“Kau pasti bercanda." Sanggah Hinode horror. "Dan kau tidak bisa melakukan itu!" Lanjutnya lagi.“Apa kau yakin aku tidak bisa?” senyuman yang mengerikan memberikan sensasi merinding diseluruh tubuh Hinode, ia tidak bisa membantah lagi, mencoba meminta bantuan kepada tema-temannya yang lain namun Yui dan Aiden malah memberinya kalimat penyemangat seraya tersenyum lebar. Vallery malah lebih parah, dia seolah senang dengan penderitaan yang menunggu Hinode di depan mata.“Lalu siapa yang berada di peringakt kedua?”“Evander. Dia juga berada di tempat kedua di provinsi.”“Kau pasti berncanda.” vocal mereka serempak.Aiden menggeleng, “tentu saja tidak. Bahkan sebenarnya dia berada di kelas A, namun karena menurutnya kelas A terlalu kaku, jadi dia memilih masuk ke kelas B, dengan alasan kelas B dan Blue Evender terdengar lebih cocok.”“Oh, kau bisa melakukan itu?”
Yui mengangguk dan berterimakasih, “oh, benarkah? Kalau begitu terimakasih.”“Dan hal lain yang harus kau ingat adalah, aku tidak perlu belajar. Aku berada di peringkat kedua setelah Aiden.” ujarnya sombong, tubuhnya tidak lagi sekaku sebelumnya. Mulutnya juga sudah setajam biasa. Dia sudah mulai kembali menjadi dirinya sendiri.“Oh, kalau begitu bagus. Karena setelah melihatmu bermalas-malasan seperti ini, aku bisa mengambil posisi itu darimu." Sudut bibir Yui terangkat, "kalau begini kau tidak hanya kehilangan posisi sebagai pitcher utama tim, tetapi juga sebagai peringkat kedua."Pergi dari bullpen indoor, hujan kembali turun, namun tidak selebat tadi pagi, kali ini hanya gerimis yang turun. Yui berlari seraya menutupi kepalanya dari hujan. Tidak lama setelah Yui pergi, lampu bullpen juga padam, dan Evander keluar dari sana.Di perjalanannya, Yui berniat untuk bicara masalah Evan dengan Aiden.Ketika mereka berada d
Hoohh.. dia merasa menjadi sangat penting di tim sekarang.Kamar mereka benar-benar kosong karena semua orang memiliki pemikiran yang sama. Mika adalah ketua klub jurnalis, ia harus memanfaatkan moment turnamen musim panas dengan baik sehingga ia juga tidak dapat kembali ke rumahnya saat libur nanti, sedangkan Vallery, dari semua waktu, sejak ia memasuki sekolah ini hingga sekarang tiga tahun sudah berlalu, ini adalah waktu yang paling ia tunggu-tunggu, menghancurkan para gadis yang menjadi musuhnya di lapangan. Dia akan menang telak dan menjadi tyran di lapangan.Sebenarnya Vallery ditunjuk sebagai ketua tim voli putri, namun ia menolak dan berakhir menjadi wakil ketua. Tidak buruk, tetapi dia adalah maniak, dia tidak akan berhenti latihan hingga tubuhnya hancur dan remuk karena lelah— yang ajaibnya, dia tidak pernah drop karena latihan yang sangat keras.Mereka mengucapkan sampai jumpa dan berpisah di gerbang sekolah. Karena kota dimana rumahnya berada cukup jauh, Yui harus naik ker
Untuk beberapa detik pertama setelah kalimat itu keluar dari mulut Yui, raut yang tertera di wajah Aiden penuh dengan keterkejutan. Matanya yang berwarna caramel terang terlihat sangat jelas di bawah sinar matahari yang menembus halte bus tempat mereka berada. Saat itu Yui ingin menarik kembali kata-katanya yang barusan, merasa sangat bodoh dengan ucapannya.Apa yang dia lakukan? Membuat Aiden merasa semakin tidak nyaman? Seharusnya ia sudah bersyukur dnegan hubungan yang mereka miliki sekarang!“Ah, apa yang aku katakan! Haha, haha.” Yui berbicara dengan sangat canggung, ia mnggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berpikir andai saja mesin waktu milik Doraemon benar-benar ada, ia ingin memutar waktu dan tidak mengatakan apapun. “Kau bisa melupakannya, aku benar-benar tidak tahu apa yang mulutku katakan! Dia bergerak dengan sendirinya tanpa berkoordinasi terlebih dahulu dengan otakku!” tegas Yui lagi. Rasanya sangat canggung, apalagi Aiden masih belum mengatakan apa-apa. Hanya melihat
Setelah makan, mereka berbagi cerita yang menghadirkan tawa di rumah sederhana itu. Yura kecil banyak mengundang tawa dengan tingkahnya yang lucu, Yui juga bercerita tentang kegiatannya sebagai anggota klub jurnalis di sekolah, ia juga mengatakan keputusannya untuk melanjutkan sekolah ke Weilai University dan berniat untuk menjadi seorang jurnalis.Kedua ornag tuanya tidak menentang keputusannya, mereka menyerahkan semuanya kepada Yui, dengan Yui sudah berhasil masuk dan menjadi siswa WISH saja mereka sudah sangat bangga, jika Yui melanjutkan sekolahnya ke Weilai University dan ingin menjadi jurnalis, mereka tidak akan pernah merasa tidak bangga kepada sang putri.Tanpa terasa malam sudah semakin larut dan si kecil Yura sudah mengucek matanya yang memerah mengantuk, sang ayah juga kembali ke kamar. Tinggal Yui dan ibunya membersihkan meja makan.“Ibu, tentang Yudha..? gerakan tangan sang ibu terhenti namun ia kembali membersihkan piring-piring itu dengan c
Nafas Yui sudah seperti berada di ujung, mungkin sekarang wajahnya juga sudah memerah sebab menahan marah. Ia tahu bahwa tingkatan status sosial yang berlaku di negara mereka benar-benar membuat frustasi, Yui juga frustasi bagaimana mungkin takdirnya sudah ditentukan begitu saja hanya karna ia lahir di keluarga yang memiliki status sosial rendah? Namun apa yang bisa ia lakukan? Bisakah ia marah kepada orang tuanya yang melahirkannya? Apa orang tuanya menelantarkannya? Tidak, mereka malah merawat dan membesarkannya dengan sangat baik, berusaha mencukupi semua kebutuhannya walaupun itu mungkin tidak seberapa, yang terpenting adalah ia tidak kekurangan kasih sayang dan cinta dari orangtuanya.Apa yang dikatakan oleh Yudha melukai perasaannya, bagaimana jika sang ibu yang sudah berusaha sekuat tenaga dan sang ayah yang berusaha untuk tetap sehat mendengar hal ini? Mereka pasti sangat sedih. Jika dia tidak mengendalikan emosi dengan segera, mungkin saja ia sudah memukul sang adik lagi, nam
“Apa coklat itu akan berubah menjadi emas saat kau memandanginya seperti itu?” Vallery ikut duduk di sebelah Yui, melipat kakinya dan memandangi kotak cokelat yang tergeletak tidak tersentuh di atas meja. Sejak ia datang yang ia temui adalah Yui yang tidak beralih dari kotak di depannya, bahkan teman sekamarnya itu tidak menyahut saat disapa.“Vall, apa yang harus aku lakukan?”“Apanya?” tanya Vallery balik.“Saat ini perasaanku sangat campur aduk bahkan moodku juga tidak menentu.” Vallery melihatnya dengan tatapan, ‘apa aku terkejut? Tidak, aku sudah biasa dengan sifatmu yang itu.’“Apa kua tahu siapa yang memberikan cokelat ini untukku?” Vallery menginspeksi kotak di atas meja, merk terkenal, merk ini hanya memiliki satu toko yaitu di kota D, dan harganya juga sangat mahal, Hinode Tsuyo yang merupakan kalangan menengah saja masih perlu berpikir dua kali untuk membelinya, belum lagi
Blue Evander berada di peringkat ke dua sekolah dan peringkat pertama di kelasnya. Tidak begitu jelas namun ia mendengar Evander berbicara dengan Mika di antara banyaknya murid yang juga berada di sana, melihat hasil ujian mereka. “Sudah aku katakan padamu, mata empat. Aku lebih pintar darimu.” “Oh ya? Kita lihat saja saat ujian akhir nanti!” Sejak kapan mereka berdua menjadi akrab? Vallery berada di peringkat 16 di sekolah dan 10 di kelas, untuk murid atletik dia sudah sangat bagus. Yui memberikan jempolnya pada sahabatnya itu. “Waw! Aku diperingkat 100! kau lihat itu? 100! dari 220 murid, aku berada di peringkat 100! bukankah aku luar biasa? aku termasuk setengah yang pintar!” walaupun dia berdiri entah dimana bersama teman-teman tim baseballnya yang lain, suara Hinode masih menghantui mereka. Berada di peringkat seratus untuk Hinode Tsuyo yang lebih senang berlari keliling lapangan 100 kali dari pada menyelesaikan 10 soal matematika itu ada