Setengah jam menunggu, akhirnya menu yang mereka pesan sudah dihidangkan di meja.Sambil menikmati pemandangan yang romantis itu, keduanya segera melahap makanan yang disajikan dengan perlahan.Selesai menghabiskan hidangan yang tersedia, keduanya tak langsung beranjak pergi. Mereka melanjutkan obrolan dan menghabiskan waktu untuk mengobati rasa rindu setelah sekian minggu tak bertemu. Sarah bercerita banyak hal tentang pengalamannya selama di Bali dan Ivan hanya mendengarkan semua cerita kekasihnya itu dengan antusias tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun dan terus memandangi wajah Sarah tanpa henti.'Ya ampun polos banget sih kamu yank. Entah kenapa gue nyaman banget sama kamu. Tingkahmu yang lucu dan polos bikin makin gemes.' Ivan bergeming dalam hatinya sambil terus menyimak cerita Sarah yang tak pernah bosan ia dengarkan."Yank, kamu kok diem aja sih aku cerita panjang lebar malah kamu senyum-senyum aja. Sebel aku..!!!" omel Sarah karena ia merasa tak ditanggapi oleh Ivan."Iya
'Hhhmmm' Sarah membuang napas kasar mengingat kembali permintaan Ivan untuk ikut pulang kerumahnya.'Hmm mesti ngomong apa aku sama ibu dan mbak Wulan nanti. Mending aku telepon ibu saja dulu meminta izin mengajaknya datang kerumah.' Sarah bergeming dalam hatinya seraya meraih ponselnya di meja lalu menghubungi ibunya.Sarah : Halo ibu.Ibu : Iya Sarah. Kamu jadi pulang hari ini nak?Degh...!!! Hati Sarah bergetar mendengar pertanyaan ibunya. Ibu : Halo Sarah, Kamu masih disitu nak?Tanya bu Lia karena tak mendapat jawaban dari anaknya.Sarah : I-iya ibu. Jadi bu tapi masalahnya...Sarah menggantungkan ucapannya dan tak berani melanjutkan perkataannya karena takut sang ibu akan marah.Ibu : Tapi kenapa, Nak?Sarah : Eemm begini bu. Mas Ivan pacar Sarah minta ikut Sarah pulang bu. Sarah bingung bu. Gak enak sama tetangga pulang bawa lelaki.Ibu : Oohh begitu. Gak apa kamu ajak saja nak Ivan. Nanti biar ibu bikin laporan sama pak RT kalo kita akan ada tamu jadi dia datang sudah ada izi
Bu Lia masih setia menemani Ivan mengobrol diruang tamu hingga akhirnya Sarah keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya. Ia mengenakan setelan piyama sengan celana selutut dan atasan lengan pendek. Melihat Sarah yang sudah segar, Ivan terperangah dan hanya bisa menelan salivanya.'Gila cantik banget cewek gue ini. Bikin makin greget aja.' ucap Ivan dalam hatinya."Jadi tujuan nak Ivan datang kesini ada perlu apa?" pertanyaan Bu Lia mengalihkan perhatian Ivan dari Sarah."Eeemm jadi begini bu. Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk mengenal keluarga Sarah dan saya ingin menyampaikan bahwa saya serius menjalin hubungan dengan anak ibu. Apakah ibu merestui hubungan kami?" ujar Ivan berterus terang perihal maksud kedatangannya."Apakah tidak terlalu cepat nak? Kamu tau sendiri Sarah masih berkuliah dan ibu tak ingin dia sampai berhenti kuliah karena terburu-buru menikah." Bu Lia menegaskan pada Sarah dan Ivan bahwa pendidikan Sarah adalah prioritasnya saat ini."Iya bu saya m
Mentari pagi sudah menampakkan sinarnya, memberikan kehangatan pada semua makhluk yang menanti kemunculannya. Merasakan wajahnya terkena sinar matahari yang menerobos masuk ke kamar, Sarah menggeliat diatas kasurnya dan meregangkan tubuhnya untuk melemaskan otot-otot yang lelah sisa kegiatan kemarin."Hhmm anak gadis jam segini baru bangun." ujar Wulan yang berdiri di ambang pintu sambil bersedekap."Eehh mbak Wulan. Iya nih mbak lagi capek males mau bangun pagi-pagi." jawab Sarah membela dirinya."Ya.. ya.. ya.. Buruan bangun. Pacar kamu gak keluar kamar tuh. Cepet suruh keluar kita sarapan bareng." ujar Wulan."Iya aku mandi dulu mbak." Sarah menjawab sambil berjalan melewati Wulan lalu bergegas menuju kamar mandi.Lima belas menit berlalu, Sarah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar setelah terkena guyuran air saat mandi.Setelah membantu menyiapkan sarapan, ia mengetuk pintu kamarnya yang sejak semalam ditempati oleh Ivan."Ditunggu ibu sama Mbak Wulan juga suaminy
Setelah menyelesaikan sarapan paginya, Sarah kembali ke kamar ibunya untuk bersiap kembali ke tempat kosnya karena esok paginya ia akan kembali ke tempat magangnya di Bali."Sarah pamit dulu ya bu." ujar Sarah sambil mencium punggung tangan Bu Lia."Iya nak hati-hati di jalan ya. Sesampai di kos langsung kabari ibu ya." titah Bu Lia"Baik bu." jawab Sarah sembari memeluk ibunya.Ia merasa berat untuk berpisah dengan ibu dan saudaranya juga keponakannya itu. Namun ia tetap harus berangkat karena masa liburnya sudah berakhir."Saya pamit juga bu." ucap Ivan sembari meraih tangan Bu Lia untuk dicium punggung tangannya."Iya hati-hati ya nak Ivan. Titip Sarah ya. Sering-sering ingetin dia kalau dia bandel apalagi lupa makannya." pesan Bu Lia pada Ivan.Mendengar ucapan sang ibu, Sarah hanya bisa tersenyum menunjukkan deretan giginya sambil memeluk ibunya semakin erat."Yaudah cepetan berangkah keburu siang. Biar sampai kos bisa istirahat. Besok kan masih mau melakukan perjalanan lagi." ti
Setelah kepulangan ivan dari kosnya, Sarah langsung beranjak masuk dan membersihkan diri lalu dilanjutkan dengan makan siang kemudian berkemas barangnya agar tak ada yang tertinggal.'Aku hanya pergi tuk sementara' 'Bukan tuk meninggalkanmu selamanya' 'Aku pasti kan kembali pada dirimu' 'Tapi kau jangan nakal' 'Aku pasti kembali' Sarah berdendang lagu sambil mengemasi barang-barangnya. Sorot bahagia sangat tampak di wajahnya karena telah mendapatkan izin dari ibunya untuk menjalin hubungan asmara dengan ivan, cinta pertamanya.Selesai berkemas, Sarah merebahkan tubuhnya di kasur untuk sekedar melepas lelah namun tak disangka ia malah tertidur dengan lelapnya.Puluhan kali ponselnya berdering menandakan adanya panggilan. Bahkan puluhan pesan sudah memenuhi kotak masuk di ponselnya namun tak satupun dari mereka yang dibaca oleh Sarah.Suara ketukan pintu kamar akhirnya bisa membangunkan Sarah dari tidur lelapnya yang seperti orang pingsan itu. Dengan langkah malas ia berjalan menuj
Sarah pun langsung naik keatas motor Ivan dan keduanya berkeliling membelah keramaian kota Jember malam itu hanya sekedar untuk menghabiskan waktu yang tersisa sebelum berpisah. Menyusuri jalanan tanpa tujuan, akhirnya keduanya sampai di tempat yang tampak sepi. Tempat yang bernama Rembangan itu merupakan derah yang bisa dibilang puncak dari kota Jember karena letaknya yang memang lebih tinggi dari daerah lainnya. Disitu bisa menikmati pemandangan lampu kelap-kelip yang menunjukkan pusat kota dan daerah lain yang berada dibawah tempat itu. Hanya saja lokasinya agak jauh dari pusat kota dan jalanan menuju kesana pun sepi. Hanya ada kebun tebu dan tebing di kanan dan kiri jalan. Tak ada rumah penduduk di tepian jalan. Yang ada hanya gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu dan atap dari dedaunan yang bahkan tingginya tak lebih tinggi dari tubuh orang. "Ini tempat apa yank. Kok sepi kayak gini." Tanya Sarah yang mulai cemas. "Ini tempat nongkrong yank. Nah gubuk-gubuk itu me
Pagi menyapa, Sarah bergegas mempersiapkan diri untuk kembali ke perantauannya. Selesai dengan persiapannya, Sarah menenteng tasnya untuk dibawa ke teras rumah kosnya tempat ia akan menunggu dijemput Anita. "Ayoo cuss. Udah ditunggu yang lain nih." Ucap Anita sambil memutar arah kemudi motornya. Tanpa berkata apapun, Sarah langsung menaiki jok motor Anita dan duduk dengan tenang dibalik Anita yang mengemudi motornya. "Eh entar kamu diboncengin Hasan ya. Soalnya aku diboncengin Jimi. Aku males nyetir perjalanan jauh." Kata Anita memberi tahu Sarah. Kali ini mereka kembali ke perantauan dengan membawa motor agar disana nantinya bisa dengan mudah bepergian karena sudah ada alat transportasinya sehingga tak perlu lagi berjalan kaki saat akan pergi ke kantor desa atau tempat lainnya. Hampir 4 jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah kontrakan tempat tinggal sementara mereka. Selesai membereskan barang-barang, dilanjutkan dengan istirahat melepas lelah setelah lama berkendara. Sa