"Fuuuhh" Sarah menghembus napas kasar sambil terus menatap layar ponselnya."Masih marahan sama pacar kamu?" suara Denma membuyarkan fokus Sarah yang daritadi hanya menatap layar ponselnya."He'em" jawab Sarah singkat seraya menganggukkan kepalanya. "Aku juga heran kenapa dikit-dikit dia ngambek ya?" sambung Sarah berbalik tanya pada Denma."Hahaha" Denma hanya terkekeh mendengar pertanyaan Sarah sambil mengangkat bahunya.Suasana hening sejenak sebelum ponsel Sarah berdering."Cepetan angkat entar keburu ngambek lagi" goda Denma.Sarah hanya tersenyum kecut mendengar sindiran temannya itu.Sarah : Udah selesai ngambeknya?Ivan : Siapa yang ngambek. Aku cuma cemburu aja sama temen-temen kamu yang bisa sama kamu terus. Awas ya kalo kamu macem-macem disana langsung aku jemput.Sarah : Heemm mulai lagiIvan : Hahaha. Aku punya kabar gembira buat kamu yank.Sarah : Apa itu?Ivan : Aku sudah cerita sama Ayah dan keluargaku kalo sekarang aku punya pacar lalu keluargaku pengen ketemu dan ken
'Tingtung Tingtung Tingtung' nada alarm di ponsel Sarah terus saja berbunyi memecah keheningan di dalam rumah kontrakan itu. Dengan mata masih terpejam, Sarah meraba-raba lantai bawah tempat tidurnya tempat ia meletakkan ponselnya setiap malam.'Klik' ia memencet tombol pada layar ponsel untuk mematikan alarm. Setelah diam sejenak untuk mengembalikan kesadarannya setelah tidur semalaman, ia lalu beranjak dari tempat tidurnya untuk memulai aktivitas pagi seperti yang biasa ia lakukan sejak tinggal dirumah itu mulai dari membangunkan teman sekamarnya, Anita lalu membangunkan teman-teman lainnya dilanjutkan dengan melakukan aktivitas dapur memasak, mencuci piring kemudian mandi pagi dan diakhiri dengan sarapan bersama.Pagi itu Sarah begitu bersemangat menjalani segala aktivitasnya karena hari ini keenam mahasiswa itu akan memulai kerja magang mereka di proyek itu. Mereka sangat antusias untuk melaksanakan tugas yang akan diberikan nantinya.Selesai bersiap, keenam pemuda itu segera berg
[Sayang sudah pulang belum? Aku kangen nih] isi pesan yang baru saja dibuka oleh Sarah ketika tiba di kontrakan.Membaca pesan dari Ivan membuat Sarah senyum-senyum sendiri dalam kamarnya."Kesambet lu? senyum-senyum sendiri gak jelas." Anita yang datang langsung nyeletuk melihat Sarah yang berbaring menatap langit-langit kamar sambil tersenyum."Ngaco aja kamu Anita. Gak bisa liat temen seneng dikit." Sarah mencibir Anita yang mengira dirinya kesurupan."Hahaha." Anita hanya terkekeh mendengar jawaban Sarah lalu berjalan menghampiri Sarah dan berbaring bersebelahan. "Aku capek banget Sarah. Kamu gak capek?" sambung Anita bertanya pada Sarah."Ya capeklah Anita tapi capekku hilang pas pulang buka ponsel ada pesan yang bikin hatiku senang. Semacam dapat moodbooster gitu deh." jawab Sarah dengan wajah berseri-seri."Pasti dari cowok aneh itu kan pesannya." Anita menebak-nebak pengirim pesan yang dimaksud Sarah.Sarah hanya mengangkat kedua alisnya berulang kali sembari tersenyum untuk m
Esok paginya, Sarah terbangun dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Hari ini mereka magang tanpa memakai pakaian formal sesuai dengan yang diinformasikan oleh mentor mereka kemarin. Karena untuk bekerja dilapangan memang agak ribet jika harus memakai kemeja dan celana kain formal ala kerja kantoran. Akhirnya mereka memilih memakai kaos, celana jeans dan sandal gunung. Bahkan ada pula yang memakai celana pendek dan sandal japit karet. Apapun boleh dipakai asalkan mereka nyaman untuk bekerja. Hari itu mereka dibagi dua kelompok untuk melakukan survey dan pengukuran ke rumah warga sekitar. Sarah, Jimi dan Denma berada satu kelompok dengan mentor Will, sementara Anita, Hasan dan Chandra dimentori oleh Angie. Kedua kelompok lantas berpisah dengan pembagian wilayah masing-masing. Sambil bekerja mereka bisa mengobrol karena memang pekerjaan mereka hari itu hanya melakukan survey dari rumah ke rumah untuk mendata kebutuhan listrik juga mengukur kebutuhan kabel dan alat listrik yang dib
Malam kian larut dan suasana sekeliling rumah pun kian sepi. Hanya suara hewan malam dan gonggongan anjing yang terdengar tanpa ada aktivitas apapun dari warga desa."Gimana Den, sudah ada informasi belum?" suara Sarah membuyarkan fokus Denma yang tengah memainkan gadget di tangannya."Hehe aku lupa belum hubungi temenku. Bentar yaa." ujar Denma sambil nyengir karena lupa akan janjinya.Tak ada sahutan dari Sarah hanya anggukan kepala saja yang menunjukkan ia bersedia menunggu informasi dari Denma.Sementara Denma tangannya sibuk memencet nomor kontak temannya di ponsel untuk menghubungi seseorang yang akan dimintai tolong olehnya mencari informasi tentang Ivan.Sambil menunggu panggilan Denma terhubung, Sarah memilih untuk duduk di hadapan temannya itu untuk menyimak pembicaraan yang akan dilakukan Denma melalui jaringan telepon."Halo bro, sorry nih malem-malem nelpon kamu. Aku mau minta tolong nih cariin info tentang seseorang." Denma membuka obrolan dengan langsung membahas pada i
Tiga minggu sudah mereka lalui di tempat magang. Tugas-tugaspun sudah banyak mereka kerjakan dan kini saatnya keenam mahasiswa itu memberikan laporan pada dosen pembimbing mereka yang berada di Jember. Keenam mahasiswa itu memilih untuk kembali ke kota tempat mereka berkuliah karena saat itu mereka mendapatkan libur selama empat hari bertepatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi di Bali."Sudah siap semua? barang yang mau dibawa? laporan? Dompe, Ponsel? Jangan sampai ada yang ketinggalan." seru Jimi mengingatkan teman-temannya sebelum mereka berangkat untuk meninggalkan rumah kontrakan mereka."Semuanya udah beres kok." jawab Hasan"Aku juga udah siap berangkat." sahut Sarah."Anita, Chandra?" tanya Jimi kembali."Ok sip beres." jawab Anita singkat.Kelimanya lalu berjalan menuju desa untuk bisa mendapatkan angkutan umum. Pagi itu mereka berangkat saat masih gelap agar bisa sampai desa tepat waktu pukul enam pagi karena angkutan yang ada akan berangkat pada jam tersebut.Pukul tiga pagi,
[Yank, udah sampe kos belum?] sebuah pesan dari Ivan masuk ke ponsel Sarah. Segera Sarah membuka dan membaca pesan tersebut.[Ini baru sampe] jawab Sarah singkat[Nanti malam aku jemput ya?] tanya Ivan menunggu persetujuan Sarah.[Mau kemana? Aku harus kerjain laporan buat aku bawa ke kampus besok pagi] jawab Sarah jujur karena ia memang berencana mengerjakan laporan untuk ia serahkan ke dosen pembimbing besok pagi.[Ya mau kencan lah. Aku kan kangen banget sama kamu. Udah sebulan ini gak ketemu yank. Bentar aja kok] Ivan kembali membujuk Sarah agar mau pergi dengannya malam nanti.[Hhmm oke deh. Tapi janji bentar doank. Gak boleh sampe jam sembilan malam aku sudah harus diantar pulang] Sarah memberikan penegasan pada Ivan untuk tak mengajaknya pergi terlalu lama.[Oke siap tuan putri] isi pesan balasan Ivan.Senja sudah tenggelam di peraduannya membuat langit perlahan menjadi gelap menandakan malam telah tiba.[Yank aku udah di depan kosmu nih] isi pesan Ivan yang hanya dibaca oleh S
Setengah jam menunggu, akhirnya menu yang mereka pesan sudah dihidangkan di meja.Sambil menikmati pemandangan yang romantis itu, keduanya segera melahap makanan yang disajikan dengan perlahan.Selesai menghabiskan hidangan yang tersedia, keduanya tak langsung beranjak pergi. Mereka melanjutkan obrolan dan menghabiskan waktu untuk mengobati rasa rindu setelah sekian minggu tak bertemu. Sarah bercerita banyak hal tentang pengalamannya selama di Bali dan Ivan hanya mendengarkan semua cerita kekasihnya itu dengan antusias tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun dan terus memandangi wajah Sarah tanpa henti.'Ya ampun polos banget sih kamu yank. Entah kenapa gue nyaman banget sama kamu. Tingkahmu yang lucu dan polos bikin makin gemes.' Ivan bergeming dalam hatinya sambil terus menyimak cerita Sarah yang tak pernah bosan ia dengarkan."Yank, kamu kok diem aja sih aku cerita panjang lebar malah kamu senyum-senyum aja. Sebel aku..!!!" omel Sarah karena ia merasa tak ditanggapi oleh Ivan."Iya
Usai mengantarkan Sarah pulang ke kosnya, Ivan kembali melajukan motornya entah kemana. Pamitnya sih pulang namun hingga beberapa jam berlalu lelaki itu tak mengirimkan pesan atau menghubungi Sarah seperti biasanya. Jika sebelumnya ia akan memberikan kabar pada Sarah melalui pesan atau telepon saat dirinya sudah tiba dirumahnya, namun hari ini ia tak melakukannya.Sarah memandangi ponselnya yang begitu hening tak ada notifikasi apapun. Entah apa yang ia harapkan dari ponsel itu.'Ya Tuhan aku sudah seperti p*lacur saja. Setelah dipakai diabaikan begitu saja' batin Sarah dalam hatinya. Hatinya begitu sakit mengingat dia bertahan karena ancaman dari Ivan dan hanya dimanfaatkan sebagai pemuas nafsu lelaki itu saja. Sebenarnya ia merasa lelah dan frustasi namun ia tak bisa mengorbankan harapan ibunya di kampung halaman dan membuat sang ibu kecewa. Sarah hanya bisa menahan semua tekanan dan penderitaan yang dialaminya sendiri. Hanya Olivia yang selalu ada di sisinya dan mendukungnya selama
Esok harinya,,,Sarah sudah pergi ke kampus sejak pukul tujuh karena hari ini ia ada janji dengan dosen pembimbingnya. Saat memasuki area kampus tubuhnya terpaku melihat mobil Ivan yang juga memasuki kampusnya.'Ngapain dia kesini?' batin Sarah cemasIvan hanya menoleh sejenak dan menyeringai pada Sarah tanpa menyapa gadis itu. Pandangan Sarah terus mengikuti arah kepergian mobil Ivan yang ternyata berhenti di lobi kantor rektorat.Sarah gelisah sejak melihat kedatangan Ivan yang menuju kantor rektorat mengingat ancamannya kemarin siang. Gadis itu tau jika Ivan akan menemui kakaknya di dalam gedung itu, namun untuk tau siapa kakak dari lelaki tersebut tidak memungkinkan bagi Sarah untuk mencari tahunya.Sarah hanya seorang mahasiswa yang hanya tau kuliah dan belajar. Ia jarang bersosialisasi dengan mahasiswa atau mahasiswi dari fakultas lain jika tak ada kuliah bersama. Bahkan ia hanya mengikuti kegiatan ekstra yang hanya diwajibkan saja.Dengan hati gelisah dan penuh tanya, Sarah mela
Sarah menaiki motor Ivan dengan kesal. Bibirnya mengerucut. Tak ada perbincangan apapun selama dalam perjalanan."Kamu kenapa gak izin sama aku kalo mau pergi sama temenmu?" tanya Ivan ketika mereka telah tiba di kos Sarah"Masa iya apapun yang mau aku lakuin harus izin kamu dulu. Ayolah kita itu cuma pacaran bukan suami istri yang apa-apa aku harus izin. Aku juga pengen bebas gak dikekang terus sama kamu Van" Sarah meluapkan isi hatinya. Tak ada lagi panggilan sayang darinya."Oh kamu pengen bebas iya?" sentak Ivan membuat Sarah diam membeku. "Jawab" sentaknya lagi saat tak ada jawaban dari Sarah"Aku juga pengen nikmati masa-masa mudaku layaknya remaja lain. Jalan sama temen, nongkrong apapun itu selayaknya remaja normal. Bukan dikekang gini" ucap Sarah dengan suara bergetar menahan bulir yang akan jatuh di sudut matanya.Ivan mengusap rambutnya kasar. Ia harus meninggalkan pekerjaannya untuk menyusul Sarah dan membawanya pulang, padahal tak ada siapapun yang memintanya."Mending ki
Sesampainya dirumah, Ivan langsung menelepon Sarah untuk memastikan kekasihnya itu masih berada di kos dan tak pergi lagi dengan orang lain setelah diantarkannya tadi."Ada apa?" suara Sarah terdengar malas"Kangen aja yank" jawab Ivan di seberang sana.Hanya helaan nafas yang terdengar dari tempat Sarah."Kamu lagi ngapain yank?" tanya Ivan"Rebahan. Mau tidur" jawab Sarah seadanya."Yaudah kamu istirahat ya yank. Nice dream" ucap IvanTak menanggapi kata-kata Ivan, Sarah langsung mengakhiri panggilan begitu saja.'Apa aku putus aja ya sama dia. Aku gak mau terus-terusan jadi pemuas nafsunya aja. Tapi gimana sama ibu yang udah tau aku pacaran sama dia? Lalu bagaimana masa depanku setelah dia merenggut kehormatanku?' batin Sarah. Banyak tanya dan pertimbangan yang berkecamuk dalam pikirannya. Tak menemukan solusi, Sarah merasa frustasi hingga menjambak rambutnya sendiri."Aakkhh" pekik Sarah tertahan saat merasakan sakit di rambutnya yang ia jambak."Kamu kenapa mbak?" tanya Olivia"L
Sarah terisak penuh sesal karena harus mengulangi malam panas dengan Ivan yang belum menjadi suaminya."Udah puas kamu yank? Puas udah Jadiin aku pelampiasan nafsumu?" Maki Sarah pada IvanIvan hanya terdiam menyimak kemarahan Sarah. Tak ada raut wajah menyesal ataupun sedih.Sarah yang merasa kesal, menghentakkan kakinya ke lantai lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan membawanya ke kamar mandi. Ivan hanya diam saja melihat punggung Sarah yang menghilang di balik pintu kamar mandi.Sarah merutuki kebodohannya yang lagi-lagi dijadikan pemuas nafsu Ivan padahal keduanya belum memiliki ikatan yang pasti.'Hikz.. hikz' Sarah menahan bulir bening agar tak menetes di pipinya namun semua itu sia-sia karena bulir itu keluar dengan sendirinya dan tak ingin berhenti. Gadis itu berjongkok di bawah kucuran shower yang menyala sambil menjambak rambutnya frustasi."Aku kotor. Aku udah gak suci lagi. Semuanya udah direnggut sama lelaki brengsek itu. Dan bodohnya kejadian itu terula
Melihat Sarah yang tak lagi bisa berkutik, terbit seringai tipis di bibir Ivan yang bahkan tak disadari oleh Sarah.'Yeesss' batin Ivan penuh dengan tawa kemenangan di hatinya."Yank" seru Ivan"Hhmm" Sarah hanya menjawab singkat."Maafin aku ya, kamu jangan diemin aku trus" bujuk Ivan"Ayo pulang yank. Aku gamau terjadi hal-hal yang tak diinginkan." Sarah kembali mengajak Ivan pulang dari hotel tersebut."Aku masih kangen yank. Berminggu-minggu kamu cuekin aku. Aku gak bisa kamu diemin yank. Hatiku galau" ucap Ivan."Yaudah aku maafin tapi kita pulang dulu" tawar Sarah."Beneran kamu udah maafin aku?" tanya Ivan memastikan."Iya tapi antar aku pulang dulu, setelah itu baru aku maafin dan jangan ulangi perbuatanmu itu" seru Sarah"Iya bentar lagi aku antar pulang yank" jawab Ivan dengan senyum terukir di bibirnya.Sarah lantas berdiri hendak berjalan menuju pintu kamar, namun Ivan menahannya dan menarik tubuh Sarah hingga berbaik menghadapnya.Detik itu pula Ivan segera memeluk pinggan
Sore itu saat pulang kuliah, Sarah mendapati sebuah mobil sedan hitam terparkir di depan kampusnya yang ia kenal betul itu adalah mobil Ivan kekasihnya."Yank kamu ikut aku ya. Kita harus bicara yank." ucap Ivan dengan wajah memelas."Aku sibuk harus mengerjakan skripsiku. Lain kali saja" jawab Sarah dingin."Please yank aku mohon atau aku bakal buat keributan disini biar kamu mau ikut sama aku." sahut Ivan dengan nada mengintimidasi.Ia tak tahu lagi harus seperti apa membujuk Sarah agar mau mendengar penjelasannya. Sarah tak ada pilihan hanya bisa mengikuti kemauan Ivan yang membawanya entah kemana.Ivan melajukan mobilnya menuju sebuah tempat wisata yang berada di puncak kota itu. Tempat wisata yang merupakan tempat pengembangan bibit-bibit tanaman dengan sebuah hotel yang dilengkapi kolam renang dan restoran."Kita makan disini ya yank. Kamu pasti belum makan kan?" ajak Ivan sambil menggandeng tangan Sarah menuju restoran. Keduanya pun memasuki restoran dan memilih tempat duduk pa
Perlahan Sarah beranjak bangun dari kasurnya. Dalam hati ia telah berjanji bahwa kepedihan yang ia alami tak akan membuatnya jatuh dan terpuruk karena ia memikul harapan dari ibunya untuk menjadi sukses. Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum memulai aktivitasnya hari itu.Setelah selesai mandi ia berganti pakaian dan merias wajahnya dengan mengoleskan krim pelembab di wajahnya dan sedikit lipgloss di bibirnya sembari menunggu Olivia yang kini gantian tengah mandi.Setelah keduanya selesai, Sarah dan Olivia bergegas ke warung makan untuk membeli sarapan. Kembali dengan membawa dua kantong kresek makanan yang dibungkus, keduanya langsung berjalan menuju kamarmya dan bersiap untuk sarapan."Mbak kamu jalannya biasa aja jangan ngangkang gitu. Ntar dicurigai sama penghuni kos lainnya" bisik Olivia di telinga Sarah "Iya ini juga udah aku usahain Liv tapi rasanya perih banget kayak sobek itunya." jawab Sarah yang juga berbisik."Hhmm. Ntar deh aku masakin air, coba kamu basuh
Setelah diberikan minum oleh Olivia, Sarah pun menjadi sedikit tenang. Ia duduk di atas kasur dengan melipat kakinya sehingga lututnya berada tepat di depan dadanya dan memegangi kedua lututnya dengan erat. Tatapannya kosong menerawang entah kemana. "Mbak" tepukan tangan Oliv di pundaknya membuyarkan lamunannya dan Sarah pun menoleh pada Oliv. "Sudah siap cerita?" tanya Oliv kembali. Kembali air mata lolos dari pelupuk mata Sarah saat mengingat kejadian ketika ia dipaksa melayani nafsu kekasihnya itu. "Kalo belum siap cerita tak apa mbak. Kamu istirahat aja dulu." sambung Olivia. Kemudian ia beranjak dari kasur Sarah dan hendak kembali ke kasurnya sendiri namun seketika langkahnya terhenti saat tangannya dicekal oleh Sarah. "Dia... Dia sudah merenggut kesucianku Liv" ucap Sarah sambil kembali tergugu dalam tangisnya. "Dia siapa? Ivan maksud kamu?" tanya Olivia dengan nada geram. Sarah hanya menganggukkan kepalanya membenarkan tebakan Olivia. "Gimana bisa terjadi sih mbak. Duh