Share

Bab 4 "Paradise"

Selepas dari rumah papa dan mamanya, malam harinya Valdo bergegas menuju kafe yang biasa dipakai Shania untuk berkumpul dengan teman-temannya. Namun, kecewa harus didapat Valdo karena Shania sedang tidak berada di sana malam itu. Valdo kemudian mendekati barista yang merupakan teman Shania. Keadaan di kafe juga sedang tidak begitu ramai malam itu, menjadikan barista tersebut terlihat sedang tidak ada pekerjaan.

"Bro, Shania mana ya?" tanya Valdo kepada barista tersebut.

"Eh, Shania? Eee... tadi dia... dia..." barista berkacamata itu nampak ragu memberikan jawaban kepada Valdo.

"Iya, Shania. Kemana dia? Bukannya biasanya dia jam segini ada di sini ya?" desak Valdo lagi.

"Iya sih, tadi dia di sini sama teman-temannya. Tapi..." Barista itu masih enggan melanjutkan kalimatnya.

"Jangan-jangan dia clubbing lagi ya?" terka Valdo yang sudah hapal betul dengan perilaku kekasihnya itu.

"Nggak gitu juga. Tadi ada temannya yang ulang tahun, terus yang ulang tahun itu ngajak ke klub buat have fun. Shania ngikut aja kayaknya," terang barista tersebut.

Valdo menatap barista itu dengan tatapan curiga. Ia merasa tidak percaya dengan penjelasan orang itu.

"Beneran. Kalau nggak percaya, kamu datang aja ke Club Paradise. Tadi katanya mereka semua mau ke sana," jelas barista itu lagi untuk meyakinkan Valdo.

"Ya sudah. Thanks banget infonya, bro," sahut Valdo yang kemudian berjalan keluar dari kafe.

Ia segera masuk ke dalam mobilnya, dan suara ban mobil menggerus aspal kembali terdengar menuju Club Paradise.

Tak butuh waktu lama, sepuluh menit perjalanan sudah membawa Valdo sampai di klub malam yang cukup eksklusif itu. Di bagian depan bangunan yang sebagian besar berwarna hitam, terdapat lampu neon bertuliskan "Paradise" yang menyala dan kadang berganti-ganti warna. Di bagian pintu masuk klub tersebut juga dijaga oleh orang bertubuh kekar yang mengenakan earpiece di telinga kanannya.

Valdo mendekat dan sempat dicegah oleh penjaga itu. Penjaga tersebut memperhatikan Valdo untuk memeriksa apakah dirinya cukup umur untuk masuk ke dalam. Karena sangat jarang ke klub tersebut, Valdo sampai harus meyakinkan penjaga bermuka garang itu dengan menunjukkan tanda pengenalnya. Barulah setelah itu, penjaga tersebut memperbolehkan Valdo untuk masuk.

Valdo berjalan dan membuka pintu kaca berwarna hitam, yang mana kembali disambut lagi dengan pintu lainnya. Saat Valdo membuka pintu kaca, dirinya tidak mendengar musik dengan jelas, bahkan sangat lirih. Barulah ketika ia membuka pintu kedua, musik keras dengan dentuman bass yang menggetarkan jantung menghajarnya dan membuat dadanya bergetar.

Valdo memang kurang suka dengan klub malam meskipun dia juga terkenal cukup playboy di kampus, sampai akhirnya hatinya tertambat pada Shania. Gadis yang ternyata juga mendapat julukan di kampus dengan panggilan "Ratu Clubbing." Karena itu, suasana klub yang super berisik itu tak membuatnya nyaman.

Valdo menahan diri mendengarkan musik keras tersebut, sambil matanya menyapu tempat yang ternyata cukup luas itu. Di tengah ruangan yang agak turun ke bawah, terlihat banyak orang yang sedang menikmati musik dari sang DJ, yang sedang memainkan alat musik di depannya sambil sesekali berjoget mengikuti irama musik EDM.

Valdo tak menemukan Shania di sana dan pandangannya dialihkan ke pinggir. Di beberapa tempat, terlihat beberapa orang berkumpul. Valdo teringat kata barista bahwa Shania datang ke klub itu bersama teman-temannya untuk merayakan ulang tahun salah satu temannya.

Ia pun berjalan mendekat dan tidak mendapati Shania di sana. Valdo juga tak mengenal orang-orang di sana sebagai teman dari Shania. Kembali Valdo menyapu pandangannya ke sekeliling tempat itu, hingga akhirnya pandangannya tertuju ke lantai dua, di mana ia berhasil menemukan kekasihnya itu.

Valdo menaiki tangga besi menuju lantai dua, dan ia menemukan Shania sedang minum-minum dan bercanda gurau bersama teman-temannya, yang kebanyakan adalah pria.

Salah satu teman Shania melihat Valdo dan menyenggolkan lengannya pada Shania.

"Apa?" kata Shania pada temannya itu.

Pandangan Shania mengikuti pandangan dari temannya itu, dan ia terkejut melihat kekasihnya ada di sana. Shania segera meletakkan gelas yang ia pegang dan mendekati Valdo.

"Valdo? Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Shania dengan keras, karena suaranya harus bersaing dengan suara musik.

"Aku yang harusnya bertanya. Kamu ngapain di sini?" tanya balik Valdo.

"Temanku ada yang ulang tahun. Katanya dia mau merayakannya di sini. Ya sudah, aku ngikut aja," jelas Shania yang suaranya terdengar samar, namun masih tertangkap oleh Valdo.

"Aku mau bicara sesuatu," ucap Valdo.

"Bicara apa? Katakan saja di sini," balas Shania.

Valdo melihat sekelilingnya, dan ia tak menemukan tempat yang nyaman untuk bicara. Tak ada pilihan lain, Valdo pun memutuskan untuk mengatakannya di sana.

"Aku sebentar lagi menikah," ucap Valdo.

"Hah? Apa?" teriak Shania. Suara musik yang keras membuat suara Valdo tak sampai ke telinga gadis cantik yang nampak modis itu.

"Aku dijodohkan dan akan segera menikah," ulang Valdo, kali ini mengucapkannya langsung di telinga kekasihnya itu.

Seketika wajah Shania berubah. Ia menatap Valdo dengan serius selama beberapa detik, namun kemudian gelak tawa terdengar dari Shania.

"Kamu ada-ada saja, sayang. Aku belum mabuk, jadi masih sadar kalau kamu pasti lagi bercanda. Iya kan?" tanya Shania dengan harapan apa yang dikatakan Valdo adalah candaan semata.

Namun perlahan senyum itu menghilang dari wajah cantik Shania karena Valdo ternyata tak bergeming.

"Kamu serius? Serius kamu dijodohkan dan akan menikah? Kamu bercanda, kan?" tanya Shania dengan penuh harap.

Valdo menjawab dengan anggukan kepala, membuat Shania semakin yakin kalau kekasihnya itu tidak sedang bercanda.

"Valdo, ini benar-benar nggak lucu. Kenapa kamu tiba-tiba bicara soal ini? Terus hubungan kita bagaimana?" tanya Shania yang sudah nampak cemas.

"Jujur aku tidak tahu," jawab Valdo.

Suara musik kemudian terdengar semakin keras saja, seolah tak membiarkan pembicaraan Valdo dan Shania berlanjut.

"Aku pergi dulu. Tempat ini tidak enak untuk dipakai membicarakan soal ini," Valdo memutuskan untuk pergi dari sana.

"Valdo... tunggu!" seru Shania yang hendak mencegah Valdo untuk pergi.

"Shania! Kamu mau kemana? Kita mau tiup lilin nih!" panggil salah satu teman Shania yang di tangannya membawa kue ulang tahun yang dihiasi dengan lilin yang menyala, menunggu untuk dipadamkan dengan tiupan orang yang sedang merayakan ulang tahunnya.

Shania bingung dibuatnya. Di satu sisi, ia ingin mengejar Valdo dan membicarakan masalah mereka lebih lanjut. Namun di sisi lain, teman-temannya memanggilnya untuk kembali berpesta bersama mereka. Dilema mendalam pun melanda Shania.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status