Beranda / Romansa / Cinta Yang Sesungguhnya / 103. Sepertinya Aku Harus Belajar...

Share

103. Sepertinya Aku Harus Belajar...

Penulis: S.Rustandi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jujur saja Soraya merasa terguncang dengan apa yang di jelaskan oleh Aya. Ia masih tak menyangka hal itu terjadi. Apa yang di alami wanita muda ini begitu sangat berat.

‘Pantas saja ia ingin bercerai dengan suaminya, padahal mereka di jodohkan…’ lirih Soraya dalam hati.

Soraya sempat terdiam beberapa saat, hingga Aya memutuskan untuk pergi ke dapur dan membawakan segelas air. Ia sampai lupa untuk menyuguhkan minuman pada ibunya Elvan.

Saat minuman ada di depannya Soraya langsung meminumnya hingga sisa setengahnya, ia merasa sangat shock.

Hingga beberapa menit kemudian, setelah dirinya merasa tenang Soraya kembali membuka mulutnya.

“Mamih gak bisa ngomong apa-apa lagi terhadap hubungan kalian!” ujarnya.

Soraya tampak memejamkan matanya sejenak kemudian memijat keningnya pelan. Sungguh rasanya tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing.

“Ini bukan artinya Mamih l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Yang Sesungguhnya   104. Emang Kamu Gak Mau?

    Sepeninggal ibunya dari apartementnya, Elvan dan Aya hanya bisa terdiam sesaat. Mencoba kembali mencerna apa yang baru saja terjadi pada mereka. Mencoba memastikan jika yang tadi bukanlah mimpi.“Ibumu baik, awalnya ku pikir akan sangat menakutkan…” lirih Aya membuka suara.Elvan menoleh pada Aya kemudian menatapnya, “Mamih memang begitu,” balas Elvan.Aya tersenyum lembut, “Aku hampir tidak menyangka jika ini terjadi. Lebih cepat dari dugaanku.”Elvan menganggukinya, Elvan menganggukinya, “Maafkan aku, sebenarya saat pulang ke rumah dua hari yang lalu, aku membicarakan hal ini dengan orang tuaku, karena siang harinya Dad mendatangiku di kantor. Dad sudah tahu keberadaanmu dan keterlibatanku pada masalahmu.” Elvan mencoba untuk jujur pada Aya“Oh… jadi begitu rupanya…”Elvan mengangguk, “Aku tidak bermaksud untuk membohongimu, aku akan mengatakannya tapi tidak dalam waktu dekat. Tapi, ternyata Mamih keburu datang ke sini karena ingin menemuimu secara langsung.”“Aku mengerti… tidak us

  • Cinta Yang Sesungguhnya   105. Gak Akan Lebih

    Elvan membelai lembut punggung Aya tanpa terhalang apapun karena ia sudah narik turun resleting dress yang di gunakan oleh Aya. Sedangkan lidahnya terus memagut lembut lidah Aya.Lidah bertemu lidah dan saling bertautan, hingga membuat sesuatu bergejolak di tubuh Aya. Ia melengkungkan tubuhnya ke tubuh Elvan. Dadanya menekan keras dada Elvan. Pinggul mereka berhimpitan.Aya bisa merasakan tubuh Elvan yang bergairah dan secara naluriah semakin mendekatkan tubuhnya pada Aya dan menekannya.Aya nyaris tidak menyadari, jika Elvan mulai melorotkan lengan dress yang di kenakannya, hingga pundaknya kini terekspose dengan sempurna. Udara dingin yang berasal dari AC menyentuh kulit Aya yang panas membara, bahkan kulit Aya yang putih sudah tampak kemerahaan.Aya hampir memekik, saat Elvan meloloskan bagian atas dress nya dan menariknya ke bawah, meloloskan di kedua sisi lengannya hingga bagian atasnya terbuka dengan bebas. Menyisakan b

  • Cinta Yang Sesungguhnya   106. Gak Fair Ini Namanya

    Rabu siang, di kantor Elvan menunggu kabar dengan harap-harap cemas. Tentu saja ia cemas karena hari ini adalah sidang putusan atas gugatan perceraian Aya.Hingga pukul 11 siang, Ryan belum menghubunginya sama sekali.Sejak tadi ia hanya bisa diam dan merenung, berharap jika Ryan segera menghubunginya secepatnya. Meski ia sudah bisa memastikan jika hakim akan mengabulkan gugatan Aya, tapi tetap saja ia merasa cemas jika belum bisa mendengar hasil tersebut dengan langsung.“Duh… otakku gak bisa fokus!” gerutu Elvan pelan.Elvan mencoba untuk mengerjakan pekerjaannya, ada beberapa berkas yang sejak tadi tersimpan di atas mejanya, untuk ia periksa kemudian tanda tangani. Tapi karena menunggu kabar membuatnya kesulitan untuk berkonsentrasi.Elvan kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil salah satu berkas kemudian membukanya dan mulai membacanya dengan hati-hati. Ada beberapa kesalahan dalam laporan

  • Cinta Yang Sesungguhnya   107. Celaka!

    Kemarin Elvan langsung menghubungi ibunya dan memberitahu mengenai hasil keputusan sidang Aya.Dan Soraya ikut senang mendengarnya. Sesuai dengan prediksi, gugatan Aya dikabulkan oleh Pengadilan dan kini Aya sudah resmi bercerai dari Andre Sanjaya, hanya tinggal menunggu proses pembuatan akta cerainya saja.Soraya melihat perubahan yang signifikan dalam diri putranya. Ia kembali terlihat bahagia seperti dahulu. Dan Aya lah yang membuatnya kembali seperti ceria seperti dulu.Pukul 10 pagi, Elvan mendapatkan panggilan dari ibunya bahwa ia akan datang ke apartement dengan seorang dokter kenalannya untuk memeriksa luka Aya.“Mamih mau ke apartement?” tanya Elvan.“Iya, ini Mami udah di jalan, sama dokter, baru aja jemput dokter Hanny,” sahut Soraya.“Ohh… ya udah Elvan pulang aja, mau lihat,” seru Elvan.“Lah… kerjaan kamu gimana?” tany

  • Cinta Yang Sesungguhnya   108. Hanya Sebuah Mimpi

    Suasana keluarga Sanjaya sehari setelah putusan Pengadilan masih sama seperti hari kemarin. Bahkan, siang ini masih terlihat beberapa wartawan yang menunggu mereka di depan gerbang rumah mereka. Beberapa wartawan tampak mengambil gambar kediaman keluarga Sanjaya.Dan Chandra tampak murka karena kejadian ini, mobil Andre pagi tadi saat pergi ke kantor tak luput dari kejaran mereka. Bahkan ketika Andre sampai di kantor, ia bisa melihat beberapa wartawan yang mencoba mengejarnya tapi di hentikan oleh security.Sudah jelas beberapa karyawan kembali menggosipkan dirinya akan gugatan sidang tersebut yang akhirnya di menangkan oleh mantan istri. Dengan begitu terbukti bahwa keluarga Sanjaya memang melakukan kesalahan.“Pokoknya di rumah ini udah gak boleh sebut nama dia lagi!” ujar Chandra saat ia mengumpulkan semua anggota keluarganya di ruang keluarga sesaat setelah Handoko menyampaikan hasil putusan sidang padanya melalui panggilan telepon.Andre dan Martina tidak hadir dalam sidang putus

  • Cinta Yang Sesungguhnya   109. Selalu Ada Untuknya

    Begitu sampai di apartemet Elvan langsung memberitahu Aya mengenai temuannya perihal Johan Pramono. Pria yang dilihatnya beberapa kali dengan Shella. Dan betapa kagetnya Aya saat mengetahui siapa Johan, yang berkecimpung di dunia penjualan obat-obatan terlarang.“Itu menakutkan!” seru Aya dengan spontan setelah Elvan menceritakannya.Elvan mengangguk setuju. “Tapi, aku tidak tahu hubungannya Shella dengan pria itu.”Aya menggeleng, “Aku sebenarnya tidak peduli, hanya sedikit penasaran saja. Karena sudah tiga kali aku melihat Shella dengan pria itu. Kasihan Andre kalau sampai ia tahu Shella berteman dengan siapa.”“Ya, dan urusan mereka sudah bukan urusanmu lagi. Kau sudah terbebas dari keluarga Sanjaya. Dan apa yang akan menimpa mantan suamimu nanti kita hanya perlu melihatnya saja dari jauh tanpa harus ikut campur sama sekali,” ujar Elvan. Ia harus berkata demikian, karena ia takut j

  • Cinta Yang Sesungguhnya   110. Rencana Untuk Mandiri

    Aya mencoba untuk menguatkan dirinya, berusaha untuk berani. Kini ia sudah berada di depan gerbang rumahnya yang berwarna cokelat. Sudah lama ia tidak ada ke tempat ini, di mana ia lahir dan di besarkan di sini. Hampir setahun ia tidak ke rumah ini, karena begitu Shella masuk dalam kehidupannya. Kegiatannya di luar rumah sangat di batasi oleh mantan ibu mertuanya. Martina takut jika Aya sampai mengadu pada kedua orang tuanya tentang apa yang sudah di alaminya di rumah. Aya bisa melihat mobil Elvan yang masih ada dari kejauhan dan itu bisa membuatnya cukup tenang. Sedangkan Elvan terus mengawasi Aya dari dalam mobilnya, ia harus bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi yang akan menimpa Aya. Ia sudah menyiapkan dirinya untuk muncul di hadapan kedua orang tua Aya hari ini. Mengingat ayah Aya yang memaksa Aya kuliah di bidang yang tidak disukainya dan akhirnya menjodohkan Aya dan Andre, Elvan merasa ada sedikit keraguan apakah orang tua Aya nanti bisa menerima keberadaan d

  • Cinta Yang Sesungguhnya   111. Jaga Dirimu Baik-baik

    Aji dan Hilda sangatterkejut dengan pernyataan Aya ini.Tentu saja Aji menolak dengan keputusan putrinya ini, bagaimanapun ia sudah pernah salah dan ia ingin menebus kesalahannya tersebut.“Tidak, Aya. Kini statusmu sudah kembali single dan kau adalah tanggung jawab kami. Jadi kembalilah ke sini dan tinggallah bersama kami, Papa janji tidak akan memaksamu lagi untuk mengikuti semua keinginan Papa lagi,” ujar Aji.Aya sempat ragu tapi kemudian menggeleng dengan tegas, “Aya sudah melupakan semua yang pernah Aya alami, dan Aya mohon sama Papa dan Mama beri Aya kesempatan kali ini saja untuk menentukan hidup Aya. Aya hanya ingin mandiri dan mengejar cita-cita Aya. Aya sudah berkonsentrasi penuh terhadap tujuan Aya ini, Aya sudah berharap banyak pada usaha Aya untuk membuka cafe ini bersama teman Aya. Aya mohon kalian bisa mengerti Aya untuk kali ini saja,” Aya memohon dengan sangat pada kedua orang tuanya.

Bab terbaru

  • Cinta Yang Sesungguhnya   250. Kakak Jangan Bercanda Ah...

    Mata Metta membulat dengan sempurna mendengar perkataan Andrew. Bibirnya sedikit terbuka. Ia terdiam tak percaya dengan apa yang di dengarnya."M-maksudnya... kakak s-suka sama aku?" tanya Metta beberapa detik kemudian.Andrew mengangguk dengan tegas. Ada rasa lega di hatinya setelah mengungkapkan apa yang dipendamnya selama beberapa bulan ini. Terutama perasaan yang begitu menyiksanya selama hampir seminggu ini karena diabaikan oleh Metta. Sebelum Hilda meninggalkan rumah sakit, Andrew sudah merenungkan semuanya. Kini ia tidak akan mengingkari lagi apa yang dirasakannya. "Kakak jangan bercanda ah… gak lucu," sahut Metta."Apa aku keliatan sedang bercanda untuk hal seserius ini?”"Kakak kan kesel karena ku diemin beberapa hari ini. Jadi kali aja Kakak mau nge-prank aku untuk balas dendam," jawab Metta berusaha sesantai mungkin.Andrew menarik kursinya untuk lebih dekat dengan Metta yang sedang duduk di atas tempat tidurnya. "Tolong lihat mataku baik-baik. Apa kamu liat ada kebohonga

  • Cinta Yang Sesungguhnya   249. Apa aku Cowok Yang Gak Tahu Diri?

    Hilda meninggalkan rumah sakit setelah ia membelikan Metta dan Andrew makanan untuk makan malam mereka berdua.Kini hanya tinggal Metta dan Andrew yang berdua saja di dalam ruang rawat inap. Untung saja tak ada pasien lain di ruangan ini, karena Elvan memang langsung meminta ruang VIP untuk Metta saat ia mengurus administrasi tadi.“Kak, kalau Kakak mau pulang, pulang aja. Aku gak apa-apa kok sendiriaan,” ujar Metta membuka pembicaraan yang sejak tadi hanya hening saja.Andrew langsung menoleh pada Metta dengan tatapan tak terbacanya. Kemudian ia bangkit dari sofa dan berpindah duduk di samping ranjang Metta.“Kenapa ngomong kaya gitu?” tanya Andrew.“Gak apa-apa, Kak. Aku takutnya Kakak banyak kerjaan, dan aku cuma repotin kakak aja.”Andrew menggeleng, “Bukannya tadi aku yang nawarin untuk jagain kamu di sini, lagian Elvan juga udh kasih ijin. Jadi santai aja,” jelas Andrew.“Iya sihhh, tapi…”Andrew tampak menghela napas, “Kamu masih marah sama aku dan gak mau aku di sini?”Metta m

  • Cinta Yang Sesungguhnya   248. Khawatir Kan Lu?

    Saat suasana sudah kondusif, Soraya sengaja mengajak Hilda untuk membeli beberapa minuman dan camilan yang bisa di makan oleh semua orang yang sedang menemani Metta.Soraya sengaja mengajak Hilda ke kafetaria yang berada di lantai 3 rumah sakit karena ada hal yang ingin ia bicarakan dengan serius pada Hilda, dan agar yang lainnya tidak mendengar pembicaraan mereka.Tanpa berbasa-basi, sambil menunggu pesanan mereka datang Soraya langsung memberitahu Hilda mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan Metta dan Andrew. Keadaan kafetaria tidak begitu ramai karena masih jam 15.30 sore di mana para pengunjung rumah sakit biasanya baru datang setelah jam kantor, dan masih beberapa jam lagi jam kantor akan usai.Tentu saja Hilda menyambut gembira atas ucapan Soraya tersebut, karena menurutnya Andrew memang sosok pria yang baik dan pengertian. Dan agar terkesan tidak jujur Soraya sendiri sedikit menceritakan kisah Andrew saat remaja dan memiliki beberapa mantan kekasih. Bukan untuk menjelekkan

  • Cinta Yang Sesungguhnya   247. Cara Lu Keren

    Saat semuanya sudah mulai tenang, tiba-tiba saja pintu ruang inap Metta kembali terbuka. Hilda dan Aji muncul begitu saja dan langsung masuk ke dalam ruangan untuk melihat keadaan putri mereka.Wajah Hilda tampak panik dan khawatir begitu masuk ke dalam ruangan, ia langsung menghampiri Metta yang masih terbaring di atas tempat tidur.“Aduhhh, Ta. Gimana keadaan kamu sekarang?” tanya Hilda dengan sangat khawatir.“Metta baik kok, Ma. Cuma emang masih pusing aja,” jelas Metta."Baik gimana sih, liat itu kemejamu banyak noda darahnya...," ucap Hilda dengan suara bergetar seraya menyentuh kemeja bagian bahu Metta.“Dokter sudah memeriksa keadaannya kok, Ma. Kepala Metta di jahit 4 jahitan. Seharusnya bisa rawat jalan tapi Elvan memutuskan untuk rawat inap semalam supaya besok dokter bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada kepalanya.” Kini Elvan ikut bicara untuk menenangkan mertuanya.Elvan tidak perlu menjelaskan bagaimana ia bisa datang ke rumah sakit, karena ia sudah menjelaskanny

  • Cinta Yang Sesungguhnya   246. Di Kasih Tahu Bantah Terus Sih!

    “Gimana keadaannya?” tanya Elvan menghampiri Andrew yang tengah menemani Metta.“Masih belum sadar,” sahut Andrew.“Papa sama Mama udah mau jalan ke sini. Gue belum kasih tau Aya sama Mamih, Lu tungguin dulu ya. Gue mau nelpon kantor juga minta Andi urusin motor Metta di kantor polisi,” ujar Elvan kemudian, lalu kembali meninggalkan Andrew sendirian untuk menemani Metta.Beberapa menit kemudian Metta bergerak dalam tidurnya dan dengan perlahan mulai membuka matanya.“Ta, kamu baik-baik aja? Ada yang sakit? Sebelah mana?” tanya Andrew panik.Metta menatap ke arah Andrew kemudian dengan spontan memegang kepalanya, “Aduhhh pusing… pusing banget,” lirihnya.“Bentar aku panggilin dulu dokter, tunggu tunggu!” ujar Andrew cemas dan sedikit panik.Dokter segera datang untuk memeriksa Metta, bukan hanya di periksa Metta juga di tanyai beberapa hal sederhana seperti nama dan alamat rumahnya, untuk memastikan jika tidak ada luka dalam yang mempengaruhi daya ingatnya.Saat pemeriksaan dokter berl

  • Cinta Yang Sesungguhnya   245. Ini Siapa? Di Mana Metta?

    Lima hari setelah kejadian tersebut, lagi-lagi Metta tidak membalas pesan dari Andrew. Bahkan tidak membacanya sama sekali.Dan ini sungguh membuat Andrew sangat tersiksa.Elvan yang memperhatikan Andrew sejak tadi hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.“Masih gak bales?” tanya Elvan.Andrew mengangguk pasrah.“Susah ya hadepin cewek yang baru aja lepasin masa remajanya, ku pikir gak akan sampe segininya,” sahut Elvan kemudian.“Ya gitu deh…” balas Andrew.“Tapi Lu harus tetep sabar sih, susah loh dapetin cewek baek-baek kaya Metta sekarang,” goda Elvan.“Dih apa sih, kan gue udah bilang. Kalau gue sama dia tuh temenan aja,” sungut Andrew.Elvan kembali terkekeh, “Iya iya temenan aja. Tapi kalau gak ada kabar galauuu, sedihhh, uring-uringan…” ledek Elvan lagi.Andrew menoleh pada Elvan dengan tatapan nyalangnya. “Udah ahh, mending kita bahas masalah meeting kita yang tadi pagi sama klien aja!”“Pengalihan nih ceritanya?” goda Elvan.“Gak ada! Gak ada!” Elvan tersenyum lebar, “Lah

  • Cinta Yang Sesungguhnya   244. Semoga Stock Sabar Gue Banyak

    Siang ini Andrew memutuskan untuk makan siang di luar, dan ia juga memutuskan untuk pergi menemui Metta. Ia akan mengajak Metta untuk mampir di tempat balap yang resmi. Andrew keluar sebelum tepat jam makan siang agar memiliki waktu yang cukup lama, ia tidak khawatir karena ia sudah menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu untuk rencananya ini.Andrew langsung melajukan mobilnyamenuju kampus Metta. Ia juga sudah mengirimi pesan chat pada Metta. Meski chatnya masih belum di balas oleh Metta.“Ck! Lagi-lagi gak di bales…” decak Andrew sambil terus mengendarai mobilnya.“Harus sabar sih sabar hadepin dia, tapi kan kalau terus-terusan kaya gini yang bete juga kali. Kesannya gue kaya yang salah banget terus, padahal kan apa yang dia lakuin itu berbahaya!” dengus Andrew kemudian. Sudah dua hari berlalu dan Metta kembali tidak mau membaca maupun membalas chat dari Andrew. 'Kaya dulu lagi. Liat chat masuk dari gue, langsung di hapus aja...'Andrew harus terjebak kemacetan selama beberapa

  • Cinta Yang Sesungguhnya   243. Buayanya Gak Peka

    Sejak tadi Metta merasa begitu kesal, bahkan perasaan kesal itu masih saja bertahan meski kini ia sudah berada di dalam kamarnya.“Kenapa sih sama dia?! Aneh dehhh… jadi kaya mulai ngatur-ngatur gitu, pake ngancem mau di laporin segala! Apaan coba itu maksudnya!” dengus Metta.“Kalau sampe beneran dilarang balapan gimana? Dari mana aku dapet duit tambahan kalo butuh, hah??!” kesalnya lagi.Sesekali Metta membutuhkan tambahan uang untuk membeli aksesoris motor atau penambahan sparepart khusus agar performa motor balapnya tetap bagus dimana tidak mungkin ia meminta uang pada ayahnya, yang sejak awal tidak suka Metta mengendarai motor balap.Jam menunjukkan sekarang sudah lewat tengah malam, dan Metta masih saja kesal. Ia sudah mencoba untuk memejamkan matanya, tapi rasanya sangat sulit dengan perasaan kesalnya pada Andrew.Hingga ponselnya berbunyi, Metta meraih ponselnya yang rupanya Andrew menghubunginya melalui panggilan video. Tapi Metta memilih untuk tidak mengangkatnya sama sekali

  • Cinta Yang Sesungguhnya   242. Kok, Kakak Jadi Ngatur Sih??!

    Andrew hanya bisa menunggu Metta dengan perasaan kesal. Hingga akhirnya Metta kembali lagi ke kursinya."Lamaaa...." desis Andrew kemudian."Maaf, Kak. Udah lama soalnya gak ketemu sama mereka. Jadi keasikan ngobrol deh..." sahut Metta.Andrew sempat melirik ke arah mereka sebentar, sedangkan Metta kembali melanjutkan makannya yang tadi sempat tertunda."Mereka temen-temen balap mu?" tanya Andrew.Metta mengangguk, "Yups!""Gak ada ceweknya satupun kecuali kamu?""Yups!""Beneran? Cowok semua gitu?" tanya Andrew lagi tak percaya dan coba memastikannya kembali.Metta menatap Andrew, "Iya, Kak. Kan aku udah pernah bilang deh kalau gak salah. Ceweknya ya cuma aku doang kalau balapan, cewek banyak di sana paling nunggu di pinggir, di mana mereka itu pacar temen-temenku.""Oh ya ya, aku ingat.""Mereka cuman temanmu, kan?" tanya Andrew kemudian.Kening Metta tampak berkerut. "Iya, kan aku udah bilang tadi.""Tapi kok kaya akrab banget gitu?" tanya Andrew lagi. Karena ia melihat mereka begi

DMCA.com Protection Status