Tok!Tok!Tok! Suara pintu yang diketuk mengalihkan perhatian ibu Julia yang sedang menyiapkan makanan untuk makan malam. Dengan cepat ibu Julia mematikan kompornya dan langsung melihat siapa yang bertamu malam-malam seperti ini. Ibu Julia membuka kenop pintu dan betapa terkejutnya dia saat melihat jika yang ada di hadapannya adalah nyonya Wisma yang baru saja bertemu dengannya tadi di rumah sakit. "Halo Nyonya, maaf saya mengganggu malam-malam seperti ini. Apa boleh saya masuk ke dalam?" tanya Nyonya Wisma dengan ramah. Ibu Julia yang masih terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat masih terpaku diam tanpa bersuara hingga akhirnya dia tersadar karena suara Pak Bayu. "Bu, ada tamu kenapa tidak di ajak masuk?"Ibu Julia langsung mengejapkan matanya, "Oh iya silakan masuk," Ibu Julia mempersilakan Nyonya Wisma untuk masuk. "Saya pikir anda tidak ingin menerima saya di sini sampai saya kaget karena anda mengacuhkan saya beberapa detik yang lalu.""Maaf, saya hanya terkeju
"Berapa yang kamu mau? Lima puluh juta? Seratus juta? atau satu miliar?"Lagi, pria hidung belang di hadapan Aisya terus menawarkan harga fantastis hanya untuk bisa tidur dengan Aisya, namun Aisya terus menolak pria di hadapannya dengan sopan."Maaf Tuan, pekerjaan saya memang sebagai Hostess, namun Tuan salah jika berfikiran lebih tentang pekerjaan saya. Jika anda ingin di layani sebagai pemuas nafsu, maka saya tidak akan melayani anda lagi. Namun, jika Tuan bisa menjaga sopan santun Tuan terhadap Saya, maka dengan senang hati saya akan menuangkan minuman dan meracik minuman terbaik di club' kami."Ucapan tegas serta tatapan dingin yang di tunjukan Aisya pada pelanggan kurang ajarnya, mampu membuat pria hidung belang di hadapannya malu hingga berlalu tanpa menoleh lagi. Ini bukan kali pertama Aisya mendapatkan tawaran buruk dari pelanggannya, sudah beberapa kali terjadi, bahkan pria yang sama hampir setiap malam terus menaikkan harga agar Aisya mau bermalam dengannya. Namun, semua it
Aisya mengerutkan keningnya, "Pertanyaan yang mana? memang Tuan Cemal menawarkan apa padaku?" tanya Aisya sambil mengangkat kedua alisnya mengingat hal yang mungkin sudah dia lupakan.Chaterine menghela nafasnya kemudian menepuk dahinya sendiri sambil berkacak pinggang. "Jangan bilang kamu lupa?"Aisya meringis sambil menggaruk kepalanya. "Belakangan ini aku sibuk memikirkan keluarga, maklum jika aku melupakan sesuatu!" ucapnya sambil mengedipkan matanya."Ini masalah Tuan Cemal yang mengajak kamu launch besok. Apa kamu akan datang ke tempat yang sudah dia siapkan?"Mata Aisya melotot tajam serta mulut menganga namun segera dia tutupi dengan kedua telapak tangannya."Ya Tuhan! Bagaimana aku bisa lupa? Apa besok hari yang di tentukan Tuan Cemal?""Kamu masih bertanya? Jelas besok! Bagaimana kamu bisa melupakan hari penting seperti itu!" Chaterine berdecak sebal pada sahabatnya itu. "Kamu akan datang 'kan?" tanya Chaterine lagi.Aisya menghela nafasnya sambil membuka seragam yang dia ke
Aisya segera menyeka sudut matanya yang hampir meneteskan butiran bening."Tidak sayang, Mami tidak menangis. Mami hari ini hanya lelah, tapi berkat kamu, Mami sudah tidak lelah lagi."Sebisa mungkin Aisya harus terlihat tegar di hadapan Rose."Kalau begitu Rose cepat pergi ke kamar mandi lalu segera mandi, bukannya Rose harus pergi ke sekolah?" ucap Aisya lagi sambil mengelus rambut panjang Rose dengan lembut.Rose tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Rose memang anak pintar, dia akan langsung nurut tanpa protes sama sekali.Sementara Rose pergi ke kamar mandi, Aisya memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah terasa capek. Aisya segera mengambil tas kecilnya lalu berlalu menuju kamarnya."Apa aku sudah tua? Kenapa rasanya tubuhku mau rontok!" gerutu Aisya sambil memijat-mijat lengannya sendiri sambil membaringkan tubuh di atas ranjang empuk miliknya.Baru saja beberapa detik Aisya memejamkan mata, tiba-tiba saja suara gaduh di luar rumah berhasil membangunkan Aisya ya
Aisya yang sudah tidak bisa menahan diri lantas membalikkan semua ucapan ibu Retno pada putrinya yang memang kerap pergi bersama pria-pria yang bergantian setiap malamnya."Ibu lihat sendiri 'kan, apa yang sedang di alami anak ibu? Sebaiknya ibu urus saja anak perempuan ibu, daripada ibu sibuk mengusik kehidupan pribadi saya. Satu hal lagi, saya tidak mau ibu terus menyebarkan gosip yang tidak benar tentang saya dan keluarga saya. Jika itu sampai terulang, maka saya akan pastikan ibu akan menyesal!"Aisya berlalu tanpa menoleh ke belakang. Rasa sesak yang dari tadi terasa menghimpit dada, akhirnya bisa Aisya tumpahkan begitu saja pada orang-orang yang selalu merendahkannya selama ini. Rasa puas yang tidak bisa dia ucapkan mampu membuat seulas senyuman terukir di wajahnya."Hebat kamu Aisya!" puji ibu Julia saat sudah sampai di dalam rumahnya."Maksud ibu apa?" tanya Aisya sambil duduk di sofa yang cukup panjang.Ibu Julia lalu mendekat ke arah Aisya sambil mengintip ke arah luar dari
Tak terasa air mata Aisya menetes dengan deras. Bagaimana mungkin anak yang terlihat sehat seperti Rose mengidap penyakit yang sangat berbahaya. "Leukimia Dok? Apa Dokter tidak salah? Bagaimana bisa anak saya menderita penyakit berbahaya seperti itu, Dokter?" Aisya mulai tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.Begitupun dengan ibu Julia."Benar Dok, kenapa cucu saya mengidap penyakit berbahaya? Apa cucu saya bisa di obati?" tanya ibu Julia yang tak kalah panik dari Aisya."Penyakit Leukimia atau darah putih, memang sangat rentan terhadap anak seumuran Nona Rose. Apa belakangan ini Nona Rose sering mual, pusing, dan terkadang mimisan? Atau mungkin nafsu makannya berkurang?" tanya Dokter pada Aisya.Aisya hanya terdiam sambil menangis dengan hati yang teramat sakit. Selama ini Aisya hanya sibuk mencari uang sedangkan dia tidak tahu kondisi anaknya yang ternyata sedang kritis. Saat Dokter bertanya pun Aisya hanya menatap sang ibu dengan harapan jika ibu Julia tahu tentang keadaan Rose ya
"Baik, Dok. Saya akan segera mencari uang untuk pengobatan Rose. Tolong lakukan yang terbaik untuk menyembuhkan, Rose." Aisya segera berdiri dan langsung keluar dari ruangan Dokter yang di susul ibu Julia. "Aisya tunggu!" Aisya langsung menghentikan langkahnya saat bahu Aisya di cekal ibu Julia. "Ada apa, Bu?" "Mau kemana kamu sekarang? Cari uang satu miliar itu bukan hal yang mudah, Aisya! Itu jumlah uang yang sangat fantastis!" Aisya menghela nafasnya, "Aisya tahu, Bu. Tapi Aisya harus coba cari uang itu." Ibu Julia mendelik, "Lebih baik kita beli rumah dan mobil jika punya uang sebanyak itu!" gerutu ibu Julia yang nyaris tidak terdengar suaranya. Aisya mengerutkan keningnya, dia faham apa yang saat ini sedang di pikirkan oleh ibu Julia. Namun, ini masalah hidup dan mati Rose, putri satu-satunya yang dia miliki dan Aisya tidak ingin terjadi apa-apa pada Rose. "Kalau begitu aku pamit pergi dulu. Ibu tolong jaga Rose sampai Aisya kembali ya, Bu." Ibu Julia menghembuskan nafas
"Bu, maaf Aisya terlambat." Ibu Julia mendelik sambil mendengus kesal. "Kamu sengaja iya 'kan lakukan ini sama ibu? Apa kamu marah dan melampiaskan semuanya sama ibu karena anak kamu sakit!" sentak ibu Julia. "Bukan seperti itu, Bu. Aisya ketiduran, tadi Aisya capek sekali dan nggak sadar Aisya tidur," jelas Aisya. "Bisa-bisanya kamu tidur di saat anak kamu sedang dalam kondisi kritis!" Aisya menghela nafasnya, "Aisya juga harus istirahat sebentar, Bu. Aisya harus berpikir dan bekerja keras cari uang agar Rose bisa secepatnya di operasi!" tegas Aisya. Ibu Julia mendelik, "Kamu itu memang cuman pembawa sial di hidup ibu, tahu! Sudah punya anak tanpa suami sekarang Rose juga malah menambah masalah di hidup ibu!" Aisya memejamkan matanya mendengar setiap kata dari mulut sang ibu yang terdengar sangat menyayat hati. "Sebaiknya ibu makan dulu, bukannya tadi ibu bilang lapar, kan?" Aisya menyodorkan beberapa kantong pelastik yang berisi makanan kesukaan ibu Julia. Ibu Julia menata