Setelah keluar dari rumah hantu, mereka juga pergi mengunjungi beberapa stand yang dibuat oleh klub-klub di halaman depan sekolah. Mereka mengunjungi klub baseball yang memajang piala kejuaran musim panas yang mereka dapatkan di bagian paling depan— dengan dalih bahwa ini adalah sebagai bentuk promosi bagi murid baru yang akan bergabung dengan mereka.Yui yang juga memiliki hubungan yang baik dengan anggota tim baseball yang tersisa dipaksa untuk ikut dalam mini game. Hasilnya ia berhasil memenangkan gantungan kunci baseball kecil sebagai hadiah."Karena kalian datang berdua, jadi aku memberi satu untukmu dan satu untuk senior Aiden." bocah-bocah ini, masih sering menggodanya. "Jika ingatanku masih baik, bukankah kalian bertaruh apakah aku dan Aiden bisa bersama atau tidak? Jangan pikir aku tidak tahu akan hal itu!" mereka semua hanya memberinya senyuman lima jari. Untuk kelas 10 dan 11, festival musim gugur adalah festival yang merepotkan bagi mereka, selain mempersiapkan kelas, bagi
Matahari sudah tenggelam sempurna, warna keemasan yang sebelumnya masih memberikan sedikit cahaya, kini menyisakan langit malam yang seutuhnya. Satu persatu bintang sudah mulai terlihat, walau tidak seterang sebelumnya, kumpulan bintang itu juga memberikan keindahan yang berbeda.Yui memakai kaos putih yang dilapisi oleh luaran jaket baby blue— jaket sekolah, meninggalkan gaun Cinderellan-nya yang telah ia gunakan sejak tadi pagi. Ini lebih baik dan nyaman, Yui merapatkan jaketnya, di malam hari udara menjadi jauh lebih dingin, tetapi ia masih berada di sini, duduk di tengah lapangan baseball, menantang secara langsung angin yang tidak segan-segan membuat tubuhnya menggigil.Bukan tanpa alasan ia berada di sana sekarang, dan ia juga tidak sendirian, sebab di sebelahnya— di sisinya, seorang pemuda duduk bersamanya. Memandang jauh ke arah ujung matahari yang telah menghilang bersama-sama.Setelah ia terpilih sebagai 'penampilan paling menyentuh' serta telah mendapatkan pujian, ledekka
"Aiden, selamat ulang tahun." kali ini, Yui mengucapkannya secara langsung kepada Aiden. "Hmmm. Terima kasih." lagi dan lagi, senyuman Aiden terus-terusan menyihirnya. Kedua tangan Aiden menyelimuti tangan Yui, melingkupinya dengan kehangatan.Entah disadari atau tidak, secara perlahan jarak diantara mereka berdua semakin tipis, di tengah dinginnya malam, bersamaan dengan detak jantung yang terdengar hingga ke telinganya, seluruh wajah Zhu Yui terasa panas.Yui menatap mata dan bibir Aiden yang sedikit pucat secara bergantian, dengan jarak yang semakin mengecil. Hanya perlu hembusan nafas ringan lainnya sebelum sebuah ledakan dan cahaya menyilaukan dari kejauhan memberikan ruang kembali di antara mereka berdua. Di atas langit, kilauan-kilauan kembang api telah dilepaskan dnegan indah. Menghentikan apapun yang akan terjadi kepada mereka.Yui merutuki dirinya sendiri, itu tadi sangat memalukan. Yui menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangannya, ia ingin melihat kembang api tetapi
"So, bagaimana dengan pekerjaanmu?" "Sudah berapa lama aku bergelut dalam bidang perkerjaan ini? Sampai hari ini diriku masih tidak percaya jika pada akhirnya memilih menjadi seorang dosen daripada menjadi dokter." malam itu Mika memesan jus orange, membasahi kerongkongannya, mengeluh seraya memainkan ekspresi yang ia punya. Si sang ketua kelas nampak mengeluh dengan pekerjaannya, namun siapapun bisa melihat jika ia juga menikmati pekerjaan itu."Kau pasti dosen killer yang suka menyulitkan mahasiswa.""Atau dosen yang selalu dihindari oleh mahasiswa. Kau tahu, pada kelas tertentu, murid akan berusaha untuk mengambil kelas selain kelas Ms. Mika tetapi karena sudah penuh, mereka sudah melihat nilai jelek di awal semester." timpal Yui beserta Vallery secara bersamaan."Aku hanya seseorang yang susah untuk di senangkan, jika kau bukan orang yang sabar, maka jangan harap mendapat perhatian dariku." Vallery dan Yui bersorak bersama. Nyatanya, Mika tidak menmbantah tuduhan mereka padanya.
"Stupid Evan." Blue Evander, yang terlihat jauh lebih dewasa, meninggalkan tampilan remaja kekanakan yang di dalam ingatan Yui memberinya sebuah senyuman nan penuh kharisma. Andai saja mereka tidak pernah saling mengenal, Yui akan berpikir Blue Evander adalah seorang pria kalem, berwibawa— yang hanya berbicara satu hingga dua patah kata. "Hanya kau yang berani memanggilku dengan panggilan itu, Zhu Yui." Evan menempati sebuah kursi kosong di samping Mika. Ia memanggil pelayan, memesan minumannya. "JIka kau lupa maka aku akan ingatkan lagi. Terima kasih kepadamu karena sampai sekarang, sekolah masih memanggilku 'Crazy Yui'." orang yang beralari ke sana kemari meneriakan namanya tanpa malu hingga bisa didengar oleh seisi sekolah adalah Blue Evander, untuk marahpun ia tidak bisa sebab panggilan itu sudah melekat padanya. Ini adalah tawa kecil dari Evan yang membawa Yui ikut tertawa. "Jadi, Xian Mika? bukankah aku sudah menjelaskan padamu jika itu tidak masalah untukku? Jika khawatir ak
"Eh... apa kalian baik-baik saja?" sekeliling Hinode mendadak hening dan sunyi. tiga pasang mata menatap ke arahnya, Vallery beserta baby kecil mereka bergantian, dengan ekspresi yang menunjukan bahwa mereka sedang mencerna perkataanya. Bersamaan dengan itu, mata bulat Veignir juga tidak bisa untuk tidak tertarik kepada orang-orang dewasa yang meilhatnya seperti melihat hantu. Tidak seperti teman-temannya yang sudah terkejut, Vallery malah tertawa, memeluk putri kecilnya sambil mencium pipi Hinode manja. Apa-apaan itu? batin Yui, dan Mika serentak. "Apa kalian ingin membuatku marah?" itu adalah Xian Mika yang akhirnya kembali dari loading panjang. Tangan sang dosen terlipat di depan dada, memberi tatapan penghakiman kepada dua sahabatnya. Ini adalah berita bagus, tetapi kedua orang ini malah tidak mengatakan apapun. Jika Mika saja tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan mereka berdua, apalagi Yui yang kehilangan kontak dengan teman-teman sekolahnya. Sejak sekolah baik Hinode atau
"Hallo." Zhu Yui mengangkat telepon setelah berada di luar cafe. Ia menyembunyikan dirinya di bawah kaca besar di samping cafe, memastikan ia bisa mendengar sambungan suara terdengar jelas. "Yui." suara sang ibu menyapa dari balik telepon, "ibu." jawabnya. "Apa ibu butuh sesuatu?" tanyanya. Yui memastikan jika sang ibu baik-baik saja. Beberapa tahun terakhir, bukanlah tahun yang bagus untuk ibunya, sebab kesehatan sang ayah yang semakin buruk. "Tidak, ibu hanya ingin menanyakan keadaanmu." Yui menjadi bersalah karena akhir-akhir ini pekerjaannya terlalu banyak hingga tidak sempat menghubungi sang ibu. Yui menyamankan dirinya, dari suara sang ibu, tidak hal genting yang sedang terjadi. "Aku baik-baik saja, ibu tidak perlu khawatir. Aku minta maaf tidak menghubungi ibu belakangan ini." "Ah tidak apa, ibu tau jika Yui kecil kami sangat sibuk bekerja di luar sana." Yui tersenyum, dia sudah besar, sudah 25 tahun, tetapi di mata ibunya dia masih gadis kecil yang berlari ke rumah sambil
Semakin malam, acara reuni dadakan Weilai International High School semakin ramai. Para alumni mulai berdatangan. Setelah mematikan panggilannya dengan sang ibu, Yui mendengar sorakan ketika akan masuk ka dalam cafe. Tidak lama juga setelah itu, musik ballad mengalun, memenuhi seluruh ruangan. Biasanya semakin malam musik yang dimainkan akan semakin keras. Yui yakin jika seseorang sudah menjadi korban dan dipaksa bernyanyi untuk semua tamu yang telah datang. Musik yang dimainkan sangat sendu dengan iringan piano beserta violin. Di mana kamu bersembunyi, sayangkuApakah kamu masih memiliki sesuatu di pikiran mu Yui menghentikan langkahnya, setelah mendengar suara yang bernyanyi. Langkahnya menjadi sangat pelan, seiring dengan lagu yang terus dimainkan. Hidup tidak seburuk yang kita pikirkanHanya saja orang lain tidak akan membiarkan kita disalahkan Dari tempatnya berdiri, Zhu Yui sekarang bisa melihat jelas siapa orang yang bernyanyi. Avery Aiden, dia tidak menggunakan jas yang se