Sarah dan Hasan pun bergegas pergi menyusuri jalanan sesuai arahan dari Pak Mangku, sementara ketiga temannya masih tetap menunggu di tempat tinggal sekaligus restoran pak Mangku.
Tiga puluh menit berlalu keduanya telah kembali dari ATM. Hasan memarkirkan motornya dan Sarah sudah lebih dulu menghampiri teman-temannya yang saat itu bersama dengan seseorang yang lain dan itu bukanlah pak Mangku.
Anita lalu menjelaskan bahwa orang yang bersama mereka saat itu adalah Pemangku Adat desa itu sekaligus paman pemilik rumah yang akan mereka sewa nantinya. Rumah beliau tepat di sebelah rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka nantinya. Dan beliau juga yang akan mengantarkan Sarah dan teman-temannya menuju rumah tersebut dengan mengendarai mobil pick up yang dikendarainya.
Kelimanya kembali mengobrol dengan Pak Mangku Wayan yang merupakan Pemangku Desa juga dengan Pak Mangku Putu yang merupakan Pemangku Adat atau bisa dikatakan juga Ahli Spiritual desa tersebut. Tak l
Saat ini hari sudah berganti malam. Keadaan gelap diselimuti kabut tebal pegunungan membuat suasana semakin dingin menyeruak. Suasana desa begitu hening, hanya terdengar suara lolongan anjing dan hewan-hewan malam seperti jangkrik dan kumbang yang saling bersautan. Sesekali juga terdengar suara burung yang terbang melintasi atas rumah mereka. Sungguh suasana pedesaan yang kental, tanpa penerangan lampu jalan bahkan penerangan dirumah warga desa pun hanya lampu dop berwarna kuning dengan cahaya temaram. Ketika malam tiba tak ada satu pun dari warga desa tersebut yang melakukan aktivitas diluar rumah. Kalaupun harus keluar rumah itupun hanya untuk keperluan penting saja. Benar-benar kondisi yang jauh berbeda dengan keadaan di kota tempat mereka berasal yang seakan tiada matinya bahkan ketika tengah malam pun masih banyak orang beraktivitas. Kegiatan membereskan rumah pun telah usai dan saat ini mereka akan menyiapkan makan malam. "Laper nihh gaes. Masak buat ma
Kelimanya sudah masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk makan malam. Sarah membagikan piring, Anita bertugas mengisi piring-piring kosong temannya, Hasan mengisi teko untuk minum sedangkan Jimi dan Chandra tinggal menunggu diberi piring berisi makanan karena mereka tadi sudah bertugas memasak. Setelah semua mendapat jatah masing-masing, mereka pun memulai makan. "Gimana rasanya? enak gak masakan kita?" celetuk Chandra. "Lumayan lah untuk mengisi perut yang lapar." Sarah menanggapi celetukan Chandra. "Biasa aja tuh." sanggah Anita yang memang suka blak-blakan kalau ngomong. "Hmm Anita, bersyukur dong masih bisa makan. Setidaknya bisa membuat kamu bertahan hidup disini. Dan pastinya bisa bikin kamu tetap gendut." Hasan mengomentari celetukan Anita. "Hhmm iya..iya.. Makasih ya sudah memasak untuk kita semua." ujar Anita berterimakasih pada Jimi dan Chandra. Kelimanya pun menikmati makam malam mereka yang sederhana hanya nasi panas dengan lauk mie goreng instan dan telur dadar. Tak bu
'Ting Tung Ting Tung Ting Tung' suara alarm berbunyi tiada henti menunggu seseorang mematikannya.Sarah meraba-raba sekitar tempat tidurnya untuk mencari ponselnya yang berbunyi dan mematikan alarm yang disetelnya pukul lima pagi itu."Hoooaaammm." Sarah menguap sambil perlahan membuka matanya. 'Sudah pagi rupanya' gumam Sarah dalam hatinya saat dia menatap layar ponselnya dengan mata yang sedikit menyipit karena silau akibat lampu dari layar ponselnya juga baru saja bangun dari tidurnya. Ia lalu mematikan alarm yang terus berbunyi memekakkan telinga itu.Sarah tak langsung beranjak bangun namun dia masih berbaring bermalas-malasan diatas tempat tidurnya sambil kakinya digerakkan ke kaki Anita untuk menyenggol temannya itu agar terbangun. Bibirnya pun memanggil-manggil nama 'Anita' berulang-kali namun temannya itu tak kunjung membuka matanya."Susah banget sih bangunnya..!!! gerutu Sarah yang merasa kesal karena kesulitan membangunkan Anita dari tidurnya,
Kegiatan mencuci piring telah usai, menanak nasi pun sudah matang. Kini tinggal memasak lauk dan sayur untuk sarapan.Sinar mentari sudah mulai muncul meski hanya seberkas sinar redup yang mulai memancar di cakrawala. Warga sekitar pun sudah mulai beraktifitas untuk sembahyang dan meletakkan sesaji di pura depan rumah masing-masing. Menangkupkan kedua tangannya saling berhadapan dan mengangkatnya ke atas kepala lalu membaca mantra. Dilanjutkan dengan memercikkan air suci dengan bungan yang dijepit diantara kedua jari telunjuk dan jari tengah. Benar-benar kearifan lokal dan budaya yang masih terjaga kelestariannya.Usai melihat wanita paruh baya yang tinggal depan rumah kontrakannya, Sarah kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil handuk dan akan mandi sebelum ia sarapan. Ia memasuki kamar tidurnya dan mengambil ponselnya untuk mengecek apakah ada pesan dari ibu atau saudaranya. Betul saja ada sebuah ikon amplop di layar ponselnya yang menunjukkan ada sebuah pesan ya
Keempat temannya telah selesai mandi dan kini kelimanya telah berkumpul di ruang tengah untuk memulai sarapan pagi. "Oh ya Denma kapan tiba disini?" tanya Sarah pada teman-temannya. "Katanya sih hari ini tapi mungkin agak sore. Tadi dia mengirimkan aku pesan meminta diberikan alamat lengkap disini." jawab Hasan yang memang tadi sempat berkirim pesan dengan Denma, salah satu teman mereka yang juga akan bergabung magang di tempat itu. "Oh. Jadi dia gak ikut ke kantor desa dong kalau begitu." sambung Sarah. "Yaa begitulah." ujar Jimi. "Ayo kita lekas sarapan karena kita harus segera berangkat ke kantor desa selagi masih pagi agar tidak terlalu panas di perjalanan nanti." sambungnya sambil menyendok makanannya lalu memasukkan ke dalam mulut. Kelimanya pun mengikuti apa yang dilakukan Jimi untuk menghabiskan jatah sarapan masing-masing. Tak butuh waktu lama mereka telah selesai melakukan sarapan lalu membersihkan piring dan panci kotor yang telah m
Mobil pick up yang ditumpangi Sarah dan teman-temannya pun kembali melaju dengan perlahan dengan kecepatan hanya dua puluh kilometer per jam karena memang medan yang masih tanah berbatu dan tak beraspal."Kapan rencananya kalian mulai bekerja di proyek ini?" tanya pak Mangku Putu membuka obrolan."Mungkin besok kami mulai bertemu dengan penanggungjawab proyeknya pak. Untuk tahap awal masih perkenalan dulu baru mungkin lusa mulai bergabung pak. Ini kami juga masih menunggu satu rekan kami yang baru akan datang sore nanti." Sarah menjelaskan secara mendetail pada Pak Mangku."Ooohh begitu. Semoga kalian betah yaa. Kalau butuh apapun jangan sungkan mengetuk pintu rumah saya. Istri saya selalu ada dirumah dan kami siap membantu kalian." Pak Mangku menunjukkan keramahannya pada Sarah dan teman-temannya."Baik pak terimakasih." jawab Anita menimpali.Mobil terus melaju mengikuti jalanan yang berkelok hingga tak terasa setelah hampir dua puluh menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di rumah
Sarah memang bergabung bersama teman-teman dan tetangga kontrakannya namun pikirannya berkelana kemana-mana. Ada galau dalam hatinya memikirkan reaksi Ivan kekasihnya yang pencemburu itu saat teleponnya diangkat oleh Denma tadi.Raganya memang terduduk di undakan pelataran rumah di depan pintu samping rumah namun pikirannya melayang memikirkan seseorang di seberang sana. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya hendak menelepon ibunya sekedar memberi kabar."Waduuh dia nelpon lagi. Angkat gak ya?" Sarah galau sendiri melihat nama yang terpampang di layar ponselnya menandakan ada panggilan masuk.Sarah: [Halo..!!] suara Sarah membuka obrolan menerima panggilan tersebut.Ivan: [Siapa tadi yang angkat teleponku. Pasti selingkuhan kamu kan sampe dia tau kamu lagi mandi. Memang kamu abis ngapain sama dia kok dia bawa ponsel kamu?]Baru juga telepon tersambung namun Ivan sudah mencecar Sarah dengan banyak pertanyaan menyelidik. Sarah hanya bisa mengambil n
"Masak apa malam ini Jim?" tanya Sarah sambil menghampiri Jimi yang berada di teras rumah."Daun singkong sama sambel tempe dan kacang panjang." jawab Jimi sambil menyiangi daun singkong untuk memisahkannya dari batang daunnya."Sini aku bantuin." ujar Sarah.Tanpa banyak bicara ia langsung duduk di hadapan Jimi membantu temannya itu untuk mengiris kacang panjang yang masih berada di dalam plastik kresek."Sarah?" suara Denma memanggil Sarah."Iya?" jawab Sarah singkat masih sambil memotong kacang panjang di tangannya."Are you okay? Maksudku apa pacar kamu marah soal kejadian tadi sore waktu aku terima telepon darinya?" Denma merasa bersalah karena mendengar perdebatan Sarah dengan Ivan di telepon tadi."Sudahlah jangan dipikirkan. Dia memang orang aneh. Selalu saja curiga yang tidak-tidak. Aku juga malas menanggapinya. Biarin saja besok juga baik -baikin aku lagi." ujar Sarah sambil menyunggingkan senyum untuk membuktikan jika dirinya baik-baik saja."Serius?" Denma masih menyelidik