Di hari final, stadion di isi oleh banyak penonton. Ini adalah penentuan, apakah WISH akan mengambil kembali gelar mereka atau 07 High School keluar sebagai pemuncak baru? Meletakan nama mereka pertama kalinya dalam sejarah baseball SMA. Banyak yang mengatakan jika SMA 07 akan mengalahkan WISH karena mereka telah berhasil mengalahkan Youth Academy. Sayangnya mereka tidak tahu, jika WISh juga tidak ingin meneyerahkan piala itu ke sekolah lain.
Di babak awal, pertandingan sudah sangat panas dan ketat, tim lawan bermain sangat agresif, mereka menekan Blue Evander dengan sangat kuat, Yui menjadi khawatir jika pertahanan pemuda arogan itu menjadi rubuh.
Hebatnya, Blue Evander masih terlihat sangat santai, dia masih tertawa dan terlihat mengejek tim lawan yang tidak berhasil memukul lemparannya, jadi mereka yang menonton tidak khawatir dengan mental sang pitcher. Mendukung kinerja Evan, pertahanan WISH juga tidak kalah mengagumkan, khususnya Hinode, tidak ada bola yang lepas
Di hari selanjutnya, Yui, Mika beserta teman-temannya yang lain menghadiri pertandingan final Vallery. Di sana juga ada Hinode juga Aiden, mereka bertemu di gerbang sekolah dan melakukan perjalanan bersama ke tempat pertandingan diadakan.Pertandingan final voli putri lebih menegangkan dari pada pertandingan baseball putra kemaren, karena dua tim sama-sama kuat dan tidak ada satupun yang menyerah hingga saat-saat terakhir. Hingga kapten tim mereka cidera dan tidak dapat melanjutkan pertandingan, di sana Yui sudah pesimis untuk menang, akan tetapi siapa yang sangka, absennya sang kapten malah membuat semangat tim semakin membara, kemudian dengan perbedaan angka yang sangat tipis serta pertandingan yang panjang, tim voli putri WISH keluar sebagai pemenang.Bukan hanya sampai di sana, banyak klub SMA WISH yang sampai ke babak final hingga Yui sebagai tim jurnalis juga ikut menyaksikan pertandingan lainnya. Ketika tiba di pertandingan final terakhir, turnamen musim panas antar SMA resmi b
Sekolah secara resmi kembali dilaksanakan besok setelah liburan musim panas selama beberapa minggu. Musim panas terakhir Yui terasa lebih istimewa daripada liburan musim panas yang sudah-sudah. Ia menyaksikan sendiri kemenangan gemilang dari klub-klub terkenal sekolah secara langsung, bahkan ia adalah orang yang menulis artikel tentang perjalanan klub olah raga selama musim panas ini. Ia akan merindukan masa-masa menghabiskan waktunya di lapanagan bersama para atlet-atlet muda itu. Ia juga akan merindukan masa-masa saat menyaksikan pertandingan, merindukan setiap ketegangan dalam setiap pertandingan yang diikuti dengan berbagai perasaan. Mulai dari gugup, cemas, khawatir, hingga senang. Ini adalah liburan musim panas yang luar biasa! Setiap klub mendapatkan liburan setelah turnamen. Sejak tadi pagi hingga matahari tenggelam, sekolah yang awalnya sepi sekarang semakin ramai. Namun ketika Yui membawa kakinya meninggalkan dorm menuju tempat tanpa arah, ia menemukan lapangan baseball it
Dering alarm yang berbunyi nyaring menyadarkannya. Seorang wanita yang bergelung di atas tempat tidur membuka matanya, duduk dengan malas, ia mendesah panjang ketika harus bangun dari tempat tidur itu. Padahal waktu tidurnya sudah sangat cukup, kenapa tubuhnya berkali-kali terasa lebih berat? Mengingat lagi mimpinya, itu bukanlah sebuah mimpi melainkan sebuah kenangan yang jujur mulai mengabur di dalam ingatannya. Kini hadir kembali— dan sangat jelas, seperti memori yang terjadi belum lama ini. Masa SMA nya adalah masa yang paling berkesan di dalam hidupnya— terkhusus saat ia berada di kelas tiga, tangis, tawa, haru, bahagia, bercampur menjadi satu, hanya saja salah satu bagian yang terasa begitu sakit membuatnya sedikit trauma dan ingin melupakan semua kenangan yang terjadi saat itu. Namun kini, setelah bertahun-tahun, rasanya ia sedikit egois dan kekanakan— untuk harus melupakan kenangan indah bersama teman-temannya hanya karena satu kenangan. Seharusnya ia hanya menghapus yang b
Mendekati jam pulang, tidak sedikit karyawan yang masih berada di kantor, hingga masih banyak karyawan yang belum terlihat bersiap-siap untuk pulang. Salah satunya adalah Yui, meskipun jam sudah menunjukkan pukul lima sore dan dua meja disebelahnya sudah kosong, gadis berwajah teduh itu masih betah berada di sana, mengerjakan pekerjaan yang tertunda.Ketika ia sadar akan waktu, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Meskipun bukan satu-satunya orang yang tersisa, keadaan kantor jauh lebih sepi dan sunyi dari siang hari. Ini adalah hal lumrah juga sering Yui temui selama pengalamannya bekerja.Yui menguap seraya merenggangkan tubuhnya. Untung saja besok adalah akhir pekan. Ia bisa tidur hingga siang untuk mengembalikan tenaganya yang sudah terkuras.‘Tuk Tuk Tuk.’Langkahnya bergema di lorong perusahaan yang sduah sangat sepi. Lampu di atasnya berkedip beberapa kali, mungkin ia harus melaporkan hal ini sebelum lampu ini membuat keadaan di lorong ini semakin mengerikan.Yui berdiri di de
Akhir pekan berlalu seperti angin dingin yang ia rasakan pagi ini. Sekarang sudah senin lagi hingga Zhu Yui harus kembali ke rutinitas hariannya. Kadang ia merasa jenuh dengan kegiatan harian yang terasa monoton ini, bangun pagi, menuju kantor, pulang, tidur, lalu bangun lagi, pergi kerja, begitu setiap harinya. Kadang ia sering berpikir, mungkin ia bisa libur atau sebagainya, namun semua itu ia urungkan karena gadis itu ingat jika dirinya butuh uang. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk seluruh anggota keluarganya.Sesampainya di kantor, semuanya terasa sangat normal. Beberapa rekannya yang sudah mulai bekerja, yang lainnya masih menyeduh kopi, atau yang baru datang dengan senyuman hingga wajah kusut di pagi ini.Seperti biasa, Yui langsung duduk di mejanya. Ada pekerjaan yang harus ia selesaikan, ada berita yang harus ia tulis.“Pagi Yuiyui.” Freya datang dengan wajah mengantuk. Gadis cantik itu membawa dua cup kopi di tangannya, dan menyerahkannya satu kepada Yui. “terima
Tiga hari kemudian, Zhu Yui berdiri di tengah bandara menatap jadwal keberangkatan yang terpampang seperti anak hilang. Koper dan ransel ia genggam erat di tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang tiket yang masih tidak lepas dari tatapannya.Hari ini adalah jadwal keberangkatannya ke kota K, ini juga kali pertamanya menaiki pesawat. selama ini Yui selalu bepergian keluar kota menggunakan bus. Kelas sosial yang rendah bahkan tidak mengijinkannya untuk menginjakan kaki di sini. Apa lagi untuk bisa naik pesawat.Yui pergi dengan salah satu kemeramen senior bernama Kevin, tenang, kompeten dan tidak banyak bicara. Dari balik maskernya, kevin berkata, “kita masih perlu menunggu beberapa staff lagi sebelum berangkat.” Yui mengangguk. Perjalanan kali ini adalah perjalanan penting bagi perusahaan. Mereka semua berangkat menuju kota K. Yui dengar beberapa karyawan Future dari berbagai bidang juga diundang sebagai tamu. Kabarnya penerbangan kali ini khusus untuk semua tamu dan karyawan F
Niatan awal Zhu Yui untuk menghindari Avery Aiden yang merupakan boss di perusahaan tempatnya bekerja dan juga mantan kekasihnya di SMA pupus sudah. Bukannya menghindar, Yui malah terjebak dengan sang atasan.Dengan dalih bahwa Yui harus menulis berita tentang sang presdir, Aiden memutuskan Yui harus ikut bersamanya naik pesawat pribadi sang presdir. Walaupun menolak dengan cara apapun namun masih tidak berhasil. Pada akhirnya Yui masih harus mengikuti sang Presdir dari belakang, tidak mengindahkan tatapan dan pandangan iri dari orang-orang yang melihat mereka pergi. “Sangat beruntung,” kurang lebih begitulah yang staff lainnya pikirkan.Sayangnya ini bukanlah keberuntungan, Yui menganggap ini adalah awal nasip buruk yang mungkin saja sudah menunggunya. Apakah ia harus segera resign? Tetapi mencari pekerjaan di negara ini sangat sulit, apalagi kalau dari kalangan kelas bawah. Jika Yui berhenti maka sama saja dirinya tidak bersyukur. Banyak orang lain yang t
Yui terbangun dari mimpinya. Bukan, itu bukan mimpi. Itu adalah kenangan delapan tahun lalu dan sudah terkubur di sana selama 8 tahun. Satu persatu kenangan itu kembali kepermukaan semenjak ia bertemu lagi dengan Aiden. Yui menguap dan merengganggangkan tubuhnya beberapa detik. Kemudian ia ingat jika saat itu sedang berada di atas pesawat. Ketika membuka mata, wajah Aiden adalah hal pertama yang ia lihat. “Presdir.” ujar Yui dan merapikan duduknya. Yui memutuskan untuk profesional— membuang juah-jauh masa lalu mereka dan meninggalkannya di masa lalu. Ketika Yui menoleh, ia tidak melihat bagaimana wajah Aiden yang berubah mendengar panggilan darinya. “Maaf aku tertidur.” ucap Yui lagi. “Hmm.. tidak apa.” Diam dan hening. Ini terasa lebih mengganggunya bagi Yui. Apalagi dari sudut matanya, Yui bisa merasakan Aiden yang terus memperhatikannya. Yui mengeluarkan buku catatan kecil dari tasnya, “Presdir, maaf atas ketidak sopananku, tetapi aku butuh pendapat anda untuk berita Future