Dari apartemen itu mereka langsung bertolak ke Pantai Golden Valley di Distrik Selatan. Claudia melepas kemampuan iblisnya, merubah matanya menjadi merah menyala.
“Aku tidak bisa berlama-lama menggunakan kemampuan ini, jadi semua berpegangan tangan, kita akan langsung berteleportasi ke Pantai Golden Valley,” ujar Claudia.
“Tapi Claudia, apa kamu sudah pernah pergi ke sana?” tanya Frieda.
Jack tersenyum. “ Tentu saja, aku pernah membawanya satu kali ke sana, melihat sebuah menara tinggi,” ujar Jack.
“Ah, menara itu ya,” kata Frieda.
“Sudah cukup ngobrolnya, ayo kita bergegas, cepat berpengangan tangan lalu lompat dalam hitungan ketiga,” ujar Claudia.
Tarisa tampak bingung. “Eh, apa kita harus melom–“
“Satu, dua, tiga, lompat!” seru Claudia.
Ketika mereka melompat mereka dapat merasakan sensasi perlambatan di udara, dan saat kaki mereka kemb
Dari atas tebing yang tak jauh dari istana pasir itu, Claudia dan Jack duduk di atas sebuah batu memperhatikan mereka dari kejauhan. Jack mengalihkan pandangannya dan menunjuk ke arah sebuah menara yang tinggi, berdiri tidak jauh dari sana. Menara itu tingginya sekitar 48 meter, dan merupakan bangunan tertinggi di Distrik Selatan.“Claudia, lihatlah menara itu, seingatku sewaktu kunjungan terakhir kita, menara itu masih dalam tahap pembangunan,”“Ah, menara itu sudah selesai di bangun?” tanya Claudia.“Tentu saja, karena menggunakan biaya yang besar pembangunan menara tersebut bisa dilakukan dengan cepat dan selesai tiga tahun lalu,” ujar Jack.“Maafkan aku, karena fokus pada istana pasirku aku tidak memerhatikan menara itu,” kata Claudia melayangkan pandangannya ke arah menara yang ditunjuk Jack,” kata Claudia.“Menara itu dibangun karena impian seseorang, karena itu pula menara itu dinam
Halo, Terima kasih untuk kalian yang masih setia membaca kisah ini. Berhubung kesibukan author yang tak terelakan di kehidupan nyata, dan lagi cerita seperti ini sepertinya kurang diminati disini, dengan berat hati author menghentikan pengerjaan novel ini. Kisah ini memang belum berakhir dan Masih banyak misteri yang belum terpecahkan, dan mungkin selamanya akan menjadi misteri bahkan bagi author sendiri. Pengerjaan novel ini benar-benar author hentikan, dan sejenak berisitirahat dari kesibukan dunia tulis menulis ini. Ya, meskipun author bisa dibilang awam dalam dunia kepenulisan ini, namun setidaknya author telah belajar banyak hal dan mendapatkan banyak pengalaman. Kedepannya jika memungkinkan, author akan kembali dengan membawa kisah baru lainnya yang jauh lebih baik dari ini. Sekali lagi author mengucapkan terima kasih banyak, terutama buat kalian yang mendukung novel ini melalui vote gem, juga kepada Editor yang senantiasa memberikan ilmunya kepada author
Golden Valley adalah sebuah kota kecil dengan sekitar tiga puluh ribu penduduk yang terletak di sebuah pulau dengan dikelilingi deretan bukit di sisi barat dan timur kota. Meskipun telah terpapar oleh berbagai gaya arsitektur modern kota ini tetap menjaga keindahan bentang alamnya, menyajikan pemandangan indah dan rasa tenang bagi siapapun yang mengunjunginya. Pada kaki bukitnya banyak didirikan pos-pos dan rumah singgah untuk turis dan pendaki yang berkunjung. Ketika matahari terbenam jika dilihat dari ketinggian, langit kota ini akan tampak diliputi oleh cahaya keemasan, mungkin karena itulah mengapa kota ini disebut sebagai golden valley. Di sisi utara kota ini terdapat sebuah hutan yang mana penduduk lokalnya menyebutnya sebagai Golden Forrest. Tempat itu dipercaya sebagai tanah yang cocok bagi tumbuhnya bunga berwarna keemasan yang dapat mengabulkan segala permohonan. Orang-orang pun menyebut bunga itu sebagai golden flower. Dikisahkan bahwa
Di Kota Golden Valley terdapat sebuah keluarga yang memegang pengaruh besar di sana. Mereka adalah keluarga Ellon, yang merupakan pionir dari kemajuan pembangunan di kota tersebut. Mereka memiliki kekayaan yang cukup besar untuk menghidupi kota itu. Dengan kekayaan tersebut mereka membangun banyak infrastruktur publik yang penting seperti armada bus yang menjangkau seluruh kota, gedung dan kantor pemerintahan serta banyak fasilitas publik lainnya yang mereka dirikan. Seluruh infrastruktur tersebut diberikan kepada kota golden valley dan seisinya dan dikelola oleh pemerintah kota. Dengan demikian, keluarga Ellon disebut-sebut sebagai dermawan Kota Golden Valley, sedangkan beberapa pihak menyebut mereka sebagai pemerintah di balik layar. Keluarga Ellon juga mengakusisi kepemilikan hutan golden forrest di utara dengan membayar mahal pada seluruh penduduk sekitar enam puluh tahun lalu. Sebenarnya nama golden forrest sendiri adalah pemberian mereka. Menuru
Kringg … kringg … kringg. Bel tanda pelajaran berakhir berbunyi, para murid dan guru di SMA Star Peak mulai mempersiapkan diri untuk pulang. Begitu juga dengan murid dari ruangan 1 Kelas 3, tempat Rafael belajar. Saat itu Rafael sedang piket bersama dua orang temannya. “Ya ampun, si Andi itu kabur lagi, tidakkah ia malu untuk kabur setiap kali dia piket? Terlebih lagi ia dapat meninggalkan ruangan ini dengan cepat sebelum kita menyadarinya. Entah belajar darimana anak sialan itu!” kata seorang murid perempuan menggerutu sambil menghapus formula matematika panjang di papan tulis. “Ya, tapi setidaknya ada satu dua hal baik darinya, bukan?” seorang murid perempuan yang sedang merapikan meja guru membalas gerutu murid tadi. “Benar juga, seperti mentraktir kita setiap dia bolos piket. Aku akan menagihnya besok.” “Bukan begitu juga sih maksudku,” balas murid yang satunya. “Frieda, bagaimana perkembangannya? “ tanya murid perempuan itu, usai
Riana melambaikan tangannya pelan kepada Rafael, hingga sesaat kemudian ia menyadari keberadaan anak kecil yang duduk di ujung kursi panjang itu, Eh, anak perempuan itu? batin Riana. Kondektur bus memintanya untuk mengambil kursi di depan karena bagian belakang yang sudah penuh. Riana berjalan menuju bagian depan bus, mendapati seorang anak perempuan berusia delapan tahunan duduk sendirian di bangku tepat di belakang sopir. Pada sisi yang lainnya dari bangku yang ditempati oleh anak, duduk pula seorang wanita dengan banyak bawaannya. “Kak, duduk di sini saja,” kata anak perempuan itu menawari bangku kosong di sebelahnya “Terima kasih, “ Riana membalas sopan anak itu. Sesaat kemudian suara desing dari mesin bus terdengar, tanda bus akan segera berangkat meninggalkan halte itu. Riana memperhatikan anak itu, bernyanyi kecil sambil memegang erat buket bunga di tangannya. “Bunga untuk siapa itu, Dik? ” tanya Riana. “Oh,
Lima hari lalu sebelum kecelakaan, di rumah kayu, di tengah Hutan Golden Forrest. Claudia sedang duduk santai di ruang depan sedang membaca sepucuk surat.Tak lama kemudian seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam menerobos masuk melalui pintu yang tidak dikunci.Ia membuka tudung yang menutup wajahnya, sehingga wajahnya yang rupawan itu dapat kelihatan. Matanya berwarna keemasan dan rambut serta bulu matanya berwarna putih bersih seperti salju. Dia adalah seorang malaikat yang bertugas di bumi, tepatnya bisa dikatakan saat ini sedang bertugas di sekitaran kota itu.Ia mengambil rupa sebagai manusia dua puluh tahunan yang menuntun jiwa-jiwa manusia yang mati, untuk menyebrang ke perhentian selanjutnya melewati dunia perbatasan. Meskipun, kadang pekerjaannya tidak selalu mulus, mengingat beberapa jiwa yang kadang tak menurut atau menemukan sendiri jalan kembali ke dunia nyata dari perbatasan. Kebanyakan dari mereka adalah
Ratusan tahun lalu sekumpulan orang dari belahan bumi yang jauh mengarungi lautan dengan kapal-kapal mereka.Dengan tujuan untuk mencari tempat hidup yang lebih baik dan mudah Sampai suatu hari sampailah mereka di sebuah pulau yang kelihatan terisolasi. Pulau tersebut tampak sunyi dan tidak berpenghuni.Geografis pulau itu berada pada wilayah tropis, sehingga mereka tidak perlu mengkhawatirkan kehidupan sulit di musim dingin. Pulau tersebut berukuran cukup besar dengan dikelilingi oleh perbukitan pada sisi timur dan baratnya, kemudian pada bagian utara diisi oleh hutan yang cukup luas.Bagian selatan berupa pantai dengan pasir putihnya dan bagian tengah berupa ladang rumput yang hijau. Mereka sangat yakin pulau tersebut menjanjikan,dan bersiap untuk mendirikan peradaban di sana.Karena kekurangan bahan mereka terpaksa merombak kapal-kapal mereka untuk mendapatkan material tambahan.Dengan demikian mereka tidak bisa kembali lagi. Itulah sepenggal ceri