Mentari pagi sudah menampakkan sinarnya, memberikan kehangatan pada semua makhluk yang menanti kemunculannya. Merasakan wajahnya terkena sinar matahari yang menerobos masuk ke kamar, Sarah menggeliat diatas kasurnya dan meregangkan tubuhnya untuk melemaskan otot-otot yang lelah sisa kegiatan kemarin."Hhmm anak gadis jam segini baru bangun." ujar Wulan yang berdiri di ambang pintu sambil bersedekap."Eehh mbak Wulan. Iya nih mbak lagi capek males mau bangun pagi-pagi." jawab Sarah membela dirinya."Ya.. ya.. ya.. Buruan bangun. Pacar kamu gak keluar kamar tuh. Cepet suruh keluar kita sarapan bareng." ujar Wulan."Iya aku mandi dulu mbak." Sarah menjawab sambil berjalan melewati Wulan lalu bergegas menuju kamar mandi.Lima belas menit berlalu, Sarah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar setelah terkena guyuran air saat mandi.Setelah membantu menyiapkan sarapan, ia mengetuk pintu kamarnya yang sejak semalam ditempati oleh Ivan."Ditunggu ibu sama Mbak Wulan juga suaminy
Setelah menyelesaikan sarapan paginya, Sarah kembali ke kamar ibunya untuk bersiap kembali ke tempat kosnya karena esok paginya ia akan kembali ke tempat magangnya di Bali."Sarah pamit dulu ya bu." ujar Sarah sambil mencium punggung tangan Bu Lia."Iya nak hati-hati di jalan ya. Sesampai di kos langsung kabari ibu ya." titah Bu Lia"Baik bu." jawab Sarah sembari memeluk ibunya.Ia merasa berat untuk berpisah dengan ibu dan saudaranya juga keponakannya itu. Namun ia tetap harus berangkat karena masa liburnya sudah berakhir."Saya pamit juga bu." ucap Ivan sembari meraih tangan Bu Lia untuk dicium punggung tangannya."Iya hati-hati ya nak Ivan. Titip Sarah ya. Sering-sering ingetin dia kalau dia bandel apalagi lupa makannya." pesan Bu Lia pada Ivan.Mendengar ucapan sang ibu, Sarah hanya bisa tersenyum menunjukkan deretan giginya sambil memeluk ibunya semakin erat."Yaudah cepetan berangkah keburu siang. Biar sampai kos bisa istirahat. Besok kan masih mau melakukan perjalanan lagi." ti
Setelah kepulangan ivan dari kosnya, Sarah langsung beranjak masuk dan membersihkan diri lalu dilanjutkan dengan makan siang kemudian berkemas barangnya agar tak ada yang tertinggal.'Aku hanya pergi tuk sementara' 'Bukan tuk meninggalkanmu selamanya' 'Aku pasti kan kembali pada dirimu' 'Tapi kau jangan nakal' 'Aku pasti kembali' Sarah berdendang lagu sambil mengemasi barang-barangnya. Sorot bahagia sangat tampak di wajahnya karena telah mendapatkan izin dari ibunya untuk menjalin hubungan asmara dengan ivan, cinta pertamanya.Selesai berkemas, Sarah merebahkan tubuhnya di kasur untuk sekedar melepas lelah namun tak disangka ia malah tertidur dengan lelapnya.Puluhan kali ponselnya berdering menandakan adanya panggilan. Bahkan puluhan pesan sudah memenuhi kotak masuk di ponselnya namun tak satupun dari mereka yang dibaca oleh Sarah.Suara ketukan pintu kamar akhirnya bisa membangunkan Sarah dari tidur lelapnya yang seperti orang pingsan itu. Dengan langkah malas ia berjalan menuj
Sarah pun langsung naik keatas motor Ivan dan keduanya berkeliling membelah keramaian kota Jember malam itu hanya sekedar untuk menghabiskan waktu yang tersisa sebelum berpisah. Menyusuri jalanan tanpa tujuan, akhirnya keduanya sampai di tempat yang tampak sepi. Tempat yang bernama Rembangan itu merupakan derah yang bisa dibilang puncak dari kota Jember karena letaknya yang memang lebih tinggi dari daerah lainnya. Disitu bisa menikmati pemandangan lampu kelap-kelip yang menunjukkan pusat kota dan daerah lain yang berada dibawah tempat itu. Hanya saja lokasinya agak jauh dari pusat kota dan jalanan menuju kesana pun sepi. Hanya ada kebun tebu dan tebing di kanan dan kiri jalan. Tak ada rumah penduduk di tepian jalan. Yang ada hanya gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu dan atap dari dedaunan yang bahkan tingginya tak lebih tinggi dari tubuh orang. "Ini tempat apa yank. Kok sepi kayak gini." Tanya Sarah yang mulai cemas. "Ini tempat nongkrong yank. Nah gubuk-gubuk itu me
Pagi menyapa, Sarah bergegas mempersiapkan diri untuk kembali ke perantauannya. Selesai dengan persiapannya, Sarah menenteng tasnya untuk dibawa ke teras rumah kosnya tempat ia akan menunggu dijemput Anita. "Ayoo cuss. Udah ditunggu yang lain nih." Ucap Anita sambil memutar arah kemudi motornya. Tanpa berkata apapun, Sarah langsung menaiki jok motor Anita dan duduk dengan tenang dibalik Anita yang mengemudi motornya. "Eh entar kamu diboncengin Hasan ya. Soalnya aku diboncengin Jimi. Aku males nyetir perjalanan jauh." Kata Anita memberi tahu Sarah. Kali ini mereka kembali ke perantauan dengan membawa motor agar disana nantinya bisa dengan mudah bepergian karena sudah ada alat transportasinya sehingga tak perlu lagi berjalan kaki saat akan pergi ke kantor desa atau tempat lainnya. Hampir 4 jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah kontrakan tempat tinggal sementara mereka. Selesai membereskan barang-barang, dilanjutkan dengan istirahat melepas lelah setelah lama berkendara. Sa
[Sarah kamu hati-hati sama pacar kamu itu] Sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk ke ponsel Sarah. [Maaf ini siapa?] Balas Sarah [Anggaplah aku temanmu Sarah. Dia bukan laki-laki yang baik] Kembali pemilik nomor asing itu mengirim pesan yang kini tak dibalas oleh Sarah. Kini pikiran Sarah trus saja memikirkan pesan misterius itu. 'Apa aku harus tanya Ivan atau gimana ya soal pemilik nomor ini?' gumam Sarah 'Pastinya ia orang yang sangat mengenal Ivan jika ia sampai bisa memperingatkan aku seperti ini.' kembali Sarah bergumam dan bergelut dengan pikirannya. Ponsel Sarah berdering nyaring membangunkannya dari lamunan. "Iya halo." Ucap Sarah dengan nada pelan. "Sayang kamu kenapa? Kamu sakit?" Tanya Ivan. "Oohh enggak kok yank. Cuma lagi mikir aja." Jawab Sarah. "Mikirin aku ya?" Goda Ivan. "Yaa begitulah." Jawab Sarah singkat. "Kamu kenapa sih yank. Aku nelpon kamu ka
'Ting' sebuah pesan masuk di ponsel Sarah.'Siapa lagi ini?' gumam Sarah yang menatap pesan masuk dari nomer asing.'Deg'Degup jantung Sarah tiba-tiba memburu tak beraturan saat ia melihat pesan yang dikirimkan. Pesan tak dikenal itu mengirimkan foto Ivan yang sedang berboncengan dengan gadis lain, berpegangan tangan bahkan duduk bersama di tempat makan. Tanpa permisi air matanya lolos menetes begitu saja.[Sudah kukatakan dia bukan pria baik-baik] isi pesan yang berisi foto-foto itu.Sarah segera menutup pesan itu dan menyeka air matanya yang beberapa kali telah lolos dari pelupuk matanya. Dengan tangan bergetar ia mencoba menelepon Ivan. Berkali-kali ia mencoba namun tak satupun teleponnya yang terhubung. Pikirannya berkecamuk dan emosinya semakin tak terbendung. Ada rasa kecewa juga marah melihat foto-foto itu ditambah lagi teleponnya yang tak diangkat oleh Ivan menambah sakit di hatinya.'Aku sudah kenalin kamu sama keluarga
'Ini gak bisa dibiarin. Aku harus bisa meyakinkan Sarah' batin Ivan.[Yank, aku mohon kamu percaya sama aku. Aku sama dia itu gak ada hubungan apa-apa sebatas teman kerja. Angkat teleponku yaa kita bicarakan baik-baik biar jelas semuanya] sebuah pesan dikirimkan Ivan karena sedari tadi panggilannya terus saja ditolak oleh Sarah.Pesan yang dikirimkan pun hanya dibaca oleh Sarah tanpa ada balasan satupun. Akhirnya Ivan pun memutuskan memberi waktu untuk Sarah agar meredam emosinya terlebih dahulu baru nanti akan dihubungi kembali.Sarah pun melakukan kegiatannya seperti biasanya tanpa terganggu permasalahan hubungannya dengan Ivan.***Esok harinya Ivan kembali menelepon Sarah yang entah apakah masih marah atau sudah mereda emosinya.[Angkat yank. Aku mau ngomong sesuatu yang penting] pesan singkat dari Ivan"Ada apa lagi?" tanya Sarah langsung pada pokok pembicaraan."Aku sedih banget yank kamu cuekin. Aku berani sumpah k