Tanpa di duga oleh Elvan sebelumnya, hari ini sekitar pukul 10 pagi ayahnya kembali datang ke kantor, dan kini ia sudah ada di ruangannya. Duduk di kursi yang biasa Elvan tempati, dan menatapnya dengan serius.
“Apa kau tahu? Mamihmu marah saat kau pergi begitu saja dari rumah semalam,” ujar Mahanta membuka pembicaraan.“Aku bisa menebaknya, Dad…” sahut Elvan.“Lalu?” tanya Mahanta singkat.Elvan menatap ayahnya dengan serius, “Aku tetap pada pendirianku!” tegas Elvan.Terlihat Mahanta menghembuskan napas beratnya. Sebagai seorang ayah sekaligus suami, Mahanta sangat mengenal karakter istri dan putranya ini. Jika mereka berdua sudah berkeinginan maka akan sulit untuk dipatahkan. Dan kali ini, keinginan mereka bertentangan.“Mamihmu, gak akan bisa luluh begitu saja, dan sepanjang malam dia memikirkanmu terus…” TerlihAya dan Elvan sudah bangun sangat pagi, seperti biasanya Aya menyiapkan makanan untuk sarapan mereka berdua. Dan tak lama kemudian mereka membersihkan tubuhnya mereka. Tak banyak pakaian yang dibawa karena mereka hanya akan menginap satu hari saja di villa, jadi hanya Aya yang membawa koper. Sedangkan Elvan masih memiliki pakaian di villa.Sekitar setengah jam lagi mereka akan berangkat, kini mereka masih duduk santai menikmati teh mereka di depan televisi. Beberapa kali Elvan juga menerima panggilan dari rekan kerjanya termasuk Andrew. Meski hari libur tapi tetap saja ada beberapa pekerjaan yang harus di bahas olehnya.Aya hanya duduk manis di samping Elvan dan menemaninya. Ia sama sekali tidak terganggu dengan kesibukan Elvan. Aya sudah sangat menyadarinya, jika Elvan adalah orang penting dan harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.Sesekali Aya menoleh pada Elvan, dan mendengarkan apa yang sedang di bicarakannya, dan Aya menutup mulutn
Soraya sedikit bisa menilai karakter wanita muda yang ada di hadapannya ini. Ia tahu jika wanita ini masih berusia sekitar 25 tahun, dan di umurnya sekarang ia harus menyandang status janda sebentar lagi setelah keputusan sidang keluar. Soraya bisa memastikan gugatannya akan di kabulkan, jika melihat pemberitaan yang ada di luar sana.Wanita ini memiliki wajah yang lembut diluar harus Soraya akui jika memang ia memiliki paras yang cantik.‘Pantas saja Elvan tergoda…’ serunya dalam hati. Lebih cantik dari pada saat ia lihat di foto yang ada di media. Meski tampak sedikit lebih kurus.Tapi wanita ini juga memiliki keberanian yang cukup meski awal-awalnya ia terlihat takut-takut. Dia juga memiliki ketenangan yang baik, dan beberapa kali berusaha menenangkan Elvan yang mulai menggebu.‘Wanita muda yang menarik, tapi aku tidak suka dengan statusnya…’Soraya sempat milihat pada tangan putranya yang masih menggenggam tangan wanita bernama Dayana ini, tanda ia siap melindungi dari siapapun.“
Jujur saja Soraya merasa terguncang dengan apa yang di jelaskan oleh Aya. Ia masih tak menyangka hal itu terjadi. Apa yang di alami wanita muda ini begitu sangat berat.‘Pantas saja ia ingin bercerai dengan suaminya, padahal mereka di jodohkan…’ lirih Soraya dalam hati.Soraya sempat terdiam beberapa saat, hingga Aya memutuskan untuk pergi ke dapur dan membawakan segelas air. Ia sampai lupa untuk menyuguhkan minuman pada ibunya Elvan.Saat minuman ada di depannya Soraya langsung meminumnya hingga sisa setengahnya, ia merasa sangat shock.Hingga beberapa menit kemudian, setelah dirinya merasa tenang Soraya kembali membuka mulutnya.“Mamih gak bisa ngomong apa-apa lagi terhadap hubungan kalian!” ujarnya.Soraya tampak memejamkan matanya sejenak kemudian memijat keningnya pelan. Sungguh rasanya tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing.“Ini bukan artinya Mamih l
Sepeninggal ibunya dari apartementnya, Elvan dan Aya hanya bisa terdiam sesaat. Mencoba kembali mencerna apa yang baru saja terjadi pada mereka. Mencoba memastikan jika yang tadi bukanlah mimpi.“Ibumu baik, awalnya ku pikir akan sangat menakutkan…” lirih Aya membuka suara.Elvan menoleh pada Aya kemudian menatapnya, “Mamih memang begitu,” balas Elvan.Aya tersenyum lembut, “Aku hampir tidak menyangka jika ini terjadi. Lebih cepat dari dugaanku.”Elvan menganggukinya, Elvan menganggukinya, “Maafkan aku, sebenarya saat pulang ke rumah dua hari yang lalu, aku membicarakan hal ini dengan orang tuaku, karena siang harinya Dad mendatangiku di kantor. Dad sudah tahu keberadaanmu dan keterlibatanku pada masalahmu.” Elvan mencoba untuk jujur pada Aya“Oh… jadi begitu rupanya…”Elvan mengangguk, “Aku tidak bermaksud untuk membohongimu, aku akan mengatakannya tapi tidak dalam waktu dekat. Tapi, ternyata Mamih keburu datang ke sini karena ingin menemuimu secara langsung.”“Aku mengerti… tidak us
Elvan membelai lembut punggung Aya tanpa terhalang apapun karena ia sudah narik turun resleting dress yang di gunakan oleh Aya. Sedangkan lidahnya terus memagut lembut lidah Aya.Lidah bertemu lidah dan saling bertautan, hingga membuat sesuatu bergejolak di tubuh Aya. Ia melengkungkan tubuhnya ke tubuh Elvan. Dadanya menekan keras dada Elvan. Pinggul mereka berhimpitan.Aya bisa merasakan tubuh Elvan yang bergairah dan secara naluriah semakin mendekatkan tubuhnya pada Aya dan menekannya.Aya nyaris tidak menyadari, jika Elvan mulai melorotkan lengan dress yang di kenakannya, hingga pundaknya kini terekspose dengan sempurna. Udara dingin yang berasal dari AC menyentuh kulit Aya yang panas membara, bahkan kulit Aya yang putih sudah tampak kemerahaan.Aya hampir memekik, saat Elvan meloloskan bagian atas dress nya dan menariknya ke bawah, meloloskan di kedua sisi lengannya hingga bagian atasnya terbuka dengan bebas. Menyisakan b
Rabu siang, di kantor Elvan menunggu kabar dengan harap-harap cemas. Tentu saja ia cemas karena hari ini adalah sidang putusan atas gugatan perceraian Aya.Hingga pukul 11 siang, Ryan belum menghubunginya sama sekali.Sejak tadi ia hanya bisa diam dan merenung, berharap jika Ryan segera menghubunginya secepatnya. Meski ia sudah bisa memastikan jika hakim akan mengabulkan gugatan Aya, tapi tetap saja ia merasa cemas jika belum bisa mendengar hasil tersebut dengan langsung.“Duh… otakku gak bisa fokus!” gerutu Elvan pelan.Elvan mencoba untuk mengerjakan pekerjaannya, ada beberapa berkas yang sejak tadi tersimpan di atas mejanya, untuk ia periksa kemudian tanda tangani. Tapi karena menunggu kabar membuatnya kesulitan untuk berkonsentrasi.Elvan kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil salah satu berkas kemudian membukanya dan mulai membacanya dengan hati-hati. Ada beberapa kesalahan dalam laporan
Kemarin Elvan langsung menghubungi ibunya dan memberitahu mengenai hasil keputusan sidang Aya.Dan Soraya ikut senang mendengarnya. Sesuai dengan prediksi, gugatan Aya dikabulkan oleh Pengadilan dan kini Aya sudah resmi bercerai dari Andre Sanjaya, hanya tinggal menunggu proses pembuatan akta cerainya saja.Soraya melihat perubahan yang signifikan dalam diri putranya. Ia kembali terlihat bahagia seperti dahulu. Dan Aya lah yang membuatnya kembali seperti ceria seperti dulu.Pukul 10 pagi, Elvan mendapatkan panggilan dari ibunya bahwa ia akan datang ke apartement dengan seorang dokter kenalannya untuk memeriksa luka Aya.“Mamih mau ke apartement?” tanya Elvan.“Iya, ini Mami udah di jalan, sama dokter, baru aja jemput dokter Hanny,” sahut Soraya.“Ohh… ya udah Elvan pulang aja, mau lihat,” seru Elvan.“Lah… kerjaan kamu gimana?” tany
Suasana keluarga Sanjaya sehari setelah putusan Pengadilan masih sama seperti hari kemarin. Bahkan, siang ini masih terlihat beberapa wartawan yang menunggu mereka di depan gerbang rumah mereka. Beberapa wartawan tampak mengambil gambar kediaman keluarga Sanjaya.Dan Chandra tampak murka karena kejadian ini, mobil Andre pagi tadi saat pergi ke kantor tak luput dari kejaran mereka. Bahkan ketika Andre sampai di kantor, ia bisa melihat beberapa wartawan yang mencoba mengejarnya tapi di hentikan oleh security.Sudah jelas beberapa karyawan kembali menggosipkan dirinya akan gugatan sidang tersebut yang akhirnya di menangkan oleh mantan istri. Dengan begitu terbukti bahwa keluarga Sanjaya memang melakukan kesalahan.“Pokoknya di rumah ini udah gak boleh sebut nama dia lagi!” ujar Chandra saat ia mengumpulkan semua anggota keluarganya di ruang keluarga sesaat setelah Handoko menyampaikan hasil putusan sidang padanya melalui panggilan telepon.Andre dan Martina tidak hadir dalam sidang putus
Andrew menitikkan air mata untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang bisa ia ingat, saat ia mendengar suara tangisan putrinya yang baru saja lahir ke dunia ini.Kini ia resmi menyandang status sebagai seorang ayah.Ya, anaknya adalah seorang perempuan, sesuai dengan hasil pemeriksaan USG beberapa bulan yang lalu. Hingga dirinya dan Metta menyiapkan segala kebutuhan untuk putri mereka.Baik Andrew ataupun Metta tidak mempermasalahkan apakah mereka akan memiliki seorang putra ataupun putri. Semua anak sama saja, dan mereka akan mencintainya dengan setulus hati. Saat mereka memberitahu hasil USG pada Peter beberapa bulan yang lalu, ia menyambut dengan sangat gembira. Peter dulu sangat menginginkan anak perempuan yang menurutnya sangat menggemaskan jika memakai baju anak yang lucu-lucu tapi istrinya tidak bisa hamil lagi karena ada kanker di rahimnya hingga akhirnya merenggut nyawanya. Peter juga sudah diberitahu perkiraan hari kelahiran cucu perempuannya dan ia akan mengajukan cuti jauh
Selama seminggu ini Andrew berusaha untuk menjadi suami siaga, karena menurut perkiraan Metta akan melahirkan minggu ini. Elvan sendiri memberikan keringanan untuknya agar tidak terlalu lama berada di kantor ataupun datang ke kantor. Andrew hanya datang ke kantor sesekali saja, ia lebih banyak bekerja di apartement dan mengirimkan laporan via email pada Elvan.Bahkan pekerjaan keluar kota ataupun yang agak jauh dari Jakarta, semua di handle oleh Elvan.Seperti biasanya, Andrew saat ini berada di ruang keluarga. Ia menyalakan laptop miliknya dan bekerja di sana. Sesekali ia melakukan panggilan video dengan Elvan atau sekretarisnya, membicarakan pekerjaan mereka.Sedangkan Metta menemani Andrew dengan duduk di sofa, ia menselonjorkan kakinya ke atas sofa yang mulai terasa pegal. Bahkan kakinya tampak sedikit membengkak. Metta sudah tidak bisa banyak bergerak dengan perutnya yang besar, seakan hendak meledak.Metta sedikit meringis, saat ia bergerak untuk mencari posisi yang nyaman untu
Andrew langsung meraih tangan Metta dan menghadangnya, “Mau kemana? Udah duduk aja di sini, kenapa?” seru Andrew pada istrinya.“Aku mau turun, Kak!” seru Metta.Kening Andrew berkerut, “Ke lintasan?” tanyanya hampir tak percaya. Saat ini mereka berdua sedang berada di sirkuit. Karena Metta yang memaksa Andrew untuk menonton balapan yang ada di sirkuit hari ini. Dari pada membuat istrinya kembali sedih seperti beberapa bulan yang lalu, Andrew memilih untuk mengabulkan permintaan istrinya ini.Metta mengangguk antusias, “Iya dong, biar aku bisa liat dengan jelas motor mereka!” ujar Metta seraya menunjuk ke arah seorang pembalap yang masih berdiri di samping motornya dengan seorang mekanik. Pembalap itu tampak membicarakan sesuatu.“Aduhhhh! Itu terlalu dekat, kalau Sayangnya aku keserempet gimana? Aduhhh…” seru Andrew. “Ya gak dong, Kak. Aku kan di pinggir bukan ke tengah lintasan!” ujar Metta.“Gak boleh pokoknya gak boleh! Udah duduk manis aja di sini ya, ini udah keliatan jelas lo
Saat Andrew pulang ke apartement, ia merasa ada yang berbeda dengan istrinya tersebut. Metta menyambut kepulangannya dengan lembut dan seperti biasanya. Tapi, Andrew merasa jika senyuman Metta tampak hambar, bahkan tatapannya tampak kosong.Awalnya Andrew mengira mungkin Metta hanya kelelahan saja. Sejak Metta hamil, Andrew memang terbiasa membawa makan malam dari luar jika ibu mertuanya tidak datang menemani Metta. Karena Mama Hilda yang akan menyiapkan makanan, ia hanya tinggal menghangatkannya saja.Saat makan malampun, Metta masih menjawab setiap pertanyaannya dengan baik. Berbincang seperti biasanya, hanya saja Andrew masih merasa sedikit aneh dengan istrinya tersebut.Hingga sebelum waktu tidur, Andrew membuatkan susu untuk Metta. “Mau tidur sekarang?” tanya Andrew setelah menyimpan gelas bekas minum susu di meja.Metta mengangguk, “Iya, Kak. Aku mau tidur aja, agak ngantuk,” jawab Metta.Andrew mengangguki ucapan Metta, kemudian membantu menyelimuti tubuh Metta. Agar istri dan
Satu bulan berlalu, seharusnya di mana Metta sudah masuk kuliah di semester yang baru. Kini ia hanya bisa diam di dalam apartement. Bahkan hanya untuk keluar apartement dengan berjalan kaki menikmati fasilitas yang ada di gedung ini atau ke pertokoan dan mini market yang ada di sekitar apartement, ia harus lebih dahulu memberitahukan pada Andrew yang berada di kantor. Jika sudah sampai apartement lagi, Andrew pasti akan menghubunginya.Sejak hamil, Andrew juga melarang Metta untuk datang ke cafe Aya kecuali bersama dirinya. Ia tidak mau Metta kelelahan atau terpeleset saat membantu kesibukan di cafe. Andrew memang lebih protektif pada Metta demi kebaikan Metta dan kandungannya.Metta membaringkan tubuhnya di sofa sambil menatap ke arah jendela, ia menghembuskan napas panjangnya dengan tangan yang mulai membelai lembut perutnya. Perutnya masih terlihat rata, tapi beberapa celana mulai terasa sesak ketika di gunakan. Metta sendiri sudah tidak menggunakan celana jeans karena sudah mulai
“Gue hebat, kan? Tiga minggu-an udah jadi!” bangga Andrew pada Elvan, kini mereka berdua berada di taman belakang. Sedangkan yang lainnya menemani Metta di dalam dan mengobrol mengenai kehamilannya. Metta masih sangat muda dan tomboy sehingga Aya, Hilda dan Soraya memberikan ekstra perhatian dan wejangannya. Sementara Aji dan Mahanta ngobrol di ruangan kerja.“Bangga Lu? Gue juga gak lama kali!” dengus Elvan.“Iya emang gak lama, tapi cepetan gue kan?” Andrew masih begitu bangga, “Tokcer banget kan?”“Dih dasar, bukan itu yang harus Lu perhatiin sekarang, tapi kondisi istri Lu sama calon anak Lu!” seru Elvan mengingatkan.“Iyalahh, kalau itu gue dah paham bangettt! Tadi aja abis dari rumah sakit gue udah borong susu hamil banyak-banyak!” seru Andrew.“Bukan cuma itu! Tapi mulai sekarang Lu perhatiin Metta baik-baik, kebutuhan dia juga perhatian dia, biar anak kalian tumbuh dengan baik. Selalu anter Metta juga kalau mau periksa ke dokter,” ujar Elvan.“Gua paham!” seru Andrew.Elvan j
Dokter hanya bisa tersenyum kemudian menggeleng kecil, ia tak mengerti kenapa suami pasiennya tampak sangat kebingungan seperti saat ini dan memberikan pertanyaan konyol.“Tentu saja istri Anda yang hamil, Pak.” tanya dokter pria berusia sekitar 40 tahunan tersebut.“Saya akan memberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan saat ini juga agar di berikan vitamin untuk kehamilan,” lanjut dokter tersebut seraya mulai menuliskan sesuatu di atas kertas.Andrew hanya bisa terbengong-bengong, begitu juga dengan Metta. Tapi Metta sudah mengerti sejak awal, hanya saja mulutnya tampak kaku dan terkunci rapat hingga tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Beberapa detik kemudian Andrew seperti sadar dari pikiran kosongnya. “Jadi maksud dokter istri saya hamil? Gitu?” tanya Andrew tak percaya dan sedikit heboh.“Betul, Pak. Yang hamil, gak mungkin saya juga, kan?” tanya balik dokter tersebut.Kebahagiaan tak bisa dibendung lagi oleh Andrew, jika bisa berteriak ia sudah pasti bert
“Kamu ini gimana sih, Ndrew?! Istri sakit bukannya di perhatiin?!” tegur Soraya begitu Andrew masuk ke dalam ruang kerja milik Aya. Di mana saat ini Metta sedang duduk di sofa, seraya menghirup minyak angin dengan aroma theraphy, agar rasa pusing di kepalanya mereda. Bahkan Metta juga merasa mual.“Pagi tadi baik-baik aja, Mih,” ujar Andrew seraya menghampiri Metta dan duduk di sampingnya kemudian memeriksa keadaan Metta.“Sayangnya aku kenapa? Yuk ke dokter,” ajak Andrew panik melihat raut wajah Metta yang tampak amat lesu dan pucat.“Masuk angin tuh kayanya!” dengus Soraya kesal, “Kamu ajak Metta ngapain sih sampe kaya gitu?!”“Duh, Mih. Masa Andrew ceritain sih!” sahut Andrew. Soraya hanya bisa mendengus seraya memutar bola matanya jengah. “Dasar anak muda, kalau apa-apa tuh gak pake aturan! Maen trabas aja sih! Pake kira-kira dong, udah gini kan orang tua juga ikut khawatir!” desis Soraya.“Iya iya, Mih. Pokoknya Andrew mau bawa Metta dulu ke rumah sakit!” sahut Andrew.Metta men
Beberapa menit yang lalu Soraya datang ke cafe milik menantunya, dengan membawa Arka--cucunya yang digendong oleh pengasuhnya. Awalnya Soraya memang baru saja pulang dari rumah temannya, di mana anaknya baru saja pulang dari rumah sakit setelah melahirkan cucu teman Soraya.Soraya sengaja membawa Arka, karena ia menengoknya di rumah bukan rumah sakit. Jika masih di rumh sakit Soraya tak akan mengajak Arka. Lagipula Soraya tidak bisa meninggalkan Arksa sendirian dengan pengasuh saja, di mana ibunya saat ini sedang sibuk di cafe. Jadi Soraya membawa Arka.Maka dari itu Soraya mampir dan ingin melihat langsung cafe milik menantunya ini. Cafe ini sudah berjalan 3 bulan lamanya sejak pembukaan. Setelah pembukaan hanya sesekali Soraya datang. Karena ia fokus untuk ikut mengasuh dan mengawasi Arka di bawah asuhan pengasuhnya selama Aya fokus merintis cafe barunya ini.Soraya sendiri sudah mendengar mimpi Aya, baik dari Elvan atau Aya secara langsung. Jadi selama dua bulan ke belakang memang