“Sepertinya sudah tidak ada yang bisa di lakukan lagi untuk sidang perceraian. Tapi saya akan berjuang agar laporan tindak pidana yang kalian lakukan itu bisa di cabut dengan melakukan upaya damai dengan pihak Dayana. Dan jika mereka menolak untuk damai, maka saya akan berjuang supaya kalian hanya menjadi tahanan kota saja dengan membayar uang jaminan bahwa kalian tidak akan kabur,” lanjut Handoko seraya menatap Martina dan Andre bergantian.
“Jika sudah menjadi tahanan kota, kalian masih bebas bepergian di kota Jakarta, tapi kalian tidak bisa pergi keluar kota atau luar negeri saja. Kalian harus tetap ke kantor polisi untuk wajib lapor,” jelasnya lagi.
Chandra, Martina dan Andre hanya bisa diam tanpa kata mendengarkan penjelasan dari Handoko. Mereka tenggelam dengan pikiran masing-masing.
"Jika kita meminta jalan damai, jangan-jangan perempuan tidak tahu diri itu akan minta harta gono gini atau ga
Chandra dapat memastikan sebelumnya, jika beberapa kontrak kerja sama milik Aji di batalkan oleh beberapa perusahan besar yang menjadi tulang punggung perusahaannya, bisa di pastikan kondisi keuangan perusahaan itu akan goyah.Dengan mengandalkan hubungan baik dan koneksinya, Chandra berhasil meminta pemilik dari 8 perusahaan besar menghentikan kerjasamanya dengan perusahaan Adiwilega.Tidak perlu menunggu waktu lama untuk melihat kehancuran perusahaan Adiwilaga. Kerja sama dengan sejumlah klien kecil-kecil yang lain pasti tidak akan mampu menutup untuk biaya operasional dan membayar pegawai.Tapi, sayangnya hingga saat ini Aji bahkan tidak menghubungi untuk meminta bantuannya seperti sebelumnya.Martina tampak terlihat resah, “Kok aneh ya, Pah. Gak biasanya kaya gini. Yang dulu-dulu dia akan selalu cari kita untuk minta bantuan. Apa dia sungkan karena anaknya yang sundal itu menggugat cerai an
Elvan bangun pagi sekali meski hari ini ia tidak pergi ke kantor karena hari Sabtu. Tapi meski begitu, ketika ia keluar dari dalam kamar ia bisa langsung mencium aroma masakan yang sedang di masak.‘Dia sudah bangun…’ gumam Elvan dalam hati. Elvan kemudian berjalan melewati koridor untuk melangkah ke dapur.Dan benar saja saat di dapur ia bisa melihat Aya yang sedang berkutat dengan peralatan dapur untuk memasak sarapan bagi mereka berdua.Awalnya Aya tidak menyadari kedatangan Elvan di dapur. Hingga Elvan menyapa dirinya, “Selamat Pagi…”Seketika Aya menoleh pada Elvan yang sedang mengambil gelas lalu mengambil air minum, kemudian memberikan sebuah senyuman, “Pagi…” balasnya. Lalu Aya kembali berkutat dengan pekerjaannya. Dan Elvan duduk di kursi yang ada di dapur dengan segelas air di tangannya.Elvan meneguk minumannya hingga tandas, dan menaruh gelas kosong di atas meja di hadapannya.Ia tampak memperhatikan Aya dari belakang yang sedang sibuk memasak.“Sebentar lagi makanannya ak
Mobil yang di kendarai Elvan akhirnya memasuki sebuah pelataran mall yang di tujunya. Mall yang beaar di bilangan Jakarta, dan beberapa kali juga Aya sudah pernah datang ke Mall ini.Aya masih merasa was-was untuk turun dari mobil ketika Elvan sudah memarkirkan mobilnya.Baru saja Aya melepas sabuk pengamannya dengan wajah yang terlihat begitu tegang.Lagi-lagi Elvan bisa melihatnya. Selepas ia melepas sabuknya, Elvan berkata pada Aya, “Masih takut?”Aya langsung menoleh pada Elvan kemudian mengangguk pelan.“Jangan khawatir tenang saja…”“Aku akan mencobanya,” sahut Aya pelan.Elvan tersenyum tipis, “Ayo turun!” ajaknya kemudian seraya mulai membuka pintu mobil di sisinya. Setelah Aya mengangguk kemudian ia menyusul Elvan dan berjalan di sampingnya.Mereka berdua
“Wow… kencan Lu?!!” tanya Andrew dan langsung ikut duduk di kursi Elvan dan Aya.Tatapan mata Andrew langsung tertuju pada wanita yang berada bersama dengan Elvan. Andrew tampak mengamatinya.“Tunggu!! Kok kayanya gue familiar!!” seru Andrew heboh.Elvan memutar bola matanya jengah, “Diem aja Lu!! Sana pergi!!” usir Elvan.Andrew terkekeh geli, “Pergi? Gila aja Lu! Ini pemandangan yang gak boleh di lewati!”Elvan menghela napas panjangnya, “Ndrew, Lu pergi deh, atau gue pecat. Mau?” ancam Elvan.“Ck! Ancaman Lu gak berubah, ini kan bukan jam kerja. Inget ini Sabtu, libur!” sanggah Andrew membela dirinya.Elvan hanya bisa mendengus.Andrew langsung mengulurkan tangannya pada wanita yang bersama Elvan, “Hei Cantik, ayo kenalan. Aku Andrew, asisten, w
Chandra marah bukan main pagi ini, karena baru saja ia mendapatkan laporan dari orang suruhannya.“Kurangg ajarrr!! Pantas saja dia tidak meminta tolong padaku!!!” geram Chandra penuh emosi.Ia baru saja mendapatkan laopran jika Aji mendapatkan tawaran kerja sama dari perusahaan asing dari Singapore dengan nominal kontrak yang sangat besar. Nilai kontraknya sama dengan nilai kontrak ke lima perusahaan yang membatalkan kontrak dengannya.Perusahaan Aji akan melakukan export besar-besaran ke Eropa. Chandra yakin setelah itu perusahaan Aji akan semakin stabil dan bisa saja berkembang.Bukan hanya itu, Aji juga menggunakan jalur hukum untuk menuntut ke lima perusahaan yang membatalkan kontrak dengannya secara sepihak. Chandra yakin, sebentar lagi mereka akan menghubunginya dan meminta pertanggung jawaban darinya.Bagaimanapun tindakan mereka memang sudah melawan hukum.
Pagi ini persidangan selanjutnya di laksanakan. Yang merupakan pembelaan atau duplik yang di buat oleh pihak Aya atas tuduhan dari pihak Andre di sidang sebelumnya.Begitu bukti foto dan video di keluarkan, hingga Andre melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.Alangkah terkejutnya dirinya. Selama persidangan, meski dia sudah di wakili oleh pengacaranya. Andre memilih untuk tetap menghadiri persidangan tersebut dengan ibunya--Martina.Ia sangat shock, dengan tangan yang gemetar ia memegang sebuah foto dengan ukuran 4R. Di foto tersebut terlihat jelas luka yang berada di punggung Aya. Sangat jelas, hingga ia bisa melihat bagian-bagian luka yang memanjang dan tampak sedikit basah. Kemudian luka lebam keunguan hingga yang hampir menguning.‘Ini tidak mungkin, aku hanya memukulnya dengan ikat pinggang saja beberapa kali. Tapi aku tidak menyangka akan seperti ini!’ seru Andre dalam hati.Kemudian ia mencoba mengingat-ingat kejadian malam itu di mana ia begitu marah dan tersulut emosi, kare
Di saat ibunya terus mendumel. Andre hanya bisa diam tanpa kata. Termasuk saat mereka sampai di rumah yang langsung di sambut oleh Chandra.“Bagaimana?” tanya Chandra.Andre menggeleng lemah, sedang Martina hanya bisa diam dengan wajah yang merah padam menahan emosi. Lalu mereka bertiga berjalan menuju ruang keluarga dan melanjutkan pembicaraan mereka di sana.“Kita udah gak bisa ngelak lagi, Pah!” seru Martina.“Bukti visum wanita Sundal itu udah sangat jelas dan terbukti sah!” dengusnya kesal.Chandra diam ia mengeratkan genggaman tangannya.Martina menoleh pada Andre. “Kenapa kau bisa lupa memukuli wanita Sundal itu sampai separah itu, hah?” Martina tak mampu lagi menahan emosinya.Andre yang sedari tadi menunduk mulai mengangkat wajahnya.“Andre gak tahu Mah, Andre perasaan mukul dia pelan, gak pake tenaga,” jelas And
Tentu saja Aya menolaknya, tidak mungkin ia memeluk Elvan dalam keadaan sadar begini. Jika tadi, ia benar-benar tidak sadar memeluk Elvan begitu saja karena terlalu bahagia mendengar hasil persidangannya hari ini.Aya yakin jika pipinya kini pasti memerah, karena ia bisa merasakan wajahnya memanas.Elvan kini menyadari kekikukkan yang terjadi di antara mereka berdua. Hingga, ia sedikit berdeham untuk meredakan kecanggungannya. Lalu ia kembali membuka mulutnya.“Apa kamu tidak mencoba untuk menghubungi keluargamu? Ku rasa sekarang mereka sudah tahu dengan keadaanmu yang sebenarnya,” ujar Elvan.Aya langsung mengangkat kembali wajahnya, dan Elvan bisa melihat pipi Aya yang merona.Aya kembali menggigit bibir bawahnya yang membuat Elvan harus menahan napasnya sejenak.“Hmm… sebenarnya aku mau sih, tapi… kau tahu sendirikan Ayahku seperti apa? Dengan alasan apapun pasti dia tida
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka
Andrew yang sudah membaringkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur kembali mendudukkan tubuhnya lalu meraih ponselnya. Kemudian ia mengetikkan sesuatu di sana.Andrew : Bocil udah tidur belum?Metta yang hampir terlelap kembali terbangun karena ponselnya berbunyi, saat ia memeriksanya rupanya pesan dari Andrew. Seketika rasa kantuknya hilang begitu saja.Metta : Baru mau tidur, Kak. Kenapa?Andrew : Traktir akunya besok aja ya, kamu kan gak mungkin latihan dengan kondisi perut kamu yang masih sakit.Seketika mata Metta membulat, karena ia tahu persis kondisi tubuhnya. Semuanya baik-baik saja, dan datang bulan itu hanyalah kebohongan.Metta : Tapi Kak, besok pasti udah gak apa-apa kok.Andrew : Masa kamu lagi datang bulan mau olah raga berat sih? Ngaco deh…“Aduhhh alesan apa yaa buat nolaknya,” gumam Metta yang terus menatap layar ponselnya.Andrew : Pokoknya besok aku jemput ya, jadi gak usah pake motor ahh panas!Metta : Tapi Kak aku mau latihan aja.Andrew : Gak usah deh, kan lagi sak
Saat makan malam berlangsungpun Metta masih sedikit berbicara, dan semua itu karena keberadaan Andrew. Tapi Andrew terlihat biasa saja. Ia berbincang santai dengan Elvan dan Mahanta. Demikian juga Soraya dan Aya yang menyimak pembicaraan mereka sambil sesekali menimpalinya.“Ta, kenapa kamu diem aja?” tanya Aya yang merasa ada sedikit perbedaan dalam diri Metta yang sejak tadi siang menemani dirinya.“Hehe, gak ada apa-apa, Kak!” sahut Metta.“Metta lagi gak enak perut, lagi dateng bulan katanya…” imbuh Andrew tiba-tiba.Seketika Metta menoleh pada Andrew.“Ohh… pantes aja tadi sore kamu biasa aja, sekarang malah diem mulu,” ujar Aya."Barusan dapet?" bisik Aya pada Metta.Metta yang sudah menatap kakaknya hanya bisa mengangguk dan tersenyum kaku, padahal kan itu hanyalah kebohongan. Dan ia tidak menyangka Andrew akan menyahutinya seperti itu."Udah pakai pembalut?" bisik Aya lagi."Udah. Bawa di tas, Kak," jawab Metta dengan bisikan.“Kalau kamu gak enak badan, kamu nginep aja di sin
Sejak kejadian di kampus Metta dua minggu yang lalu, Andrew merasa sedikit aneh. ‘Sudah lama Si Bocil itu gak gangguin gue lagi, tapi baguslah telingaku udah gak sakit karena kebisingan suara dia!’ ujar Andrew dalam hatinya.Memang sejak kejadian setelah mereka bertemu dengan Bagas dan Tasya, Metta sama sekali tidak menghubunginya lagi. Bahkan seperti hilang ditelan bumi. Bukan hanya itu, sudah dua kali hari Sabtu, Metta juga tidak mengajak dan memaksanya untuk ikut latihan di sasana seperti sebelum-sebelumnya.“Aneh sih emang, apa dia marah gara-gara gue cium itu? Kan gak jadi buat benerin yang romantis juga, ngapain juga dia marah dan ngilang kaya gini? Cewek lain malah suka gue cium, malah pada nagih,” dengus Andrew.“Ck! Dia gak rasain permainan gue sih, orang cuma nempel aja, kalau udah serius dan rasain pasti dia minta, ck ck dasar bocil bocil…” decak Andrew seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka, dan Andrew melihat Elvan yang sudah berdiri di
Sebagai seorang laki-laki, Bagas masih berusaha untuk menjaga harga dirinya. “Ya, mungkin gosip itu terlalu berlebihan, dan gue emang gak pernah lihat Metta dengan wanita. Tapi, alasan dia terus menolakku dan tak pernah dekat dengan laki-laki lah yang menimbulkan kecurigaanku!” ujar Bagas.“Dengan kata lain itu cukup untuk menjadi dasar jika dia memiliki kelainan,” tambahnya.Andrew menyeringai kembali. “Jadi Lu anggap gue apa, hah? Kan gue udah bilang kalau gue kekasihnya Metta.”Bagas kini dengan berani menatap wajah Andrew, “Dari gesture tubuh kalian, sepertinya tidak terlihat jika kalian itu adalah pasangan. Gue yakin kalian hanya pura-pura saja, bantu dia.”‘Dasar, Bocah! Kayanya dia pro player nihh, sialan! Ck! Gue buaya masa bisa kalah sama kadal kecil kaya nih bocah!’ dengus Andrew.“Lu mau bukti apa? Sampe Lu percaya kalau kita emang pacaran, hemm?” tantang Andrew seraya menarik lengan Metta agar ia kini berada tepat di sampingnya dan menempel pada dirinya. Andrew-pun langsun
Andrew dan Metta menyembunyikan diri mereka terlebih dahulu, hal ini agar Bagas tidak melihat mereka dari kejauhan kemudian kabur dan tidak jadi menghampiri Tasya.“Kak…”“Hmmm?”“Kakak yakin gak Bagas bakal datang atau gak?” tanya Metta.“Aku sih yakin dia dateng,” sahut Andrew kemudian.Metta kemudian mengangguk pelan. "Iya sih, tadi denger omongannya Tasya di telepon sangat meyakinkan. Harusnya dia datang," gumamnya.“Hhmm.... Aku gak nyangka ternyata bocil kaya kamu punya fans garis keras juga,” ledek Andrew kemudian.“Dihh.. mana ada? Kakak kira aku bangga gitu ditaksir sama Bagas? Aku ngeri liat dia kali Kak," sahut Metta.Satu alis Andrew terangkat, "Kenapa? Fans kamu itu jelek ya?!" "Gak sih, cuma gak tau kenapa sejak awal, aku udah gak suka aja di deketin sama dia. Masak baru ketemu dua kali di luar kampus, dia udah nembak aku. Dan matanya itu kalo liatin aku kaya gimana gitu... Aku gak suka dan risih. Apalagi setelah kejadian itu, aku bener-bener takut dan lebih milih ngehi