Share

Bab 0574

Penulis: Jus Strawberi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 18:00:00
Gio menyilangkan kedua tangannya dan berkata dingin, "Bajingan, keluar!"

Tanto mengayunkan tinjunya untuk menyerang, tapi Felix menahannya.

"Paman, jangan membuat masalah. Kalau kamu mengacau di sini, biar kuantar kamu keluar." Felix terlalu kuat, Tanto tidak bisa melawannya.

Tiba-tiba, Siska turun dari tempat tidur dan menggenggam tangan Gio. "Tanto, kamu kemarin tanya 'kan, aku foto pernikahan dengan siapa? Dengan Dokter Gio."

Mata Tanto terbelalak tak percaya. "Nggak mungkin!"

"Nggak mungkin bagaimana?" Siska mengubah posisinya dan memeluk lengan Gio. "Kami sudah memutuskan untuk menikah. Aku juga sudah membawanya menemui ibuku. Ibuku sudah setuju."

"Nggak mungkin, aku nggak percaya." Tanto hampir histeris. "Siska, kamu nggak perlu sengaja membohongi aku seperti ini. Aku nggak akan percaya."

"Kamu memang orang yang humoris." Gio tertawa kecil. "Lalu apa yang bisa membuatmu percaya?"

Dia menatap bibir Siska. "Apa perlu kami ciuman di depanmu?"

Saat kata-kata ini keluar, seluruh tubuh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0575

    Waktu berlalu begitu cepat. Dalam sekejap, tiba malam sebelum sidang perceraian Yara dan Yudha.Kakek Susilo sangat sadar malam itu. Dia bahkan menyuruh Agnes untuk memanggil semua orang dan makan malam bersama di lantai bawah.Ketika semua orang melihatnya seperti itu, mereka pun mengerti bahwa akhir hidup Kakek Susilo sudah dekat. Dia mungkin tidak akan bertahan melewati malam ini."Kakek." Yudha mengantar kakeknya ke lantai atas setelah makan malam. "Kamu mau kupanggilkan Yara?""Nggak, Kakek baik-baik saja." Kakek Susilo berkata dengan suara berat, "Dia pasti khawatir kalau kamu panggil dia jam segini."Yudha mengangguk. "Oke kalau Kakek bilang begitu.""Kamu keluar dulu. Panggil pamanmu. Sudah lama Kakek nggak ngobrol dengannya," perintah Kakek Susilo."Oke, Kakek tunggu sebentar, aku panggilkan dia." Yudha turun ke lantai bawah dan memanggil Tanto, sementara yang lain menunggu di ruang tamu.Felix berkata dengan ragu-ragu, "Apa kita panggil Rara saja?""Nggak usah. Aku sudah tany

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0576

    Tanto bangkit dan berjalan keluar pintu. Ketika sampai di depan pintu, dia berhenti dan berkata tanpa menoleh, "Kamu tahu? Kata bahagia itu sangat ironis kalau kamu yang mengucapkan."Tanpa menunggu Kakek Susilo bicara lagi, dia membuka pintu dan pergi dengan langkah cepat.Sampai di lantai bawah, dia mengambil barang-barangnya dan bersiap untuk pergi. Dia menyampaikan sambil berjalan keluar, "Felix, kamu diminta naik dengarkan kata-kata terakhirnya.""Paman, kamu mau ke mana?" Felix mengejarnya beberapa langkah."Tanto, sudah jam segini, kamu mau ke mana?" Liana mengejarnya juga dan memegang lengan Tanto. "Jangan pergi malam ini.""Lepaskan aku." Tanto menatap Liana penuh rasa jijik."Tanto, kamu belum merasa cukup membuat masalah?" Agnes akhirnya tidak tahan. "Kamu nggak boleh pergi ke mana-mana malam ini."Tanto tertawa pelan dan tetap berjalan keluar. "Cukup? Seumur hidup, aku nggak akan merasa cukup!"Dia mendorong pintu dengan kuat dan pergi tanpa ragu."Bajingan!" Agnes mengumpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0577

    Felix turun ke lantai bawah. Melihat Liana tidak ada di sana, dia mempersilakan Agnes untuk naik terlebih dahulu.Dia bertanya pada Yudha, "Tante nggak balik lagi?"Yudha menggeleng. "Pergi sama Paman."Felix mendesah panjang.Yudha lalu berkata, "Setelah sekian lama, apa menurutmu Tante sudah benar-benar memaafkan Kakek?"Felix mengerti bahwa Yudha sedang membicarakan saat Kakek Susilo mengirim Liana ke luar negeri. Dia hanya merasa lelah dan memejamkan mata dengan lemah. "Siapa yang tahu? Sebesar apa pun cinta yang pernah ada, pada akhirnya cuma bisa berakhir menjadi utang."Di lantai atas, Agnes duduk di tepi tempat tidur dan berseru dengan lembut, "Ayah, ini aku."Semburat kegembiraan tampak jelas di wajah Kakek. Pria tua itu menatap Agnes dengan penuh kekaguman. "Keputusan terbaik yang pernah aku ambil dalam hidupku adalah mempunyaimu sebagai menantuku.""Ayah, menjadi menantumu juga keberuntungan terbesar dalam hidupku." Agnes tampak berkaca-kaca, tapi masih bisa mengendalikan em

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0578

    Yudha menunduk tanpa menjawab."Yudha, jujur sama Kakek. Kamu masih ingin menceraikan Rara sekarang?" tanya Kakek Susilo.Yudha terdiam sejenak dan menjawab pelan, "Kakek, nggak ada gunanya membicarakan hal ini sekarang.""Itu artinya, kamu nggak ingin." Kakek Susilo mengalihkan pandangannya, menatap langit-langit dengan tenang. Beberapa saat kemudian, dia berkata, "Seumur hidup, Kakek selalu merasa bersalah pada dua orang. Yang satu pamanmu, dan yang satu lagi kamu.""Kakek ..." Yudha ingin menyela kakeknya.Kakek Susilo melanjutkan, "Kakek memanjakan pamanmu seumur hidupnya, memberinya kekayaan seumur hidup, karena Kakek ingin membayar kesalahan. Sedangkan kamu ..."Pria tua itu menoleh lagi, emosinya tergugah tidak tenang. "Kakek berhutang padamu. Seumur hidup Kakek nggak akan bisa membayarnya.""Kakek, jangan bilang begitu. Aku nggak pernah merasa kalau Kakek berutang padaku. Kakek adalah orang yang paling penting bagiku." Yudha menggenggam tangan Kakek Susilo. "Kakek, kamu harus p

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0579

    Setelah menutup telepon, Yara merasa semakin gelisah.Orang-orang dari pengadilan menanyainya beberapa kali dan dia tidak bisa menjawab apa pun.Tak lama kemudian, Felix muncul.Yara hampir berlari ke arahnya, menatapnya dengan mata yang cemas. "Ada apa?""Nggak apa-apa, ayo ikut aku ke rumah Kakek." Felix tidak berani menatap matanya.Kaki Yara lemas dan hampir terjatuh.Untungnya, Felix cepat tanggap dan dapat menolongnya. "Rara, kuatkan dirimu. Ayo kita ke rumah Kakek dulu."Yara mengangguk. Air matanya sudah mulai pecah.Saat mereka hendak keluar, kebetulan mereka melihat Sophia datang.Melihat wajah Yara yang pucat dan lemah, dia bertanya, "Rara, ada apa? Yudha nggak datang lagi?""Halo, Bu Sophia, ada urusan mendadak di rumah." Felix setengah merangkul Yara dan membantunya menjawab. "Rara juga harus pergi. Maaf, tolong jadwalkan ulang sidangnya untuk lain waktu."Ekspresi Sophia berubah kelam. Dia jarang sekali melihat sidang ditunda-tunda seperti ini. "Kalian ini terlalu main-ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0580

    Dia maju selangkah. Semakin dekat, dia semakin menyadari bahwa Kakek Susilo yang ada di depannya ini begitu aneh.Seolah semua kerusakan yang disebabkan oleh usia dan penyakit tiba-tiba berlipat ganda.Yara gemetar. Menggenggam tangan Kakek Susilo, dia memanggil sambil terisak, "Kakek, ini Rara. Rara datang."Setelah beberapa saat, Kakek Susilo perlahan membuka matanya. Saat melihat Yara, matanya terlihat lebih cerah."Kakek ..." Yara memanggilnya lagi, tapi tidak bisa berkata-kata dan tidak yakin apa yang harus dia katakan saat ini.Kata-kata penghiburan sudah tidak berarti apa-apa lagi di hadapan kematian.Kakek Susilo berusaha bangkit untuk duduk. Yara bergegas membantu menaikkan ranjang rumah sakit itu."Kakek, begini sudah lebih enak?" Yara bertanya dengan suara lemah.Kakek Susilo mengangguk dan tiba-tiba mengulurkan tangan untuk melepaskan ventilator. Mungkin karena dia tidak bisa bicara sama sekali saat memakai ventilator."Jangan, Kakek, ini nggak boleh dilepas." Yara cepat-ce

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0581

    Langkah kaki Yudha sangat berat, seperti sedang marah.Yara terkejut. Namun, sebelum dia sempat mencerna apa yang terjadi, Yudha menariknya dan mendorongnya ke samping.Yudha melangkah ke depan. Tangannya gemetar untuk merasakan napas Kakek Susilo. Benar saja, Kakek sudah tidak ada.Mati dengan mata terbuka!Kaki Yara lemas. Mulutnya terbuka lebar tak percaya. Dia tanpa sadar berpegangan pada mesin di sebelahnya, masih tidak bisa berdiri.Tiba-tiba, Yudha berbalik dan menatap Yara dengan penuh kebencian. "Apa kamu puas?"Yara tidak mengerti maksud Yudha dan menggelengkan kepalanya perlahan.Yudha mendekati Yara dan mencengkeram pundaknya dengan kedua tangan. "Apa kamu puas? Kamu puas dia mati dengan mata terbuka?""Nggak ... nggak ..." Yara terisak. Dia bahkan tidak bisa mengucapkan kalimat lengkap. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud Yudha. Bagaimana mungkin dia berharap Kakek Susilo meninggal dengan tidak tenang?"Itu keinginan terakhirnya sebelum meninggal, kenapa kamu nggak bisa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0582

    Dia bergegas ke rumah sakit sambil menelepon Teresa. "Kak, Rara pendarahan, aku sekarang ...""Apa yang terjadi?" Teresa sangat marah. "Sudah di usia sekarang, kenapa sampai pendarahan?"Dia tahu bahwa kedua anak Yara mungkin akan lahir hari ini. Hampir dua bulan lebih cepat dari jadwal, tidak ada jaminan anak-anak itu akan selamat. Yara juga ... mungkin berada dalam bahaya besar."Bawa ke sini secepatnya. Aku akan meminta rumah sakit untuk persiapan." Teresa menutup telepon dan bergegas pergi menyiapkan semua kebutuhan.Felix lalu menelepon polisi lalu lintas untuk memastikan keadaan jalan dan meluncur secepat mungkin menuju rumah sakit.Yara dibaringkan di atas tandu. Dia masih belum sadarkan diri dan wajahnya seputih kertas."Kak Teresa." Felix tidak pernah merasa setakut ini. "Kamu harus selamatkan dia dan anak-anaknya.""Aku akan berusaha sebaik mungkin." Teresa memikirkan sesuatu dan berbalik kembali. "Dia nggak punya keluarga lain? Siapa yang bisa tanda tangan tindakan medis kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01

Bab terbaru

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0627

    Pada hari yang telah disepakati, Yudha menerima telepon dari Revan di pagi hari."Pak Yudha, saya di Meria sekarang, sedang menunggu penerbangan pulang. Seluruh informasinya sudah hampir lengkap.""Bagus." Yudha agak terkejut. Dia tidak menyangka Revan perlu pergi ke Meria. dia menambahkan, "Hati-hati di perjalanan. Aku tunggu kepulanganmu.""Pak Yudha." Revan menatap dokumen di tangannya. "Saya akan pergi ke rumahmu setelah sampai di sana. Sebelum itu ... siapkan mentalmu.""Oke." Yudha menutup telepon. Dia sebenarnya merasakan sedikit firasat buruk dalam hatinya.Dia menatap kalender dan melihat hari persidangan perceraiannya akan tiba dua hari lagi. Masih ada waktu.Satu hari terasa sangat panjang bagi Yudha. Dia meninggalkan semua pekerjaan dan kembali ke rumah keluarga besar untuk bermain sebentar dengan Agnes dan Yovi, lalu kembali ke vilanya dan menunggu.Agnes bertanya, "Kerjaanmu hari ini sudah selesai 'kan? Kenapa buru-buru pergi? Temani anakmu lebih lama lagi."Sejak ada Yov

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0626

    Saat masuk ke ruang tamu, Santo jelas merasa agak malu, tapi Felix dan Gio bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bicara dengannya seperti biasa.Yara membawa album foto yang baru diambilnya dan mereka semua berkumpul untuk melihat."Ayah, lihat, ini foto pernikahanmu. Kalian masih sangat muda waktu itu, sangat tampan dan cantik."Santo tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menyentuh Zaina di foto itu."Senyum Ibu sangat cantik di foto ini. Yang ini, Ayah, kamu sangat tampan ...."Sambil berbicara, Yara memperhatikan ekspresi Santo. Di dalamnya banyak foto-foto Melanie. Dia berusaha untuk menyebutnya sesedikit mungkin.Lambat laun, raut wajah Santo menjadi semakin serius.Tiba-tiba, air mata menetes membasahi album foto."Ayah, kamu kenapa?" Yara sedikit panik dan berusaha menyingkirkan album foto itu. "Kita lihat besok lagi saja, nggak apa-apa."Santo menunduk. Tangannya membelai wanita yang ada di foto tersebut dengan penuh kasih sayang. "Kenapa aku nggak pulang lebih cepat

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0625

    Segera setelah pintu kamar mandi terbuka, bau menyengat menghantam. Ada noda air berwarna kuning di lantai. Tidak perlu ditanya lagi apa itu.Santo membelakangi semua orang, meringkuk di sudut ruangan. Seluruh tubuhnya gemetar."Kalian keluar dulu." Yara merasa dadanya sangat sesak dan meminta semuanya pergi."Rara, nggak apa-apa, biarkan aku membantumu." Siska bergegas berkata."Nggak usah." Yara menggeleng dan menatap mereka dengan memohon, "Keluar dulu, oke? Keluar!""Ayo, kita tunggu di ruang tamu." Gio akhirnya merespons, mengangguk kepada Yara, dan menarik pergi Felix dan Siska.Yara berdiri di ambang pintu, mengendus-endus, dan berseru lirih, "Ayah, mereka sudah pergi. Nggak apa-apa."Santo masih meringkuk di pojokan.Dia adalah kepala keluarga Lubis, yang berwibawa dan terhormat seumur hidup. Tapi sekarang ... pikirannya sudah tidak jernih lagi dan menghadapi hal semacam ini saja tidak bisa."Ayah!" Yara dengan hati-hati melangkah maju dan menarik lembut pakaian Santo. "Ayah, n

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0624

    Yara juga berdiri dan menatap mata Melanie. "Bahkan meski mereka tahu kebenarannya dan menukar kita kembali, mereka tetap akan sangat mencintaimu dengan kasih sayang yang sama.""Melanie, kamu kehilangan dua orang yang paling menyayangimu. Kamu benar-benar nggak menyesalinya?" Yara sedikit emosional."Nggak!" kata Melanie dengan sangat tegas. "Yara, asal kamu tahu, nggak ada kata "menyesal" dalam kamus hidupku. Ambil barang-barangmu dan cepat pergi. Nggak usah ngoceh nggak jelas di sini."Yara menggelengkan kepalanya, mengambil album foto itu dan mengatakan satu hal lagi, "Jaga dirimu baik-baik."Dia keluar dari vila, mengucapkan selamat tinggal kepada Amel, dan segera pergi.Amel kembali ke vila dan melihat Melanie melamun sambil memandangi foto Zaina. Dia bertanya dengan suara kecil, "Bu, kamu juga kangen ibumu?""Dia bukan ibuku." Melanie mengambil foto itu dari dinding dan melemparkannya ke lantai. "Aku nggak kangen dia. Nggak sedikit pun!"Orang yang paling disayangi Zaina semasa

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0623

    Setelah kehilangan Santo sekali, Yara dan yang lainnya tidak berani ceroboh lagi, terutama Siska."Rara, aku janji nggak akan membiarkan Paman Santo lepas dari pandanganku."Yara tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Oke, tutup pintunya, dia nggak akan bisa keluar. Aku keluar sebentar."Karena Santo selalu bicara soal menemui Zaina, Yara ingin pergi ke rumah keluarga Lubis untuk mengambil foto-foto Zaina. Dia sudah menelepon Melanie.Sampai di sana, dia melihat Amel sudah menunggunya dari kejauhan."Bibi Rara!" Amel melihat kedatangannya dan langsung berlari menghampiri. "Bibi Rara, kamu di sini."Yara memeluk Amel. "Wah, Amel sudah tambah tinggi dan cantik.""Bibi Rara juga tambah cantik," balas si kecil bermulut manis.Yara membawanya masuk ke dalam vila. Melanie sudah menunggu di ruang tamu."Barangnya di lantai atas, mungkin di kamar mereka." Melanie bangkit dan berjalan ke arah tangga. "Ayo kuantar ke atas.""Terima kasih." Yara meminta Amel bermain sendirian dan mengikuti ke a

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0622

    Ini pertama kalinya Amel melihat Yudha berbicara sangat serius dengannya. Wajahnya langsung terlihat takut dan dia berbisik, "Amel kasihan sama Ibu.""Ibumu kenapa?" Yudha berjongkok dan sedikit melunakkan nada bicaranya.Amel menggeleng dan mengulangi, "Ibu kasihan sekali."Yudha tidak bertanya lagi dan mengelus kepala si kecil. "Amel, mungkin suasana hati ibumu sedang buruk. Paman akan menghiburnya, tenang saja.""Terima kasih, Paman." Amel menghela napas dan melanjutkan bermain.Yudha duduk di sofa dan menunggu. Pikirannya terus terbayang penampilan Melanie barusan. Gelagatnya seperti orang mabuk, tapi tidak ada bau alkohol sama sekali di dalam kamar. Bau itu ...Yudha belum pernah merasakan bau seperti itu sebelumnya. Menyengat dan sangat tidak enak.Dia menunggu beberapa saat dan kemudian melihat Melanie turun. Melanie sudah berganti pakaian dan menata rambutnya, nyaris seperti orang yang berbeda, membuat Yudha bertanya-tanya apakah yang dilihatnya tadi itu hanya ilusi."Yudha, ke

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0621

    Selama beberapa hari berikutnya, Yara menghabiskan waktu bersama Yola dan Santo di siang hari. Lalu malamnya mengerjakan desain perhiasan bertemakan "Pulau" itu.Tapi, inspirasinya seakan sedang surut dan ide-ide yang dia pikirkan masih kurang memuaskan.Sidang perceraiannya semakin dekat.Di suatu sore, Yudha menerima telepon dari Amel sebelum pulang dari kantor."Paman sedang sibuk?" ucap gadis kecil itu dengan suara manis. "Amel sudah lama nggak ketemu Paman. Paman sedang sibuk bersama adikku ya?"Yudha terdiam. Beberapa waktu telah berlalu sejak Yovian datang ke rumah. Dia memang sudah lama belum bertemu Amel.Sejenak, dia merasa malu. "Paman minta maaf. Malam ini Paman ke rumahmu, oke?""Sekarang saja. Ayo makan di luar bersama Ibu." Amel tertawa usil. "Tapi jangan bilang Ibu. Beri dia kejutan.""Oke." Yudha menjawab ringan.Dia membereskan pekerjaannya sebentar dan segera pergi ke rumah keluarga Lubis. Tak disangka, Amel sudah menunggu di depan pintu."Amel ...""Ssst!" Amel mene

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0620

    "Nggak mungkin." Yara berpikir, satu-satunya pria yang dekat dengannya baru-baru ini adalah Felix.Menurutnya, dengan sifat Felix, dia tidak mungkin punya ini seperti ini. Saran dari Gio juga rasanya tidak mungkin sampai ke sini.Dia tidak tahu siapa lagi yang mungkin."Rara, gawat!"Yara tiba-tiba mendengar suara Siska dari belakangnya. Dia buru-buru menutup telepon. "Safira, aku ada urusan mendadak. Sampai di sini dulu ya, terima kasih!""Ada apa?" Dia menatap Siska dengan cemas."Ayahmu ... ayahmu hilang." Siska terengah-engah karena kelelahan. Dia jelas sudah mencari di sekitar untuk mencoba mencarinya sebelum memberi tahu Yara.Suaranya seperti menahan tangisan. "Kami terlalu fokus dengan Yola. Aku nggak tahu sejak kapan ayahmu pergi.""Nggak apa-apa. Tolong jaga Yola dulu, aku akan mencarinya." Yara menenangkan Siska dan segera menelepon polisi.Setelah menelepon polisi, dia menelepon Felix dan Gio."Oke, jangan khawatir, kami akan membantu mencari." Felix menenangkan Yara dan me

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0619

    Keesokan harinya setelah sarapan, cuaca di luar sangat cerah. Yara ingin mengajak Yola dan Santo berjalan-jalan."Aku ikut juga." Siska melambaikan kedua tangannya. Reaksi kehamilannya sudah jauh membaik akhir-akhir ini. Usia kandungannya sudah lima minggu.Yara meminta pengasuh memakaikan baju kepada Yola sementara dia pergi membantu Santo."Ayah, ganti baju dulu, lalu pergi jalan-jalan, oke?""Jalan-jalan?" Santo berpikir sejenak, "Ketemu Zaina?"Hati Yara terasa pilu. Dia hanya bisa berbohong, "Ya, jalan-jalan, menemui ibuku. Ayo Ayah, aku bantu pakai baju.""Oke, ketemu Zaina, ketemu Zaina ..." Santo terus bergumam dan segera berganti pakaian.Mereka turun ke bawah dan pergi ke lapangan kompleks. Yola di dalam kereta dorong bayi. Mata lebarnya berkedip-kedip, melihat ke mana-mana penuh rasa ingin tahu.Yara awalnya khawatir anaknya terlalu kecil untuk dibawa keluar. Tapi pengasuhnya mengatakan bahwa Yola tumbuh dengan sangat baik. Cuacanya sedang bagus, tidak terlalu dingin dan tid

DMCA.com Protection Status