Untuk beberapa detik pertama setelah kalimat itu keluar dari mulut Yui, raut yang tertera di wajah Aiden penuh dengan keterkejutan. Matanya yang berwarna caramel terang terlihat sangat jelas di bawah sinar matahari yang menembus halte bus tempat mereka berada. Saat itu Yui ingin menarik kembali kata-katanya yang barusan, merasa sangat bodoh dengan ucapannya.Apa yang dia lakukan? Membuat Aiden merasa semakin tidak nyaman? Seharusnya ia sudah bersyukur dnegan hubungan yang mereka miliki sekarang!“Ah, apa yang aku katakan! Haha, haha.” Yui berbicara dengan sangat canggung, ia mnggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berpikir andai saja mesin waktu milik Doraemon benar-benar ada, ia ingin memutar waktu dan tidak mengatakan apapun. “Kau bisa melupakannya, aku benar-benar tidak tahu apa yang mulutku katakan! Dia bergerak dengan sendirinya tanpa berkoordinasi terlebih dahulu dengan otakku!” tegas Yui lagi. Rasanya sangat canggung, apalagi Aiden masih belum mengatakan apa-apa. Hanya melihat
Setelah makan, mereka berbagi cerita yang menghadirkan tawa di rumah sederhana itu. Yura kecil banyak mengundang tawa dengan tingkahnya yang lucu, Yui juga bercerita tentang kegiatannya sebagai anggota klub jurnalis di sekolah, ia juga mengatakan keputusannya untuk melanjutkan sekolah ke Weilai University dan berniat untuk menjadi seorang jurnalis.Kedua ornag tuanya tidak menentang keputusannya, mereka menyerahkan semuanya kepada Yui, dengan Yui sudah berhasil masuk dan menjadi siswa WISH saja mereka sudah sangat bangga, jika Yui melanjutkan sekolahnya ke Weilai University dan ingin menjadi jurnalis, mereka tidak akan pernah merasa tidak bangga kepada sang putri.Tanpa terasa malam sudah semakin larut dan si kecil Yura sudah mengucek matanya yang memerah mengantuk, sang ayah juga kembali ke kamar. Tinggal Yui dan ibunya membersihkan meja makan.“Ibu, tentang Yudha..? gerakan tangan sang ibu terhenti namun ia kembali membersihkan piring-piring itu dengan c
Nafas Yui sudah seperti berada di ujung, mungkin sekarang wajahnya juga sudah memerah sebab menahan marah. Ia tahu bahwa tingkatan status sosial yang berlaku di negara mereka benar-benar membuat frustasi, Yui juga frustasi bagaimana mungkin takdirnya sudah ditentukan begitu saja hanya karna ia lahir di keluarga yang memiliki status sosial rendah? Namun apa yang bisa ia lakukan? Bisakah ia marah kepada orang tuanya yang melahirkannya? Apa orang tuanya menelantarkannya? Tidak, mereka malah merawat dan membesarkannya dengan sangat baik, berusaha mencukupi semua kebutuhannya walaupun itu mungkin tidak seberapa, yang terpenting adalah ia tidak kekurangan kasih sayang dan cinta dari orangtuanya.Apa yang dikatakan oleh Yudha melukai perasaannya, bagaimana jika sang ibu yang sudah berusaha sekuat tenaga dan sang ayah yang berusaha untuk tetap sehat mendengar hal ini? Mereka pasti sangat sedih. Jika dia tidak mengendalikan emosi dengan segera, mungkin saja ia sudah memukul sang adik lagi, nam
“Apa coklat itu akan berubah menjadi emas saat kau memandanginya seperti itu?” Vallery ikut duduk di sebelah Yui, melipat kakinya dan memandangi kotak cokelat yang tergeletak tidak tersentuh di atas meja. Sejak ia datang yang ia temui adalah Yui yang tidak beralih dari kotak di depannya, bahkan teman sekamarnya itu tidak menyahut saat disapa.“Vall, apa yang harus aku lakukan?”“Apanya?” tanya Vallery balik.“Saat ini perasaanku sangat campur aduk bahkan moodku juga tidak menentu.” Vallery melihatnya dengan tatapan, ‘apa aku terkejut? Tidak, aku sudah biasa dengan sifatmu yang itu.’“Apa kua tahu siapa yang memberikan cokelat ini untukku?” Vallery menginspeksi kotak di atas meja, merk terkenal, merk ini hanya memiliki satu toko yaitu di kota D, dan harganya juga sangat mahal, Hinode Tsuyo yang merupakan kalangan menengah saja masih perlu berpikir dua kali untuk membelinya, belum lagi
Blue Evander berada di peringkat ke dua sekolah dan peringkat pertama di kelasnya. Tidak begitu jelas namun ia mendengar Evander berbicara dengan Mika di antara banyaknya murid yang juga berada di sana, melihat hasil ujian mereka. “Sudah aku katakan padamu, mata empat. Aku lebih pintar darimu.” “Oh ya? Kita lihat saja saat ujian akhir nanti!” Sejak kapan mereka berdua menjadi akrab? Vallery berada di peringkat 16 di sekolah dan 10 di kelas, untuk murid atletik dia sudah sangat bagus. Yui memberikan jempolnya pada sahabatnya itu. “Waw! Aku diperingkat 100! kau lihat itu? 100! dari 220 murid, aku berada di peringkat 100! bukankah aku luar biasa? aku termasuk setengah yang pintar!” walaupun dia berdiri entah dimana bersama teman-teman tim baseballnya yang lain, suara Hinode masih menghantui mereka. Berada di peringkat seratus untuk Hinode Tsuyo yang lebih senang berlari keliling lapangan 100 kali dari pada menyelesaikan 10 soal matematika itu ada
“Kau sudah mendorongku dan membuat kameraku jatuh.” jawab Yui tajam, ia mengecek kameranya apakah rusak atau tidak.“Hah, apa itus alahku? Kau yang berdiri di sini seperti orang kampungan,” ia memutar bola matanya. “Hanya karena sekarang kau selalu berada di dekat Aiden kau merasa sudah sangat hebat hingga aku tidak boleh mengenaimu?”“Floira, kau mengenainya? Ah…” tutur gadis lain yang berada di sekitar sana.“Kau harus segera mengganti bajumu dan membakarnya! Aih… bersentuhan dengan kaum kelas bawah ini, ah…” timpal yang lainnya. Mereka menjadi berkerumun karena ia menarik perhatian.“Ah, kau benar. Apa aku perlu mandi lagi? Aku pikir aku mencium bau gadis gila ini menempel padaku.”Tidak habis pikir dengan para kelas atas ini, Yui mengubur dalam-dalam perasaan jengkel yang ada di hatinya. Ini sudah biasa, dianggap sampah oleh para kelas atas sudah menjad
Hari ini adalah hari pembukaan dan masih tidak banyak pertandingan yang berlangsung hari ini. Vallery yang notabennya adalah wakil ketua klub Volly putri bahkan menghadiri acara pembukaan sebagai penonton biasa, “kami akan bertanding lusa, selama ada kapten, aku tidak perlu panas-panasan berdiri di tengah lapangan.” jawabnya ketika Yui bertanya apakah dia sudah mendapat jadwal pertandingan untuk timnya.Beruntung mereka datang lebih awal. Masih banyak tempat yang kosong, sehingga ia masih bisa memilih tempat strategis untuk menyaksikan acara pembukaan. Perlahan-lahan, kursi-kusri kosong itu mulai terisis seiiring berjalannya waktu. Acara pembukaanpun dimulai ketika waktu yang telah ditentukan datang. Acara dibuka oleh menteri oleh raga dan pendidikan. Setelah serangkaian acara yang telah disiapkan, perasaan yang ia rasakan saat itu seperti menyaksikan sebuah acara besar, dia sangat excited dan bersemangat, apalagi ketika layar besar stadion menyorot Weilai Interna
Ini adalah pertandingan yang menegangkan, berdasarkan analisis Vallery, Cloiy dan Ran yang notabennya adalah penikmat olahraga dan sangat paham seluk beluk sejarah dan sepak terjang klub baseball sekolah mereka, mengatakan di atas kertas, sekolah mereka jauh lebih unggul dari tim lawan, namun entah bagaimana sudah beberapa inning berlalu, skor di papan skor masih sama-sama kosong.“Pertandingan pertama akan selalu lebih menegangkan dari pertandingan selanjutnya, kecuali final yang memiliki ketegangan yang berbeda, namun poinnya adalah, mereka terlalu tegang dan tidak leluasa seperti biasa.” Dimata Yui yang baru mengenal olah raga khususnya baseball selama dua tahun, tidak ada yang salah dengan permainan tim yang selalu membuatnya terpesona itu.“Ditambah dengan euforia penonton yang datang, dengan jumlah penonton sebanyak ini, bertanding tepat setelah upacara permbukaan, penonton pasti sangat menginginkan pertandingan yang luar biasa, namun mereka mal