Home / Romansa / Cinta ke Dua Pak Direktur / Langkah Juna untuk menghapus bayang-bayang pengkhianatan Nayla

Share

Langkah Juna untuk menghapus bayang-bayang pengkhianatan Nayla

Author: Ceeri
last update Last Updated: 2023-12-22 22:01:19

Penghujung minggu ini, dilewati Juna untuk mengawasi pemindahan semua perabotan yang ada di kamarnya. Minggu lalu rencana memang sudah ada, demi melenyapkan saksi mati serta sisa-sisa peristiwa memalukan yang sempat berlangsung. Berat sekali jika harus menerima dampak buruknya secara terus-menerus. Tak jarang dia dihantui mimpi-mimpi serupa, mengusik kenyamanan di waktu tidur. Lalu, ketika kelopak mata terjaga, maka yang dia temui hanya goresan dalam terhadap harga dirinya oleh tajam pengkhianatan. Harga diri, Juna Janendra tidak akan pernah terima kejatuhan terendah demikian.

"Tuan, barang-barang ini mau ditaruh di mana?"

"Saya serahkan pada, Bibi. Mau dibuang, dibakar atau diberikan ke orang lain, Saya tidak keberatan, asalkan disingkirkan dari pandangan Saya. Kita harus mensucikan kamar ini, Bi. Tidak boleh ada keburukan tertinggal, agar cahaya yang menaunginya pun tidak hilang."

"Tuan pasti bisa melaluinya, tetaplah yakin. Orang baik selalu menemukan kebahagiaan di mana pun."

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Kepribadian Jihan adalah muse

    "Jihan?!" "Kak—" "Aish, kenapa baru sekarang kau datang? Tidak melihatmu selama dua minggu, aku jadi merindukan ocehanmu." Pernyataan itu memancing rasa geli Daniel, dia membuang muka cuma untuk menutupi tawanya. Lain hal terhadap Jihan yang kini mencebik cemberut. "Jangan katakan itu di depan Daniel, Kak! Dia suka sekali mengejekku." Tapi, mukanya yang merengut itu sungguh manis. Bukannya berhenti, Daniel kini justru terang-terangan menertawainya. "Itu karena kau sangat lucu, siapa yang tidak akan senang hanya dengan memandang perubahan ekspresimu? Menggemaskan!" Daniel pun mengangguk, mustahil menyangkal fakta yang memang menjadi perihal paling disukai olehnya. "Ayo, kalian duduklah dulu. Aku ambilkan minum di belakang," kata Kirana sembari menarik pelan pergelangan Jihan, menuntun si gadis manis ke meja tunggu di sudut ruangan. Usai mengunjungi kedai es krim favorit mereka, Daniel pun langsung mengantar Jihan ke butik yang menjadi persinggahannya semenjak dua tahun menekun

    Last Updated : 2023-12-23
  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Situasi menjadi rumit bagi Juna

    "Dia tidak bersedia datang, sebab masalahmu belum dapat ditangani. Percuma memaksakan sidang dengan kondisi istrimu yang sedang hamil. Justru kau bakal dicap buruk oleh pihak pengadilan." "Apa sulitnya mengadakan pertemuan? Aku hanya ingin membicarakan masalah ini secara khusus dengan pengacara terkait. Jalan atau tidak prosesnya, aku siap mengikuti prosedur. Kau datang ke sini tanpa jawaban yang kumau." "Pengacara Tommy tidak dapat memenuhi panggilanmu di tengah kasus yang dia tangani. Membutuhkan konsentrasi penuh, jika dia hendak memenangkan kliennya kali ini. Tidak semua mau menampung kasus penganiayaan dalam rumah tangga berujung perpisahan, apalagi wanitalah korbannya. Dia mengatakan fakta tersebut padaku. Jadi, secara tak langsung dia memintamu menunggu. Tetapi, kau boleh mencari pengacara lain andai merasa perlu terburu-buru." "Alternatif lain?!" "Ada. Hanya saja, aku merekomendasikan Pengacara Tommy. Dia tidak melibatkan orang ke tiga untuk merusak analisanya. Kau tahu se

    Last Updated : 2023-12-24
  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Missed information yang membuat Juna berpikir keras

    Remot TV berulang kali ditekan, terus mengganti channel yang sebenarnya sama sekali tidak dia minati. Juna berpangku dagu, menatap datar pergeseran tayangan di depan dia. Tujuannya hendak menguji unit terbaru yang mereka luncurkan. Tetapi, justru beginilah kondisinya, acuh tak acuh terhadap tanggung jawab. "Dua kali pertemuan. Pertama, aku berpikir dia gadis serampangan dan suka mengumpat. Dia jelek, berantakan, berisik, sangat bukan seleraku. Tapi, aku mengagumi sisi percaya dirinya. Dia bahkan tidak malu, meski wajahnya cemong karena riasannya luntur." Juna Janendra mulai mengada-ada. Pernyataan tadi lepas dari kualifikasi daftar yang perlu diteliti. Di permukaan meja, ada selembar poin-poin spesifikasi dari jenis Jeelc Smart TV S1013 Ultra Slim, selaku tipe teranyar dari produk yang siap diumumkan tadi. Dan dia justru mengoceh untuk perkara tak bersangkutan. "Aspek teknis dan non teknis meliputi kinerja perangkat dan sistem penyiaran multipleks—kemarin Jihan begitu berbeda. Dia

    Last Updated : 2023-12-26
  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Teman-teman Jihan dan pesta besar keluarga Adhidarmajaya

    Begitu perkuliahan usai, Jihan mengasingkan diri ke taman di samping kantor jurusan. Dengan sepasang earphone di telinga, dia memutar daftar lagu pada ipod miliknya sekalian melatih vokal untuk dia tampil malam nanti. Someone like you by Adele, itulah judul lagu lengkap nama penyanyi asli yang rencananya akan dia tampilkan di panggung. Jihan suka ketenangan di sela-sela berlatih, sehingga tak jarang dia menghilang secara tiba-tiba dari kelas begitu dosen yang mengajar sudah pergi lebih dahulu. Di sisi lain teman-teman terdekatnya akan kebingungan mencari keberadaan dia. Tidak untuk saat ini agaknya di mana dua orang mahasiswa tampak diam-diam menghampiri di belakang. Mereka bersekongkol agar tidak menimbulkan keributan sekecil apapun, biar mereka tahu Jihan mungkin juga tidak akan mendengarnya. "Dave, jauhkan tanganmu!" Si pemuda yang disebut bergeming, masih menempelkan telapaknya di kelopak mata Jihan. "Lepas, atau aku marah padamu!" ancam si gadis manis. "Tidak asyik! Aku ingi

    Last Updated : 2023-12-26
  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Jihan bagai fatamorgana bagi Juna.

    "Ya ampun, Kak! Jangan salahkan aku karena sekarang benar-benar ketergantungan padamu. Aku mulai kesal dan merasa kerepotan sendiri jika tidak ada kau yang mengantarku. Bagaimana ini?! Tapi, kehadiranmu itu memang membuat hidupku jadi lebih mudah—semoga pekerjaanmu lancar. Kau selalu pintar menangani kasus-kasus itu 'kan? Mereka punya alasan kuat untuk memanggil Daniel Wilman si pengacara kondang." Itu hanya cara si gadis manis untuk mengusir kebosanannya di kursi penumpang. Beruntung kali ini dia tidak terlambat. Bekerja di kafe Tuan Beno, sedikit demi sedikit dapat mengubah kebiasaannya sebagai salah satu pemenang di pemilihan orang-orang yang sering telat dalam segala hal, andai ajang tersebut sungguhan ada. Sosok Daniel seakan telah melekat di sisi Jihan Pitaloka. Si jangkung nan rupawan kini absen dari kesibukannya sebagai sopir pribadi si gadis manis. Tentu dia tidak keberatan disebut demikian ketika pengajuan diri murni kehendaknya pribadi. Dia hanya akan puas bila dapat meli

    Last Updated : 2023-12-30
  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Perkenalan ulang oleh Juna

    "Aku benar-benar tidak berpikir bakal semudah ini menerima tawaranmu untuk mengantarku pulang." Suara lembut Jihan memecah keheningan di dalam mobil. Jalanan lengang pun turut menambah sepinya suasana malam. "Anggap saja sekalian perkenalan ulang. Awal pertemuan kita kurang baik kesannya. Dan di beberapa kesempatan lain, kita juga tidak bisa bicara dengan cara yang tepat." Juna menyahut santai sembari kedua tangannya tetap fokus pada roda setir. "Kau memang selalu berkunjung ke kedai Paman Beno, ya?" "Bisa dibilang begitu. Tetapi, aku juga cukup penasaran dengan pujian Paman Beno mengenai penampilanmu saat bernyanyi. Dan sejak kapan kalian jadi lebih akrab? Aku masih ingat bagaimana canggungnya dirimu memanggil dia, Tuan Beno." "Aku yang memintanya langsung. Karena kupikir Paman Beno mirip mendiang ayahku. Ayahku juga tampan, lembut setiap kali berbicara dan dia selalu mendukung apapun yang ingin kulakukan." "Dia beruntung memiliki putri sebaik dirimu." Pernyataan tersebut sonta

    Last Updated : 2023-12-30
  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Pengalaman membuat Juna lebih berhati-hati dalam bertindak

    Ada yang berbeda dari ekspresi Juna di pagi ini. Dia tampak segar, begitupun wajahnya yang bersinar cerah. Senyuman tak henti-henti terpatri di bibirnya, selagi dia duduk memutar-mutar kursi sembari merenungkan entah apa. "Kau jadi 'kan membawa satu set Jeelc Smart TV S1013 untuk Paman Beno?!" "Iya, sore ini rencananya. Sudah disiapkan?!" "Tinggal kau angkut, aku menitipkannya di meja resepsionis." "Ya sudah, tolong ingatkan lagi ya sore nanti." "Omong-omong, mukamu lentur hari ini. Tidurmu sudah nyenyak?!" usai mengangguk, Kenny pun menodongnya dengan satu pertanyaan yang sedari dia masuk telah mengundang rasa penasaran. "Dianggap begitu juga tidak masalah kurasa. Aku senang, meski sulit mengutarakan alasannya padamu. Aku sendiri bingung apa yang membuatku jadi begini, tapi bersyukur saja karena sedikit kenangan buruk mulai terabaikan di pikiranku." "Kemarin kau ke kedai Paman Beno?!" "Iya." "Jihan di sana?" "Dia menyanyi sangat bagus. Suaranya sungguh membuatku bungkam, aku

    Last Updated : 2024-01-04
  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Insiden di bar menyulut kemarahan Juna

    "Kau tampil semalam ini, jam berapa lagi baru bisa pulang?" "Biasanya pukul sebelas, tapi pernah juga hampir lewat dini hari. Tergantung manajer bar sebenarnya. Aku akan pergi setelah dia membayarku." "Itukah alasanmu berusaha sangat keras, walau harus menggadaikan keamanan diri? Sebab mereka memberi upah di hari yang sama, begitu?" "Jumlahnya juga lumayan, malah sebagian besar biaya kuliahku berasal dari situ." Detik berikutnya Juna mengerang panjang, bingung untuk apa yang cocok dia katakan sebagai respons. "Ya, ada dampak dari setiap nilai tinggi. Kau gadis pemberani, nekad menentang kemungkinan ancaman yang datang. Gadis muda berkeliaran seorang diri, dengan pakaian bagus dan wajah menarik—kuharap kau selalu dalam situasi aman, Jihan." "Terima kasih." Senyumnya terbaca cantik di pandangan Juna, sampai dia sendiri pun turut melengkungkan bibir tipisnya. "Berapa lama kau menyanyi?!" "Seperti biasa, tiga lagu untuk setiap kehadiranku. Tetapi, bisa sampai satu jam lebih setela

    Last Updated : 2024-01-04

Latest chapter

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Keputusan Jihan untuk jujur

    Situasi yang semula terasa damai serta menyenangkan mendadak kaku. Si gadis manis bimbang apakah patut mengutarakan rasa penasaran yang sudah tertahan di ujung lidahnya. Dia sekadar duduk diam di kursi di samping Amelia, menanti temannya ini memulai percakapan mereka. Sedang, Juna Janendra menyingkir sejenak seraya sibuk pula menyusun praduga di dalam pikirannya. Dia melihat gadis pemilik gummy smile itu ketika menyaksikan pertunjukan Jihan di kafe Tuan Beno bersama pemuda yang juga dia yakini berangsur-angsur berubah peran menjadi rivalnya untuk mendapatkan hati si gadis manis. "Aku dan Dave sudah putus," Amelia menengok ke sebelah, menemukan si gadis manis betah menundukkan wajahnya. "Kamu tidak terkejut 'kan, Jihan? Aku tahu kamu pasti memperkirakan hal ini akan terjadi." Kontan saja si gadis manis mendongak, mengerutkan kening tanda penolakannya terhadap penuturan barusan. "Tidak apa-apa. Bukan salahmu, ataupun dia. Sejak awal akulah yang memaksakan kehendakku, walau aku sadar pe

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Mungkin ini kencan si Direktur

    "Kau senang?!" Walau yang terlihat bukanlah reaksi mencolok. Namun, Juna Janendra mendapati bibir gadis di sampingnya melengkung tipis. Baru sepuluh menit dia menyetir sejak mereka memutuskan pergi dari rumah sakit. Paman Beno tentu membutuhkan waktu istirahat lebih banyak agar bisa segera pulih. "Aku lega untuk Paman Beno. Tadinya aku pikir tidak akan secepat itu beliau sadar. Bibi juga sangat baik, bersedia merawat dan menemaninya seharian penuh." "Jika perkiraanku tidak meleset, Paman Beno bisa saja diperbolehkan pulang dalam dua atau tiga hari lagi." "Aku harap begitu. Aku rindu menyanyi di kafenya." "Aku pun sama, merindukan suaramu." Juna memperhatikan si gadis manis usai mengungkapkan perasaannya saat ini. "Kenapa kau hanya diam, Jihan? Apa kau tidak senang mendengar pengakuanku?" Senyumnya tertarik ringan, seakan memaklumi andai jawaban gadis itu tak seperti dugaan. "Kenapa aku harus marah padamu?!" Mereka berbalas senyuman sembari berpura-pura tidak menyadari bahwa getar

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Ada luka di samping kegembiraan mereka

    Semua kenangan itu seakan baru terjadi kemarin sore. Jihan Pitaloka kembali menyadari perasaan mendalam terhadap Dave Hardinata pernah ada di beberapa tahun silam dan dia benar-benar menikmatinya sebagai sesuatu ketertarikan emosional untuk lawan jenis. Bermula ketika dia baru menduduki bangku SMA. Jihan yang sekadar gadis yatim piatu masih memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan di salah satu sekolah elit di Ibu Kota. Kendati dalam keterbatasan keadaannya, dia tetap mampu mempersiapkan diri agar terlihat pantas berada di gedung mewah bersama sekumpulan remaja kaya. Dia yang seorang pendatang memutuskan untuk memperjuangkan masa depan di antara keras dan sulitnya persaingan hidup. Bersama Daniel Wilman, si gadis manis mengira keberanian dan kekuatannya meningkat. Dia berpikir siap menapaki upaya demi upaya untuk meraih impiannya. Selain cerdas, Daniel dikenalnya sebagai sosok tumpuan pengganti kedua orang tuanya yang telah lama tiada. Persis kebanyakan para remaja pada umumn

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Perasaan Jihan remaja yang sesungguhnya, cinta untuk Dave Hardinata bagian VI

    Radit kehilangan suara ketika dihadapkan dengan masalah pelik tak disangka-sangka seperti ini. Yang dapat dia lakukan hanya terdiam sambil logikanya menganalisa di dalam dugaan. Gerak kaki lebih terburu-buru daripada jalan santai yang kerap dia lakukan. Bersisian dengan Bastian yang betah pula mengoceh sejak mereka mendatangi ruang konseling sepuluh menit lalu. "Kenapa dia di-skors? Kita tahu apa yang dia lakukan—24 jam penuh aku bisa menjelaskannya. Ayo, kita harus mencoba cara ini." Cukup berat hawa napasnya berbunyi. Namun, tak ada sepatah kata yang Radit ucapkan. "Kau dengar aku 'kan? Kubilang kita perlu menerangkan apa yang kita tahu, terserah apa saja. Asalkan si Dave selamat dari hukuman itu." Tetap juga belum ada tanggapan sampai-sampai Bastian merasakan jemu menahan diri. "Kalau kau tidak mau, aku bisa sendiri!" "Bastian!!" Keduanya spontan berhenti usai kerasnya seruan Radit menyentak mereka bersamaan. "Maafkan aku." "Aku mengerti." Muncul penyesalan di raut Radit —buka

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Perasaan Jihan remaja yang sesungguhnya, cinta untuk Dave Hardinata bagian V

    Sekotak es kubus baru saja diambil dari dalam freezer, Dave Hardinata memasukkannya ke wadah berisi air bersih. Dia melenggang ke ruang TV di mana Bastian dan Radit sudah duduk di sana, menyantap ayam goreng krispi yang mereka pesan lewat daring. "Si pengecut itu, aku jadi menyesal kita menerima tantangan dia." "Kita tidak bisa menghindari pertandingan itu. Dia sengaja memanas-manasiku sebelum balapan dimulai. Konon lagi jika kita menolaknya, mungkin baku hantam langsung kejadian di tempat." "Perkiraanku juga begitu, Dave." Radit menyambung jangka dia mengunyah paha ayam goreng pedas manis kesukaannya. "Tapi, dia memang tidak bisa juga dijadikan rival. Kemampuan standar, kesadaran diri kurang." "Cocok 'kan aku sebut dia pengecut?!" tekan Bastian lagi, mengulang perkataan dia sebelumnya. "Omong-omong, Dave—bukannya kau yang dikeroyok, justru mereka semua menyerah?" "Kecuali si rambut hijau. Aku tidak tahu dia memikirkan apa. Aku buru-buru kabur sebelum mereka semua bangun dan mal

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Perasaan Jihan yang sesungguhnya, cinta untuk Dave Hardinata bagian IV

    Perlengkapan menulis, botol minuman, ramen cup, handuk kecil, kaus pendek, legging, semua benda-benda ini dimasukkan Jihan remaja ke dalam ransel. Bertepatan dia hendak menyandang tasnya, teriakan lembut oleh Daniel Wilman terdengar. "Iya, Kak. Aku segera turun." "Kasihan temanmu, Peri kecil. Dia sudah menunggu sejak tadi." "Tidak apa-apa, Kak. Salma memang sengaja datang lebih awal." "Pulang jam berapa?" "Sepertinya lumayan sore. Tapi aku usahakan sampai di rumah sebelum malam." "Kakak siapkan bekal, ya?" "Aku bawa ramyun." Daniel refleks menghela napas. "Ramyun saja tidak cukup. Tugas-tugasmu banyak 'kan? Otak perlu dikasih makanan bergizi supaya lancar buat berpikir. Jangan pergi dulu, Kakak tambah porsinya untuk dibagi ke temanmu." "Ya sudah, aku tunggu di depan, ya." Jihan remaja bergegas menjumpai Salma selagi Daniel mengemasi bekal di dapur. "Pergi sekarang?" "Tunggu, Kakak ingin menambahkan bekal yang aku bawa." "Ini ke mana dulu? Jadi ke perpustakaan sekolah?" "

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Perasaan Jihan remaja yang sesungguhnya, cinta untuk Dave Hardinata bagian III

    Gara-gara debu yang berterbangan di sekitar, Salma jadi terbatuk-batuk. Hal itu karena ulah kemoceng yang dipakai Jihan remaja untuk membersihkan rak buku di perpustakaan. "Maaf, Salma. Aku sudah bilang agar kamu menyingkir dulu." "Tidak apa-apa Ji, aku ..." Dia batuk lagi. "Aku mau membantumu." "Aku tidak melarangmu. Tapi, debu ini tidak baik buat pernapasan. Mending kau minggir sebentar. Di situ, berdirilah di dekat jendela. Sekalian tolong bukakan jendelanya, ya." "Ok." Salma beringsut ke kiri, menggeser jendelanya. "Omong-omong, Ji. Sudah tahu 'kan berita terbaru di sekolah kita?" "Aku tidak tahu, ada berita apa? Penting memangnya?" "Buat aku pribadi sih tidak. Kalau kau bisa saja iya." "Kok begitu? Apa bedanya aku atau kau? Kita sama-sama mahasiswa di kampus ini dan kita teman sekelas." "Ya karena tidak ada hubungannya sama aku." "Maksudmu apa? Kata-katamu kurang jelas, Salma." "Salah satu siswi di sekolah ini menghilang. Tempo hari orang tuanya datang menemui Kepala Se

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Perasaan Jihan remaja yang sesungguhnya, cinta untuk Dave Hardinata bagian II

    Jalanan tampak lenggang sejauh pengawasan mata. Traffic cone berjejer menandakan pangkal kawasan yang mereka jadikan sebagai tempat berkumpul penonton, juga beberapa meter di depan merupakan garis start. Di sana sudah siaga tiga unit motor sport bermacam modifikasi dan warna. Berita bagusnya, milik Dave Hardinata tiada henti menuai decak kagum dari mereka si penikmat laga jalanan ini. Body motor yang besar menjadikan si kuda besi kian gagah dinaiki si penunggang. Kombinasi hitam dominan dengan gradasi oranye dari stiker-stiker mengkilap. Akibatnya, pemuda-pemuda pemburu balapan liar menancapkan minat mereka ke motor itu. Dave bukanlah target lagi, ketika fokus berpindah kepada Tata. Demikian si pemuda memberi julukan istimewa khusus untuk motor kesayangannya. "Sebentar! Sebelum kita mulai, aku mau mengumumkan perubahan perjanjian." "Apa maksudmu?!" Interupsi dari salah seorang rivalnya menyulut emosi tak menyenangkan pada diri Dave, dia memperhatikan lewat tatapan permusuhan nan ken

  • Cinta ke Dua Pak Direktur   Perasaan Jihan remaja yang sesungguhnya, cinta untuk Dave Hardinata

    Life must go on, moto hidup mereka. Artinya, apa pun yang terjadi haruslah berakhir di hari itu juga. Seperti saat ini, Dave Hardinata dan dua sahabatnya sudah melupakan perkelahian kemarin. Rasa sakit yang masih tertinggal diabaikan. Kalau bisa luka-lukanya sekalian lenyap dalam semalam. "Dave, kau lebih keren dari biasanya." Penuturan Radit sukses mencuri perhatian sang empunya. Dave mendongak, menampilkan wajahnya yang tidak terkata-kata. Entah mau prihatin atau kagum, membuat orang-orang yang melihat justru melongo. Pelipis sama sudut bibir masih biru. Rambut acak-acakan, mulutnya anteng mengisap lolipop. "Makin ganteng, Dave. Cuma hidungmu yang perlu satu tinjuan, biar mirip badut." "Bodoh!" Makian Dave sejenis hiburan, khusus bagi dua pemuda yang absurdnya bikin geleng-geleng kepala. Untung tidak sering kumat, bandalnya tetap lebih mendominasi. Ganteng? wajib! Urakan? Keren! Playboy? Takdirnya orang tampan! Semboyan mereka bertiga, dicetuskan oleh si jabrik Radit. Ujung-ujun

DMCA.com Protection Status