Esok paginya, Sarah terbangun dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Hari ini mereka magang tanpa memakai pakaian formal sesuai dengan yang diinformasikan oleh mentor mereka kemarin. Karena untuk bekerja dilapangan memang agak ribet jika harus memakai kemeja dan celana kain formal ala kerja kantoran. Akhirnya mereka memilih memakai kaos, celana jeans dan sandal gunung. Bahkan ada pula yang memakai celana pendek dan sandal japit karet. Apapun boleh dipakai asalkan mereka nyaman untuk bekerja. Hari itu mereka dibagi dua kelompok untuk melakukan survey dan pengukuran ke rumah warga sekitar. Sarah, Jimi dan Denma berada satu kelompok dengan mentor Will, sementara Anita, Hasan dan Chandra dimentori oleh Angie. Kedua kelompok lantas berpisah dengan pembagian wilayah masing-masing. Sambil bekerja mereka bisa mengobrol karena memang pekerjaan mereka hari itu hanya melakukan survey dari rumah ke rumah untuk mendata kebutuhan listrik juga mengukur kebutuhan kabel dan alat listrik yang dib
Malam kian larut dan suasana sekeliling rumah pun kian sepi. Hanya suara hewan malam dan gonggongan anjing yang terdengar tanpa ada aktivitas apapun dari warga desa."Gimana Den, sudah ada informasi belum?" suara Sarah membuyarkan fokus Denma yang tengah memainkan gadget di tangannya."Hehe aku lupa belum hubungi temenku. Bentar yaa." ujar Denma sambil nyengir karena lupa akan janjinya.Tak ada sahutan dari Sarah hanya anggukan kepala saja yang menunjukkan ia bersedia menunggu informasi dari Denma.Sementara Denma tangannya sibuk memencet nomor kontak temannya di ponsel untuk menghubungi seseorang yang akan dimintai tolong olehnya mencari informasi tentang Ivan.Sambil menunggu panggilan Denma terhubung, Sarah memilih untuk duduk di hadapan temannya itu untuk menyimak pembicaraan yang akan dilakukan Denma melalui jaringan telepon."Halo bro, sorry nih malem-malem nelpon kamu. Aku mau minta tolong nih cariin info tentang seseorang." Denma membuka obrolan dengan langsung membahas pada i
Tiga minggu sudah mereka lalui di tempat magang. Tugas-tugaspun sudah banyak mereka kerjakan dan kini saatnya keenam mahasiswa itu memberikan laporan pada dosen pembimbing mereka yang berada di Jember. Keenam mahasiswa itu memilih untuk kembali ke kota tempat mereka berkuliah karena saat itu mereka mendapatkan libur selama empat hari bertepatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi di Bali."Sudah siap semua? barang yang mau dibawa? laporan? Dompe, Ponsel? Jangan sampai ada yang ketinggalan." seru Jimi mengingatkan teman-temannya sebelum mereka berangkat untuk meninggalkan rumah kontrakan mereka."Semuanya udah beres kok." jawab Hasan"Aku juga udah siap berangkat." sahut Sarah."Anita, Chandra?" tanya Jimi kembali."Ok sip beres." jawab Anita singkat.Kelimanya lalu berjalan menuju desa untuk bisa mendapatkan angkutan umum. Pagi itu mereka berangkat saat masih gelap agar bisa sampai desa tepat waktu pukul enam pagi karena angkutan yang ada akan berangkat pada jam tersebut.Pukul tiga pagi,
[Yank, udah sampe kos belum?] sebuah pesan dari Ivan masuk ke ponsel Sarah. Segera Sarah membuka dan membaca pesan tersebut.[Ini baru sampe] jawab Sarah singkat[Nanti malam aku jemput ya?] tanya Ivan menunggu persetujuan Sarah.[Mau kemana? Aku harus kerjain laporan buat aku bawa ke kampus besok pagi] jawab Sarah jujur karena ia memang berencana mengerjakan laporan untuk ia serahkan ke dosen pembimbing besok pagi.[Ya mau kencan lah. Aku kan kangen banget sama kamu. Udah sebulan ini gak ketemu yank. Bentar aja kok] Ivan kembali membujuk Sarah agar mau pergi dengannya malam nanti.[Hhmm oke deh. Tapi janji bentar doank. Gak boleh sampe jam sembilan malam aku sudah harus diantar pulang] Sarah memberikan penegasan pada Ivan untuk tak mengajaknya pergi terlalu lama.[Oke siap tuan putri] isi pesan balasan Ivan.Senja sudah tenggelam di peraduannya membuat langit perlahan menjadi gelap menandakan malam telah tiba.[Yank aku udah di depan kosmu nih] isi pesan Ivan yang hanya dibaca oleh S
Setengah jam menunggu, akhirnya menu yang mereka pesan sudah dihidangkan di meja.Sambil menikmati pemandangan yang romantis itu, keduanya segera melahap makanan yang disajikan dengan perlahan.Selesai menghabiskan hidangan yang tersedia, keduanya tak langsung beranjak pergi. Mereka melanjutkan obrolan dan menghabiskan waktu untuk mengobati rasa rindu setelah sekian minggu tak bertemu. Sarah bercerita banyak hal tentang pengalamannya selama di Bali dan Ivan hanya mendengarkan semua cerita kekasihnya itu dengan antusias tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun dan terus memandangi wajah Sarah tanpa henti.'Ya ampun polos banget sih kamu yank. Entah kenapa gue nyaman banget sama kamu. Tingkahmu yang lucu dan polos bikin makin gemes.' Ivan bergeming dalam hatinya sambil terus menyimak cerita Sarah yang tak pernah bosan ia dengarkan."Yank, kamu kok diem aja sih aku cerita panjang lebar malah kamu senyum-senyum aja. Sebel aku..!!!" omel Sarah karena ia merasa tak ditanggapi oleh Ivan."Iya
'Hhhmmm' Sarah membuang napas kasar mengingat kembali permintaan Ivan untuk ikut pulang kerumahnya.'Hmm mesti ngomong apa aku sama ibu dan mbak Wulan nanti. Mending aku telepon ibu saja dulu meminta izin mengajaknya datang kerumah.' Sarah bergeming dalam hatinya seraya meraih ponselnya di meja lalu menghubungi ibunya.Sarah : Halo ibu.Ibu : Iya Sarah. Kamu jadi pulang hari ini nak?Degh...!!! Hati Sarah bergetar mendengar pertanyaan ibunya. Ibu : Halo Sarah, Kamu masih disitu nak?Tanya bu Lia karena tak mendapat jawaban dari anaknya.Sarah : I-iya ibu. Jadi bu tapi masalahnya...Sarah menggantungkan ucapannya dan tak berani melanjutkan perkataannya karena takut sang ibu akan marah.Ibu : Tapi kenapa, Nak?Sarah : Eemm begini bu. Mas Ivan pacar Sarah minta ikut Sarah pulang bu. Sarah bingung bu. Gak enak sama tetangga pulang bawa lelaki.Ibu : Oohh begitu. Gak apa kamu ajak saja nak Ivan. Nanti biar ibu bikin laporan sama pak RT kalo kita akan ada tamu jadi dia datang sudah ada izi
Bu Lia masih setia menemani Ivan mengobrol diruang tamu hingga akhirnya Sarah keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya. Ia mengenakan setelan piyama sengan celana selutut dan atasan lengan pendek. Melihat Sarah yang sudah segar, Ivan terperangah dan hanya bisa menelan salivanya.'Gila cantik banget cewek gue ini. Bikin makin greget aja.' ucap Ivan dalam hatinya."Jadi tujuan nak Ivan datang kesini ada perlu apa?" pertanyaan Bu Lia mengalihkan perhatian Ivan dari Sarah."Eeemm jadi begini bu. Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk mengenal keluarga Sarah dan saya ingin menyampaikan bahwa saya serius menjalin hubungan dengan anak ibu. Apakah ibu merestui hubungan kami?" ujar Ivan berterus terang perihal maksud kedatangannya."Apakah tidak terlalu cepat nak? Kamu tau sendiri Sarah masih berkuliah dan ibu tak ingin dia sampai berhenti kuliah karena terburu-buru menikah." Bu Lia menegaskan pada Sarah dan Ivan bahwa pendidikan Sarah adalah prioritasnya saat ini."Iya bu saya m
Mentari pagi sudah menampakkan sinarnya, memberikan kehangatan pada semua makhluk yang menanti kemunculannya. Merasakan wajahnya terkena sinar matahari yang menerobos masuk ke kamar, Sarah menggeliat diatas kasurnya dan meregangkan tubuhnya untuk melemaskan otot-otot yang lelah sisa kegiatan kemarin."Hhmm anak gadis jam segini baru bangun." ujar Wulan yang berdiri di ambang pintu sambil bersedekap."Eehh mbak Wulan. Iya nih mbak lagi capek males mau bangun pagi-pagi." jawab Sarah membela dirinya."Ya.. ya.. ya.. Buruan bangun. Pacar kamu gak keluar kamar tuh. Cepet suruh keluar kita sarapan bareng." ujar Wulan."Iya aku mandi dulu mbak." Sarah menjawab sambil berjalan melewati Wulan lalu bergegas menuju kamar mandi.Lima belas menit berlalu, Sarah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar setelah terkena guyuran air saat mandi.Setelah membantu menyiapkan sarapan, ia mengetuk pintu kamarnya yang sejak semalam ditempati oleh Ivan."Ditunggu ibu sama Mbak Wulan juga suaminy