Di saat perusahaan kami go public, Nathan berdiri di atas panggung menyampaikan pidato ucapan terima kasih. Mendekati akhir pidatonya, dia menyebutkan namaku, "Di sini, saya ingin mengucapkan terima kasih khusus kepada istri saya. Karena dukungannya, saya bisa berdiri di sini hari ini."Dia kemudian melanjutkan dengan senyum bahagia yang menghiasi wajahnya, "Selain itu, kami juga punya kabar baik untuk dibagikan kepada semua orang. Istri saya sedang mengandung.""Setelah ini, dia akan mengundurkan diri dari posisi wakil direktur dan beristirahat di rumah," tambahnya disertai tatapan penuh cinta yang tampak tulus. Seketika, tepuk tangan menggema di sekeliling ruangan.Setelah pidato selesai, Nathan mendekatiku bersama Lucia dengan senyum sinis menghiasi wajahnya. "Fira, karena kamu nggak cukup patuh, mulai sekarang Lucia akan menggantikan posisimu."Jelas, dia ingin memanfaatkan perusahaan untuk memaksaku tunduk. Dia tahu betapa besar rasa cintaku pada perusahaan yang juga kubangun deng
Suara detak mesin terdengar samar di sekelilingku saat aku membuka mata perlahan-lahan. Setiap bagian tubuhku terasa sakit. Dengan tangan yang lemah, aku meraba perutku yang kini sudah rata, merasakan kehampaan yang begitu mendalam. Hawa dingin menyusup ke dalam hatiku, membuat tubuhku gemetaran.Ini anakku. Mana mungkin aku tidak merasa sakit kehilangan anak ini? Namun, aku tidak bisa memberinya kebahagiaan. Yang bisa kulakukan hanyalah berharap di kehidupan selanjutnya, dia akan lahir di keluarga yang penuh cinta, dicintai dan dilindungi, hidup tanpa kekhawatiran.....Saat Nathan menemukan tempatku dirawat di rumah sakit, dia datang dengan penuh amarah dan untuk siap melabrakku. Namun, ketika dia melihatku dengan pandangan yang begitu tenang, seluruh emosinya lenyap seketika. Menatapku yang terbaring lemah, dia membuka mulut, tetapi kata-katanya terhenti di tenggorokan.Dia menarik napas dalam-dalam. Setelah beberapa saat, akhirnya berkata dengan suara yang bergetar, "Kamu benar-ben
Aku menatapnya dengan tenang, lalu mengucapkan kata-kata yang langsung menusuk ke jantungnya, "Kamu nggak mau cerai karena berharap aku akan kembali dan membereskan kekacauanmu?"Dia mengepalkan tangannya erat. Setelah lama terdiam, dia kembali menenangkan dirinya."Kita sama-sama tahu persis apa arti pernikahan ini bagi kita. Ini adalah kemitraan yang kuat di dunia bisnis sekaligus bukti cinta kita. Fira, kamu tahu betul. Perceraian hanya akan menjadi aib dan bahan gosip orang-orang."Nathan mengulurkan tangan dan menyentuh wajahku dengan lembut. Kemudian, dia melanjutkan dengan nada datar yang terdengar hangat, "Lagian, kita sudah bersama selama 14 tahun. Fira, kamu nggak akan menemukan pilihan yang lebih baik daripada aku di luar sana. Jadi, jangan buat onar lagi ya?"Nathan memang benar-benar sosok yang munafik di dunia bisnis. Semua kata-kata manis dan aktingnya sangat sempurna. Aku mengalihkan pandanganku, lalu menjawab dengan acuh tak acuh, "Kamu salah. Yang terlalu peduli sama
Setahun lalu, ketika aku keguguran dan diopname, Lucia datang dan menemuiku. Wanita ini memakai pakaian bermerek dan riasan tebal.Keempat mata bertemu pandang. Lucia tersenyum padaku. Tatapannya tampak angkuh dan kasihan. "Kak Fira, kamu kelihatan menyedihkan sekali. Mungkin, ini yang namanya karma. Ini karmamu karena memaksa Kak Nathan memecatku."Namun, sekarang Lucia hanya bisa memohon kepadaku jika ingin hidupnya baik-baik saja. Roda kehidupan terus berputar. Aku pasti akan membuat mereka setengah mati. Dengan begini, semuanya baru akan setimpal dengan penderitaanku.Dalam satu malam, perusahaan Nathan yang terlibat dalam pelecehan seksual langsung menjadi berita utama. Pemaksaan di tempat kerja, mabuk-mabukan di acara sosial, dan pelecehan. Beberapa kata kunci ini membentuk sebuah cerita.Di video, Lucia menangis tersedu-sedu. Ekspresinya dipenuhi kemarahan. Dia menceritakan pengalaman tragisnya ke semua orang, termasuk Nathan. Nathan yang memaksanya menjadi wanita simpanan, mene
Yang diinginkan Lucia hanya menjadi nyonya kaya. Dia tidak peduli siapa pun pria itu.Sementara itu, Nathan telah menyimpang dari jalur hubungan mereka. Dia lupa betapa besar cintanya padaku dulu.Setelah kami pindah ke rumah baru, Nathan memasang CCTV. Dia sering dinas, jadi khawatir padaku yang sendirian di rumah.Pada saat yang sama, Nathan lupa pada keberadaan CCTV itu. CCTV itu yang merekam permainan Nathan dengan Lucia selama aku tidak berada di rumah.Selain itu, aku juga melihat bagaimana Lucia menghasut anak berusia 2 tahun untuk menaruh sabun di tangga.Saat ini, Nathan hanya bisa mematung di tempatnya. "Ternyata kamu sudah tahu semuanya ...."Aku menyela, "Tujuan Lucia cuma uangmu."Lucia hanya ingin menjadi nyonya dengan melahirkan anak Nathan. Lucia telah menemani Nathan bertahun-tahun, tentu tahu Nathan hanya pecundang yang tidak bisa apa-apa. Sebagian besar urusan di perusahaan ditangani olehku.Sementara itu, Nathan tidak mungkin melawanku dan membuang semuanya demi Luc
Tatapan Nathan tertuju pada surat perjanjian cerai itu. Aku menyodorkan pena kepadanya. "Tanda tangan."Tangannya yang memegang pena bergetar. Dengan suara getir, dia berujar, "Fira, kamu kejam sekali.""Kejam? Mungkin sedikit. Namun, jika menjadi lemah dan memaafkan, bisa dibilang aku pantas menerima semua penderitaan yang ada."Mata Nathan memerah. Dia memegang pena dengan erat. "Benaran nggak ada cara untuk kembali lagi ya?"Nathan seperti hewan dalam sangkar. Aku duduk di sampingnya, menyaksikan kegusarannya dengan santai."Nathan, sekarang kamu terlihat ... sangat jelek." Begitu ucapan ini dilontarkan, wajah Nathan memucat."Aku sudah salah. Aku yang salah." Nathan menggenggam tanganku. Air matanya yang hangat menetes di tanganku yang dingin.Tatapan Nathan dipenuhi permohonan. "Fira, tolong jangan membenciku."Aku menarik tanganku sambil tersenyum, lalu menyekanya dengan tisu. "Kamu bukan siapa-siapa, nggak pantas untuk kubenci."Hari ketika kami keluar dari pengadilan negeri, Na
Bibir Nathan tampak bergetar. Dia menatapku sambil memohon dengan tulus, "Fira, kita balikan ya? Aku tahu aku salah. Tolong bantu aku sekali saja."Ekspresi Nathan dipenuhi kepedihan. Entah dia merasa sedih karena kerugian yang dideritanya akibat bercerai, atau karena tidak bisa melupakan hubungan kami berjalan selama 14 tahun. Nathan terlihat risau dan rendah diri. Dia memohon tanpa memedulikan martabatnya.Aku menatapnya dengan tenang. "Atas dasar apa kamu merasa aku bakal jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya?"Wajah Nathan pucat pasi. "Tapi, hubungan kita selama 14 tahun ....""Bukannya kamu yang menyerah duluan?" selaku.Nathan bertanya dengan sedih, "Jadi, kamu nggak bakal maafin aku lagi?"Aku tersenyum lembut dan menyahut, "Lain kali jangan tanya pertanyaan bodoh seperti ini lagi."Kemudian, aku mendengar kabar bahwa Nathan menggunakan semua tabungannya untuk berinvestasi. Dia sepertinya sangat yakin dirinya bisa bangkit lagi. Sayangnya, pada akhirnya dia rugi.Mobil da
Setengah tahun kemudian, aku bertemu Lucia lagi. Dia mencariku, meminta penjelasan dariku.Dengan kaki yang pincang, Lucia menghampiriku dan bertanya, "Kenapa bisa begini? Aku sudah menuruti instruksimu. Kenapa kamu nggak melepaskanku?"Penampilan Lucia yang begitu kacau membuatku merasa cukup puas. Aku mendongak menatapnya, lalu bertanya balik dengan santai, "Lucia, memangnya apa yang kulakukan?"Apa yang bisa kulakukan? Aku cuma memainkan sedikit tipu muslihat setelah tahu dia merayu pria baru. Harus diakui bahwa Lucia termasuk hebat, dia menggunakan kebenaran palsu saat itu untuk menipu seorang pria yang merasa kasihan padanya.Sementara itu, aku adalah wanita yang sangat baik hati. Aku mencari kontak pria itu dan memberi tahu kebenarannya tentang hubungan Lucia dan Nathan.Lucia murka hingga tubuhnya bergetar. "Kamu sudah ingkar janji!"Aku mengangguk. "Terserah kamu mau mikir gimana. Tapi, coba pikirkan baik-baik. Aku cuma janji nggak menyakiti putramu. Aku nggak menjanjikan hal l