Seluruh dunianya terasa berputar. Bukan hanya rasa sakit di seluruh tubuhnya, ia juga merasakan rasa sakit yang teramat pada kepalanya. Suara erangan keluar dari bibir plum nan pucat. Perlahan, bulu mata nan panjang itu bergerak ketika kelopak mata yang menyimpan mata indah berwarna biru itu terbuka. Ia berusaha menggerakan tubuhnya, namun kedua tangannya tidak bisa digerakan.
Athena akhirnya ingat kejadian terakhir sebelum ia pingsan. "Direktur!" Suaranya tidak terdengar baik, namun ia masih mencari keberadaan sang direktur. Setelah memokuskan matanya berkali-kali, akhirnya Athena mulai bisa melihat dengan jelas serta mengamati setiap sudut ruangan tempatnya berada.
Tempat itu begitu kecil dan sempit, beberapa kursi usang ditumpuk di sebelahnya, belum lagi penerangan yang minim serta tidak ada cahaya yang bisa masuk dari luar, membuat ruangan itu begitu pengap dan lembab. Ia tidak tahu sudah berapa lama dirinya pingsan, sudah berapa lama ia terkurung di sana, atau apakah sekarang siang atau malam, ia juga tidak tahu.
Prioritas utamanya sekarang adalah, mencari keberadaan Direktur Nikolov. Sekretaris Athena mencoba untuk bergerak, sayangnya tangan dan kakinya diikat dengan begitu kuat, membatasi setiap gerakannya. Ia mencoba untuk melepaskan ikatan itu berkali-kali.
Saat itulah satu-satunya pintu di ruangan itu terbuka.
"Oh, kau sudah sadar?" seorang pria tidak dikenal berdiri di hadapannya, menatapnya dengan wajah yang tidak menunjukan perubahan, tanpa belas kasih. Dengan mudah pria berbadan besar itu menarik kerah bajunya, menyeretnya seperti sebuah barang. "Lepaskan tangan kotormu dariku!" Athena memberontak, wanita itu memberikan pukulan dengan tangannya yang terikat dan berhasil mengenai pipi si pria.
Wajah yang mengerikan itu kemudian menggelap, "kau, cukup memiliki keberanian." ujar pria itu yang memberikan tamparan di wajah Athena yang pucat. Pipinya berdenyut sakit, namun kemarahan Athena seperti sudah mencapai puncaknya.
Direktur Nikolov selalu dihantui oleh bahaya. Semenjak bekerja sebagai sekretaris, tidak jarang mereka akan diserang seperti sekarang, atau seseorang mengirimkan pembunuh bayaran untuk sang direktur, Athena-pun sudah melewati banyak hal selama empat tahun ini.
Wanita berambut pirang itu akhirnya membiarkan tubuhnya diseret oleh si pria besar, di antara semua itu, ia mencoba mengaktifkan alat pelacak yang ada pada alat komunikasi di balik jas hitamnya. Sepertinya direktur Nikolov masih berada di sana, tetapi staff yang lain belum berhasil menemukan keberadaan mereka.
Dengan kasar, pria besar itu melempar Athena ketika mereka memasuki sebuah ruangan lain hingga wanita itu tidak bisa menahan rasa sakit dan mengerang. Sepertinya bahunya terluka cukup parah. "Sekretaris Athena..." sebuah suara familiar memanggil namanya, Athena menoleh untuk menemukan Direktur Nikolov tidak jauh dari dirinya, duduk di sebuah kursi dan sebuah meja di depannya.
Menemukan atasannya yang tidak kurang satu anggota bagian tubuhpun, Athena mendesah lega. Tidak peduli betapa remuknya tubuhnya, selama sang direktur masih baik-baik saja, semua akan baik-baik saja. "Direktur, apa anda baik-baik saja?"
Wajah kurus sang direktur terlihat sangat pucat serta ketakutan, tetapi suaranya masih terdengar tenang "bagaimana dengamu? Kau tidak terlihat baik-baik saja." Athena hanya bisa tersenyum. Rasa sakit di kepalanya sekarang sudah menyatu dengan rasa sakit di bagian tubuhnya yang lain. Ia bisa mencium bau darah dari tubuhnya.
"Selama anda baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Di tengah pembicaraan mereka, pintu kembali berderit terbuka. Dari balik pintu, seorang pria yang menggunakan setelan jas lengkap melangkah dengan kepala yang terangkat. Suara sol sepatunya yang beradu dengan lantai nan dingin bergema, memberikan perasaan yang tidak mengenakan.
Pria itu kira-kira sudah berusia lebih dari empat puluh tahun. Tubuhnya tegap, tinggi, namun dari itu semua, tatapan matanya yang paling menonjol, begitu menakutkan. Apalagi ketika pria itu melihat ke arah Athena yang terikat di lantai, terlebih ketika ia melihat ke arah Nikolov yang terdiam membisu di tempatnya.
Sang direktur yang begitu sulit ia baca, selalu memiliki suasana hati yang tidak menentu, namun saat ini, Athena bisa membacanya dengan sangat mudah.
"Ah... Nikolov sudah lama kita tidak bertemu." pria itu duduk di atas kursi yang telah disediakan oleh bodyguard yang mengikutinya. Ia mengeluarkan cerutu, dengan sigap, sang asisten menyalakan cerutu tersebut. Pria itu melipat kaki kanananya di atas kaki kirinya, ia menghisap cerutu itu dengan penuh kenikmatan dan menghembuskan asapnya ke arah Nikolov.
"Paman," ujar Nikolov yang dari tempatnya berada, terlihat bergetar.
Ia mendengar jika keluarga Zhestkiy adalah sebuah keluarga mafia di Rusia sana, namun Chairman ZY Corp memilih untuk pindah dan membangun sebuah perusahaan di negara lain. Saat ini ZY Corp dipimipin oleh ayah dari Direktur Nikolov, sedangkan pewaris selanjutnya sudah dipastikan jatuh ke tangan Nikolov itu sendiri. Chairman menyukai pekerjaannya, dia juga hanya memiliki seorang adik perempuan yang tidak peduli dengan masalah perusahaan. Secara keseluruhan, masa depannya sudah sangat cerah tanpa perlu banyak pertikaian.
Sedangkan pria di depan ini, Athena tidak tahu ia siapa ketika bossnya memanggil si pria asing dengan sebutan paman. Di sana, sang sekretaris merasa gagal karena tidak mengetahui banyak hal mengenai atasan yang telah ia ikuti selama empat tahun.
"Coba aku ingat dulu, sudah berapa lama kita tidak beremu? Empat tahun? Lima tahun?" tanya si pria lagi, menghembuskan asap cerutunya pada Nikolov.
"Paman, apa maksud semua ini?" Nikolov berusaha agar suaranya terdengar tenang dan dingin seperti biasanya, namun dari mata biru milik Athena, ia masih melihat hal tidak biasa dari sang atasan.
"Aku sudah memperingatkanmu, tetapi kau tidak mendengarkan." pria itu melihat tepat ke arah Nikolov. "Seharusnya kau tetap mencoretkan kuasmu pada kanvas seperti yang biasa kau lakukan." Sang paman mengeluarkan sebuah belati kecil dari sakunya, mengarahkannya ke arah leher Nikolov. "Bukan malah duduk di kursi direktur dan ikut memainkan peranmu dalam perusahaan."
Nikolov menelan air liurnya, menyaksikan ujung belati yang mengarah ke lehernya, ujung belati itu seperti bersinar, "kakek memintaku untuk membantu ayah, aku tidak bisa menolak." jawab Nikolov, suara dinginnya bergetar.
Sang paman tertawa terbahak, dan menghisap cerutunya lebih kuat, " hahaha, kau pikir aku bodoh? Jika kau mengatakan tidak mau dan lebih memilih menjadi seorang pelukis, ayah tidak akan memaksamu. Sepertinya kau tengah meremehkanku, Nikolov." wajah pria itu menggelap, seperti tatapannya bisa membunuh seseorang.
Si paman menggerakan tangannya, tidak lama setelah itu, sebuah kertas sudah berada di hadapan Nikolov, "tanda tangani kertas ini sekarang, maka aku akan melepaskanmu."
"Ini..." Nikolov membaca setiap tulisan yang ada di kertas itu.
"Itu adalah surat yang menyatakan bahwa kau akan menyerahkan kedudukanmu kepada Aleksei—"
"Direktur, jangan lakukan itu!" Athena yang menyaksikan dan mendengar semua pembicaraan mereka memotong ucapan pria itu sebelum ia menyelesaikan ucapannya.
Ucapan Athena menjadikannya pusat perhatian bukan hanya dari Nikolov, namun juga dari pria mengerikan yang di panggil 'paman' oleh sang direktur. Nikolov menggeser kertas putih di hadapannya dan berkata, "aku tidak bisa melakukan ini. Kakek menyerahkan posisi ini kepadaku. Ayah juga masih sehat, tidak ada alasan untukmu begitu khawatir, paman. Lagi pula, Aleksei tidak begitu cocok untuk posisi ini.""Apa kau mengatakan jika putraku tidak lebih baik darimu? Atau, apakah pria tua itu yang mengatakannya padamu sendiri?" jika sebelumnya masih terdengar ketidakpedulian dari dalam suara si paman, sekarang seluruh perkataannya syarat dengan keseriusan. Jelas jika ia tidak suka dengan bagaimana Nikolov berbicara mengenai putranya."Aku tidak mengatakan apapun, paman yang menyimpulkannya sendiri." Mungkin berkat Athena yang tiba-tiba bersuara ketika ia kehilangan dirinya dengan keberadaan sang pamanlah yang membuat Nikolov menjadi lebih berani, getaran dalam suaranya juga sudah berkurang. Tida
Sekretaris Athena membuka matanya diantara rasa sakit di seluruh tubuhnya. Ia mengerang dan menutup rapat manik biru lautnya yang indah. "Oh Athena, kau sudah sadar." wanita berambut pirang itu mengenal suara itu dengan jelas, "ibu." ujarnya, merasakan kehangatan sang ibu yang mulai menangis. "Akhirnya kau sadar juga. Ibu takut kau tidak akan pernah sadar." Athena mengingat seluruh kejadian yang menimpanya, termasuk dengan alasan yang membuatnya berada di rumah sakit tanpa bisa bergerak seperti sekarang. Ia juga ingat bahwa dirinya tidak lagi bisa menahan rasa sakit di tubuhnya hingga akhirnya berakhir pingsan. Ah benar, Direktur Nikolov. "Ibu, bagaimana dengan Di—" "Dokter! Perawat! Putriku sudah bangun! Tolong periksa keadaannya." ia tidak bisa bertanya tentang keadaan direktur hari itu, maka ia akan menanyakannya lain waktu. Lain waktu itu ternyata tidak pernah datang. Luka yang ia alami cukup serius dan ia sudah koma selama tiga bulan hingga Athena harus dirawat untuk beberap
"Hahahaha, lalu, lalu, lalu sekarang bagaimana dengan nasip calon suamimu? Hahaha, aku tidak bisa berhenti tertawa ketika mengingat kejadian kemarin." Di depannya, Athena duduk seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Jika dipikir-pikirkan lagi, kejadian kemarin adalah kejadian yang sangat memalukan yang pernah ia alami, namun emosi serta amarah yang ia rasakan juga tidak kalah nyata. "Mantan. Ingat baik-baik, mantan. Calon suami apanya, aku sudah memutuskan semua hubungan dengan si brengsek itu!" seluruh umpatan dan makian tidak lepas dari bibir merah Athena. Hingga Yelizaveta yang duduk di atas sofa tepat di hadapannya, kembali tertawa terbahak-bahak. Wajah wanita cantik itu menggelap, iapun melemparkan bantal sofa kepada gadis di depannya. Rasanya ia ingin menghilang sekarang juga. "Hahaha, perutku sakit. Hahaha." "Masih tidak berhenti tertawa?" tanya Athena kesal. Sebaik mungkin Yelizaveta menenangkan dirinya dan menahan tawanya. "Aku benar-benar tidak habis pikir orang s
"Katakan lagi, kau memanggil pria itu dengan sebutan apa?" Athena dan Yelizaveta berdiri tidak jauh dari kekacauan di depan mereka. Malam sudah begitu larut, lampu-lampu penerangan begitu temaram, belum lagi tidak ada seorangpun yang melewati tempat itu. Sungguh menakutkan. "Kakak." jawab gadis awal dua puluh tahun itu polos. Sayangnya jawaban itu menghasilkan kerutan di wajah cantik Athena. "Ada berapa kakakmu?" Yelizaveta memandangi Athena seperti makhluk asing, "apa kau benar-benar stress setelah gagal menikah? Tentu saja hanya satu! Zhestkiy bersaudara hanya ada dua orang." Athena yang masih belum percaya menyentuhkan tangannya yang dingin pada ujung dagunya, menyaksikan pria tinggi yang menggunakan setelan jas lengkap. Lengan kemejanya digulung hingga siku, sedangkan jas coklat itu ia sampirkan di bahu. Otot-otot di lengan itu ikut bergerak ketika tangannya bergerak. Tanpa sadar Athena menelan ludahnya. "Apa dia kakak sepupumu? Aku dengar keluarga Zhestkiy banyak di sini."
Diam.Hening.Nikolov masih menatap Athena sambil tersenyum, Athena melihat bolak-balik dari Yelizaveta ke Nikolov, sedangkan Yelizaveta melihat kakak dan Athena secara bergantian. Begitu seterusnya hingga gadis bersurai hitam legam itu menutup wajah sang kakak dan menjauhkannya dari Athena, yang akhirnya bernafas lega."Apa maksudmu? Kau tidak boleh merebut Athena dariku! Dia adalah pengawal dan asisten pribadiku sekarang! Salahmu meninggalkan Athena hingga dia mengundurkan diri dari perusahaan!" gadis awal dua puluhan itu memajukan bibirnya, keningnya berkerut, seperti tengah menantang sang kakak.Nikolov, hanya bisa tersenyum, "hmm, baiklah. Aku tidak akan mengambil Athena darimu." tetapi, mengapa Nikolov malah berkedip ke arahnya?"Oke, ayo pergi dari sini. Malam sudah terlalu larut, aku akan mengantar kalian berdua kembali ke hotel."Mereka berdua kembali ke hotel bersama Nikolov. Mantan bossnya duduk di depan, sedangkan ia duduk di belakang bersama Yelizaveta. Selama perjalanan,
"Oh, Queen Tiffany!"Mendengar namanya disebut, Tiffany menjauhkan tubuhnya yang masih berada dalam dekapan Nikolov. Wajahnya tersipu malu, entah karena ia baru saja jatuh ke dalam pelukan seorang pria asing, atau karena salah satu tamu di sana mengenalinya."Oh! Ini benar Queen Tiffany! Kapan kau akan tampil? Jam berapa grupmu akan tampil? Aku akan menjadi penonton di garis terdepan!" Tiffany sedikit kebingungan, sebab di negara luar seperti ini, nona muda yang cantik ini mengenalinya dan berbicara dengan bahasa yang ia mengerti.Sebagai seorang artis, Tiffany berusaha untuk menjaga penampilan publiknya. "Terima kasih nona atas dukungannya, kami akan tampil pukul sembilan." jawab Tiffany menampilkan senyuman seorang entertaimentnya."Benarkah? Kalau begitu aku akan menunggu! Kakak, kau akan menemaniku untuk melihat penampilan Tiffany, bukan?" Yelizaveta menggoyang-goyangkan tangan sang kakak, meminta pria tinggi di sampingnya untuk setuju dengan ajakannya.Dari sudut matanya, Athena
"Siapa yang berani—" lidah pria asing itu menjadi kelu setelah berbalik untuk melihat siapa orang yang berani mengganggu urusannya. Di belakangnya, Nikolov Zhestkiy mendominasi, tubuhnya yang jauh lebih tinggi membuat pria itu terkejut, serta, pegangan ditangannya semakin sakit. "Tuan, aku rasa kau sudah mendengar sendiri bahwa nona ini tidak mau minum denganmu." Pegangan itu semakin kuat, hingga seperti menjadi sebuah cengkraman yang hendak mematahkan tangannya. Tidak kuasa menahan rasa sakit, dengan wajah yang memerah, pria itu berkata. "Iya, ya, ya! Aku mengerti, sekarang lepaskan aku!" Nikolov melepaskan tangan itu darinya. Warna merah dan jejak tangan tercetak di tangan pria itu. Setelah memberi tatapan kesal kepada Athena, pria asing itu kemudian pergi dengan tergesa-gesa. "Anda tidak perlu melakukan itu, bagaimana jika dia memilih untuk membuat keributan?" ujar Athena, berdiri di sisi Nikolov yang menjulang. Selama ini ia selalu berjalan di bekalang Nikolov, melihat punggungn
Beberapa saat yang lalu, Athena masih melihat wanita berambut hitam dan menggunakan gaun berwarna silver itu berada di tempat duduknya. Tidak mungkin seseorang membawanya secara paksa di tengah keramaian seperti ini tanpa menyebabkan keributan. Apa Yelizaveta pergi ke kamar mandi?"Apa dia pergi ke kamar mandi?" Athena menyuarakan isi pikirannya. Wanita itu tidak berhenti bergerak gelisah, ia hampir saja berlari ke sana kemari, mengelilingi hiruk pikuk keramaian tamu untuk mencari keberadaan Yelizaveta, sebelum Nikolov memegang tangannya dan berkata, "tenanglah. Aku akan menyuruh orang-orang ku mencari Zavet."Meskipun Nikolov sudah bilang begitu, namun Athena masih belum tenang. Ia seperti memiliki trauma dengan sesuatu atau seseorang yang menghilang begitu saja. Nikolov yang melihat seluruh kepanikan di wajah Athena meraih kedua bahunya, membawa wajah memucat itu untuk fokus kepada dirinya. Mata biru itu melihat tepat ke arah Nikolov."Ini bukan salahmu, dia pasti akan baik-baik saj