Keempat temannya telah selesai mandi dan kini kelimanya telah berkumpul di ruang tengah untuk memulai sarapan pagi.
"Oh ya Denma kapan tiba disini?" tanya Sarah pada teman-temannya.
"Katanya sih hari ini tapi mungkin agak sore. Tadi dia mengirimkan aku pesan meminta diberikan alamat lengkap disini." jawab Hasan yang memang tadi sempat berkirim pesan dengan Denma, salah satu teman mereka yang juga akan bergabung magang di tempat itu.
"Oh. Jadi dia gak ikut ke kantor desa dong kalau begitu." sambung Sarah.
"Yaa begitulah." ujar Jimi. "Ayo kita lekas sarapan karena kita harus segera berangkat ke kantor desa selagi masih pagi agar tidak terlalu panas di perjalanan nanti." sambungnya sambil menyendok makanannya lalu memasukkan ke dalam mulut.
Kelimanya pun mengikuti apa yang dilakukan Jimi untuk menghabiskan jatah sarapan masing-masing. Tak butuh waktu lama mereka telah selesai melakukan sarapan lalu membersihkan piring dan panci kotor yang telah m
Mobil pick up yang ditumpangi Sarah dan teman-temannya pun kembali melaju dengan perlahan dengan kecepatan hanya dua puluh kilometer per jam karena memang medan yang masih tanah berbatu dan tak beraspal."Kapan rencananya kalian mulai bekerja di proyek ini?" tanya pak Mangku Putu membuka obrolan."Mungkin besok kami mulai bertemu dengan penanggungjawab proyeknya pak. Untuk tahap awal masih perkenalan dulu baru mungkin lusa mulai bergabung pak. Ini kami juga masih menunggu satu rekan kami yang baru akan datang sore nanti." Sarah menjelaskan secara mendetail pada Pak Mangku."Ooohh begitu. Semoga kalian betah yaa. Kalau butuh apapun jangan sungkan mengetuk pintu rumah saya. Istri saya selalu ada dirumah dan kami siap membantu kalian." Pak Mangku menunjukkan keramahannya pada Sarah dan teman-temannya."Baik pak terimakasih." jawab Anita menimpali.Mobil terus melaju mengikuti jalanan yang berkelok hingga tak terasa setelah hampir dua puluh menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di rumah
Sarah memang bergabung bersama teman-teman dan tetangga kontrakannya namun pikirannya berkelana kemana-mana. Ada galau dalam hatinya memikirkan reaksi Ivan kekasihnya yang pencemburu itu saat teleponnya diangkat oleh Denma tadi.Raganya memang terduduk di undakan pelataran rumah di depan pintu samping rumah namun pikirannya melayang memikirkan seseorang di seberang sana. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya hendak menelepon ibunya sekedar memberi kabar."Waduuh dia nelpon lagi. Angkat gak ya?" Sarah galau sendiri melihat nama yang terpampang di layar ponselnya menandakan ada panggilan masuk.Sarah: [Halo..!!] suara Sarah membuka obrolan menerima panggilan tersebut.Ivan: [Siapa tadi yang angkat teleponku. Pasti selingkuhan kamu kan sampe dia tau kamu lagi mandi. Memang kamu abis ngapain sama dia kok dia bawa ponsel kamu?]Baru juga telepon tersambung namun Ivan sudah mencecar Sarah dengan banyak pertanyaan menyelidik. Sarah hanya bisa mengambil n
"Masak apa malam ini Jim?" tanya Sarah sambil menghampiri Jimi yang berada di teras rumah."Daun singkong sama sambel tempe dan kacang panjang." jawab Jimi sambil menyiangi daun singkong untuk memisahkannya dari batang daunnya."Sini aku bantuin." ujar Sarah.Tanpa banyak bicara ia langsung duduk di hadapan Jimi membantu temannya itu untuk mengiris kacang panjang yang masih berada di dalam plastik kresek."Sarah?" suara Denma memanggil Sarah."Iya?" jawab Sarah singkat masih sambil memotong kacang panjang di tangannya."Are you okay? Maksudku apa pacar kamu marah soal kejadian tadi sore waktu aku terima telepon darinya?" Denma merasa bersalah karena mendengar perdebatan Sarah dengan Ivan di telepon tadi."Sudahlah jangan dipikirkan. Dia memang orang aneh. Selalu saja curiga yang tidak-tidak. Aku juga malas menanggapinya. Biarin saja besok juga baik -baikin aku lagi." ujar Sarah sambil menyunggingkan senyum untuk membuktikan jika dirinya baik-baik saja."Serius?" Denma masih menyelidik
"Fuuuhh" Sarah menghembus napas kasar sambil terus menatap layar ponselnya."Masih marahan sama pacar kamu?" suara Denma membuyarkan fokus Sarah yang daritadi hanya menatap layar ponselnya."He'em" jawab Sarah singkat seraya menganggukkan kepalanya. "Aku juga heran kenapa dikit-dikit dia ngambek ya?" sambung Sarah berbalik tanya pada Denma."Hahaha" Denma hanya terkekeh mendengar pertanyaan Sarah sambil mengangkat bahunya.Suasana hening sejenak sebelum ponsel Sarah berdering."Cepetan angkat entar keburu ngambek lagi" goda Denma.Sarah hanya tersenyum kecut mendengar sindiran temannya itu.Sarah : Udah selesai ngambeknya?Ivan : Siapa yang ngambek. Aku cuma cemburu aja sama temen-temen kamu yang bisa sama kamu terus. Awas ya kalo kamu macem-macem disana langsung aku jemput.Sarah : Heemm mulai lagiIvan : Hahaha. Aku punya kabar gembira buat kamu yank.Sarah : Apa itu?Ivan : Aku sudah cerita sama Ayah dan keluargaku kalo sekarang aku punya pacar lalu keluargaku pengen ketemu dan ken
'Tingtung Tingtung Tingtung' nada alarm di ponsel Sarah terus saja berbunyi memecah keheningan di dalam rumah kontrakan itu. Dengan mata masih terpejam, Sarah meraba-raba lantai bawah tempat tidurnya tempat ia meletakkan ponselnya setiap malam.'Klik' ia memencet tombol pada layar ponsel untuk mematikan alarm. Setelah diam sejenak untuk mengembalikan kesadarannya setelah tidur semalaman, ia lalu beranjak dari tempat tidurnya untuk memulai aktivitas pagi seperti yang biasa ia lakukan sejak tinggal dirumah itu mulai dari membangunkan teman sekamarnya, Anita lalu membangunkan teman-teman lainnya dilanjutkan dengan melakukan aktivitas dapur memasak, mencuci piring kemudian mandi pagi dan diakhiri dengan sarapan bersama.Pagi itu Sarah begitu bersemangat menjalani segala aktivitasnya karena hari ini keenam mahasiswa itu akan memulai kerja magang mereka di proyek itu. Mereka sangat antusias untuk melaksanakan tugas yang akan diberikan nantinya.Selesai bersiap, keenam pemuda itu segera berg
[Sayang sudah pulang belum? Aku kangen nih] isi pesan yang baru saja dibuka oleh Sarah ketika tiba di kontrakan.Membaca pesan dari Ivan membuat Sarah senyum-senyum sendiri dalam kamarnya."Kesambet lu? senyum-senyum sendiri gak jelas." Anita yang datang langsung nyeletuk melihat Sarah yang berbaring menatap langit-langit kamar sambil tersenyum."Ngaco aja kamu Anita. Gak bisa liat temen seneng dikit." Sarah mencibir Anita yang mengira dirinya kesurupan."Hahaha." Anita hanya terkekeh mendengar jawaban Sarah lalu berjalan menghampiri Sarah dan berbaring bersebelahan. "Aku capek banget Sarah. Kamu gak capek?" sambung Anita bertanya pada Sarah."Ya capeklah Anita tapi capekku hilang pas pulang buka ponsel ada pesan yang bikin hatiku senang. Semacam dapat moodbooster gitu deh." jawab Sarah dengan wajah berseri-seri."Pasti dari cowok aneh itu kan pesannya." Anita menebak-nebak pengirim pesan yang dimaksud Sarah.Sarah hanya mengangkat kedua alisnya berulang kali sembari tersenyum untuk m
Esok paginya, Sarah terbangun dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Hari ini mereka magang tanpa memakai pakaian formal sesuai dengan yang diinformasikan oleh mentor mereka kemarin. Karena untuk bekerja dilapangan memang agak ribet jika harus memakai kemeja dan celana kain formal ala kerja kantoran. Akhirnya mereka memilih memakai kaos, celana jeans dan sandal gunung. Bahkan ada pula yang memakai celana pendek dan sandal japit karet. Apapun boleh dipakai asalkan mereka nyaman untuk bekerja. Hari itu mereka dibagi dua kelompok untuk melakukan survey dan pengukuran ke rumah warga sekitar. Sarah, Jimi dan Denma berada satu kelompok dengan mentor Will, sementara Anita, Hasan dan Chandra dimentori oleh Angie. Kedua kelompok lantas berpisah dengan pembagian wilayah masing-masing. Sambil bekerja mereka bisa mengobrol karena memang pekerjaan mereka hari itu hanya melakukan survey dari rumah ke rumah untuk mendata kebutuhan listrik juga mengukur kebutuhan kabel dan alat listrik yang dib
Malam kian larut dan suasana sekeliling rumah pun kian sepi. Hanya suara hewan malam dan gonggongan anjing yang terdengar tanpa ada aktivitas apapun dari warga desa."Gimana Den, sudah ada informasi belum?" suara Sarah membuyarkan fokus Denma yang tengah memainkan gadget di tangannya."Hehe aku lupa belum hubungi temenku. Bentar yaa." ujar Denma sambil nyengir karena lupa akan janjinya.Tak ada sahutan dari Sarah hanya anggukan kepala saja yang menunjukkan ia bersedia menunggu informasi dari Denma.Sementara Denma tangannya sibuk memencet nomor kontak temannya di ponsel untuk menghubungi seseorang yang akan dimintai tolong olehnya mencari informasi tentang Ivan.Sambil menunggu panggilan Denma terhubung, Sarah memilih untuk duduk di hadapan temannya itu untuk menyimak pembicaraan yang akan dilakukan Denma melalui jaringan telepon."Halo bro, sorry nih malem-malem nelpon kamu. Aku mau minta tolong nih cariin info tentang seseorang." Denma membuka obrolan dengan langsung membahas pada i