Ucapan tegas serta tatapan dingin yang di tunjukan Aisya pada pelanggan kurang ajarnya, mampu membuat pria hidung belang di hadapannya malu hingga berlalu tanpa menoleh lagi. Ini bukan kali pertama Aisya mendapatkan tawaran buruk dari pelanggannya, sudah beberapa kali terjadi, bahkan pria yang sama hampir setiap malam terus menaikkan harga agar Aisya mau bermalam dengannya. Namun, semua itu hanya sia-sia saja, karena Aisya terus menolak tawaran mereka dengan elegan. Tawaran uang yang di tawarkan pria tadi memang sangat menggiurkan, terlebih saat ini Aisya sangat membutuhkan uang untuk kedua orang tuanya. Namun, Aisya tak mau terjerumus kedalam lembah hitam seperti prostitusi, karena satu kali kamu melakukan hal itu, maka kamu akan terikat dosa selamanya. Hal yang paling Aisya takuti adalah, jika dia terjerumus maka dia takut tidak bisa lepas dari dunia malam yang menjijikan itu. Semua sudah Aisya pikirkan, apalagi setelah Tesa memberitahu Aisya jika dunia prostitusi sangatlah menakutkan, dan Tesa sangat memperingati Aisya agar Aisya tidak tergiur oleh tawaran fantastis dari pria hidung belang yang menawarnya. Ya, Tesa adalah anak buah Mami Bunga, germo terkenal sekaligus pemilik Bar sebelah. Tesa pernah bertemu Aisya beberapa kali di ujung jalan saat Aisya akan pulang, kebetulan saat itu Tesa melihat Aisya sedang di ganggu oleh pria hidung belang yang terus menguntit Aisya dari dalam club'. Tesa tahu siapa pria itu, karena pria yang terus mengganggu Aisya dia adalah pelanggan tetap Mami Bunga.

"Bisa tuangkan minuman terbaik di club' ini, Nona!"

Tiba-tiba saja suara berat yang sedikit serak membuyarkan lamunan Aisya.

"Tentu, Tuan. Saya akan tuangkan Cognac, apa anda suka dengan minuman yang sedikit menggairahkan?"

Aisya langsung menuangkan Cognac di campur Remy Martin yang rasanya begitu membingungkan namun mampu membuat peminum merasakan gairah dan relax secara bersamaan.

"Kamu sepertinya faham tentang minuman-minuman seperti ini. Selain penyaji minuman, apa kamu juga seorang peminum? Karena rasanya tidak mungkin kamu menawarkan minuman tanpa kamu coba sendiri rasanya seperti apa. Mungkin saja minuman yang kamu pilihkan tidak sesuai dengan ekspektasi kami, para tamu."

Pertanyaan Pria yang sedang duduk di depan counter terdengar berbeda dari pertanyaan pelanggan lainnya. Namun, Aisya tak langsung menjawab pertanyaan si pria, karena dia tahu akan kemana arah pembicaraan pria di hadapannya ini.

"Seperti yang kamu tahu, aku adalah penyaji minuman sekaligus peracik minuman di sini. Kamu memang benar, rasanya tidak mungkin menawarkan minuman yang kita sendiri tidak tahu bagaimana rasanya. Jadi, sebelum kami meracik minuman untuk pelanggan, kami terlebih dahulu yang mencobanya," ucap Aisya sambil menyodorkan satu gelas Cognac with Remy Martin yang baru saja dia racik sendiri. Lalu Aisya menuangkan satu gelas kecil untuknya.

"Aku tidak selalu melakukan ini, tapi khusus untuk malam ini mari kita bersulang!"

Aisya mengangkat gelas yang berisi minuman di tangannya, lalu meminumnya hanya dengan satu kali tegukan.

Pria di hadapannya menyeringai licik melihat Aisya menghabiskan minuman yang dia sajikan sendiri. Tentu pria itu tahu minuman apa yang baru saja di tawarkan Aisya padanya. Minuman itu adalah minuman perangsang, dan pria di hadapannya tahu sebentar lagi Aisya mungkin butuh dirinya. Tanpa menunggu lama, pria tampan bertubuh kekar namun memiliki kebiasaan buruk dengan wanita itu menghabiskan minumannya tanpa menunggu lama.

"Nama ku Kevin, nama kamu siapa?" tanya pria itu sambil menyodorkan tangannya.

Aisya mengangkat sebelah bibirnya sambil menatap pria di hadapannya dengan tatapan dingin namun tangannya masih sibuk melayani pelanggan lain.

"Aisya, nama ku Aisya!" sahut Aisya tanpa membalas jabatan tangan Kevin.

Inilah yang tidak di sukai Aisya saat dia sedang bekerja di club'. Memiliki paras cantik berkulit putih hidung mancung serta senyuman menawarkan, membuat wanita muda itu selalu merasa risih dan ingin sekali merubah wajahnya agar tidak mencuri perhatian laki-laki hidung belang.

"Setelah ini apa yang akan kamu lakukan?" Kevin mulai memainkan mata nakalnya.

Aisya menghembuskan nafas kasarnya. Inilah hal yang paling dia benci dari pria-pria kotor yang menjadi pelanggan-pelanggan di club' ini. Semua pria bertanya apa yang akan Aisya lakukan setelah pulang dari club'. Memang menurutnya apa yang akan Aisya lakukan? Ya jelas dia akan pulang ke rumah untuk mengistirahatkan tubuhnya yang hampir remuk karena bekerja semalaman di club' ini tanpa duduk sama sekali. Memang ada hal lain yang bisa Aisya lakukan dengan kondisi badanya yang begitu lelah ini?.

"Aku akan pulang dan istirahat di rumah!" jawab Aisya dengan malas.

Kevin terkekeh kecil, tidak mungkin Aisya langsung pulang jika birahinya minta di puaskan, setidaknya itulah yang ada di fikiran Kevin saat ini.

"Apa kamu yakin tidak butuh seseorang saat ini?" Pertanyaan Kevin malam ini sungguh membuat Aisya meradang. Baru saja tadi dia di hadapkan dengan pria hidung belang yang terus mengimingi dia dengan uang, sekarang ada yang lebih parah bersikap kurang ajar pada Aisya.

"Minuman kamu sudah habis, setidaknya bayar minumannya lalu pergi dari sini sekarang juga. Atau silahkan tambah minumannya asalkan jangan berisik sama sekali!" Wajah Aisya berubah dingin serta tatapan tajam menghujam menatap Kevin di depannya.

Entah sudah berapa laki-laki malam ini yang terus mengganggu Aisya. Bekerja di tempat hiburan malam membuat Aisya harus banyak mengelus dada. Pekerjaannya sudah di anggap hina oleh sebagian orang, jika Aisya terjerumus lebih dalam lagi, lalu bagaimana Aisya bisa menghadapi kejamnya hinaan dunia? Tidak, Aisya tidak mau itu semua terjadi. Jika ketakutannya benar-benar nyata apa mungkin Aisya bisa menghadapi putri kecilnya? Kelemahan terbesar Aisya.

"Sya, sudah waktunya kamu pulang," ucap Catherine teman satu sif Aisya.

"Oh sorry, saya melamun tadi. Catherine, maaf jam berapa sekarang?" tanya Aisya.

"Hampir pukul empat pagi," jawab Chaterine sambil tersenyum.

Aisya menghela nafasnya, setidaknya hari ini dia bisa pulang lebih cepat daripada sebelumnya. Dia masih punya waktu sebentar untuk tidur memeluk putri kecilnya.

"Aisya, apa kamu sudah memikirkan tawaran Tuan Cemal?"

Aisya langsung terdiam mendengar pertanyaan dari Chaterine. Bagaimana dia bisa menjawab pertanyaannya jika Aisya saja lupa apa yang di tawarkan Tuan Cemal padanya.

"Memang Tuan Cemal menawarkan apa padaku?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status