Jujur saja Soraya merasa terguncang dengan apa yang di jelaskan oleh Aya. Ia masih tak menyangka hal itu terjadi. Apa yang di alami wanita muda ini begitu sangat berat.‘Pantas saja ia ingin bercerai dengan suaminya, padahal mereka di jodohkan…’ lirih Soraya dalam hati.Soraya sempat terdiam beberapa saat, hingga Aya memutuskan untuk pergi ke dapur dan membawakan segelas air. Ia sampai lupa untuk menyuguhkan minuman pada ibunya Elvan.Saat minuman ada di depannya Soraya langsung meminumnya hingga sisa setengahnya, ia merasa sangat shock.Hingga beberapa menit kemudian, setelah dirinya merasa tenang Soraya kembali membuka mulutnya.“Mamih gak bisa ngomong apa-apa lagi terhadap hubungan kalian!” ujarnya.Soraya tampak memejamkan matanya sejenak kemudian memijat keningnya pelan. Sungguh rasanya tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing.“Ini bukan artinya Mamih l
Sepeninggal ibunya dari apartementnya, Elvan dan Aya hanya bisa terdiam sesaat. Mencoba kembali mencerna apa yang baru saja terjadi pada mereka. Mencoba memastikan jika yang tadi bukanlah mimpi.“Ibumu baik, awalnya ku pikir akan sangat menakutkan…” lirih Aya membuka suara.Elvan menoleh pada Aya kemudian menatapnya, “Mamih memang begitu,” balas Elvan.Aya tersenyum lembut, “Aku hampir tidak menyangka jika ini terjadi. Lebih cepat dari dugaanku.”Elvan menganggukinya, Elvan menganggukinya, “Maafkan aku, sebenarya saat pulang ke rumah dua hari yang lalu, aku membicarakan hal ini dengan orang tuaku, karena siang harinya Dad mendatangiku di kantor. Dad sudah tahu keberadaanmu dan keterlibatanku pada masalahmu.” Elvan mencoba untuk jujur pada Aya“Oh… jadi begitu rupanya…”Elvan mengangguk, “Aku tidak bermaksud untuk membohongimu, aku akan mengatakannya tapi tidak dalam waktu dekat. Tapi, ternyata Mamih keburu datang ke sini karena ingin menemuimu secara langsung.”“Aku mengerti… tidak us
Elvan membelai lembut punggung Aya tanpa terhalang apapun karena ia sudah narik turun resleting dress yang di gunakan oleh Aya. Sedangkan lidahnya terus memagut lembut lidah Aya.Lidah bertemu lidah dan saling bertautan, hingga membuat sesuatu bergejolak di tubuh Aya. Ia melengkungkan tubuhnya ke tubuh Elvan. Dadanya menekan keras dada Elvan. Pinggul mereka berhimpitan.Aya bisa merasakan tubuh Elvan yang bergairah dan secara naluriah semakin mendekatkan tubuhnya pada Aya dan menekannya.Aya nyaris tidak menyadari, jika Elvan mulai melorotkan lengan dress yang di kenakannya, hingga pundaknya kini terekspose dengan sempurna. Udara dingin yang berasal dari AC menyentuh kulit Aya yang panas membara, bahkan kulit Aya yang putih sudah tampak kemerahaan.Aya hampir memekik, saat Elvan meloloskan bagian atas dress nya dan menariknya ke bawah, meloloskan di kedua sisi lengannya hingga bagian atasnya terbuka dengan bebas. Menyisakan b
Rabu siang, di kantor Elvan menunggu kabar dengan harap-harap cemas. Tentu saja ia cemas karena hari ini adalah sidang putusan atas gugatan perceraian Aya.Hingga pukul 11 siang, Ryan belum menghubunginya sama sekali.Sejak tadi ia hanya bisa diam dan merenung, berharap jika Ryan segera menghubunginya secepatnya. Meski ia sudah bisa memastikan jika hakim akan mengabulkan gugatan Aya, tapi tetap saja ia merasa cemas jika belum bisa mendengar hasil tersebut dengan langsung.“Duh… otakku gak bisa fokus!” gerutu Elvan pelan.Elvan mencoba untuk mengerjakan pekerjaannya, ada beberapa berkas yang sejak tadi tersimpan di atas mejanya, untuk ia periksa kemudian tanda tangani. Tapi karena menunggu kabar membuatnya kesulitan untuk berkonsentrasi.Elvan kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil salah satu berkas kemudian membukanya dan mulai membacanya dengan hati-hati. Ada beberapa kesalahan dalam laporan
Kemarin Elvan langsung menghubungi ibunya dan memberitahu mengenai hasil keputusan sidang Aya.Dan Soraya ikut senang mendengarnya. Sesuai dengan prediksi, gugatan Aya dikabulkan oleh Pengadilan dan kini Aya sudah resmi bercerai dari Andre Sanjaya, hanya tinggal menunggu proses pembuatan akta cerainya saja.Soraya melihat perubahan yang signifikan dalam diri putranya. Ia kembali terlihat bahagia seperti dahulu. Dan Aya lah yang membuatnya kembali seperti ceria seperti dulu.Pukul 10 pagi, Elvan mendapatkan panggilan dari ibunya bahwa ia akan datang ke apartement dengan seorang dokter kenalannya untuk memeriksa luka Aya.“Mamih mau ke apartement?” tanya Elvan.“Iya, ini Mami udah di jalan, sama dokter, baru aja jemput dokter Hanny,” sahut Soraya.“Ohh… ya udah Elvan pulang aja, mau lihat,” seru Elvan.“Lah… kerjaan kamu gimana?” tany
Suasana keluarga Sanjaya sehari setelah putusan Pengadilan masih sama seperti hari kemarin. Bahkan, siang ini masih terlihat beberapa wartawan yang menunggu mereka di depan gerbang rumah mereka. Beberapa wartawan tampak mengambil gambar kediaman keluarga Sanjaya.Dan Chandra tampak murka karena kejadian ini, mobil Andre pagi tadi saat pergi ke kantor tak luput dari kejaran mereka. Bahkan ketika Andre sampai di kantor, ia bisa melihat beberapa wartawan yang mencoba mengejarnya tapi di hentikan oleh security.Sudah jelas beberapa karyawan kembali menggosipkan dirinya akan gugatan sidang tersebut yang akhirnya di menangkan oleh mantan istri. Dengan begitu terbukti bahwa keluarga Sanjaya memang melakukan kesalahan.“Pokoknya di rumah ini udah gak boleh sebut nama dia lagi!” ujar Chandra saat ia mengumpulkan semua anggota keluarganya di ruang keluarga sesaat setelah Handoko menyampaikan hasil putusan sidang padanya melalui panggilan telepon.Andre dan Martina tidak hadir dalam sidang putus
Begitu sampai di apartemet Elvan langsung memberitahu Aya mengenai temuannya perihal Johan Pramono. Pria yang dilihatnya beberapa kali dengan Shella. Dan betapa kagetnya Aya saat mengetahui siapa Johan, yang berkecimpung di dunia penjualan obat-obatan terlarang.“Itu menakutkan!” seru Aya dengan spontan setelah Elvan menceritakannya.Elvan mengangguk setuju. “Tapi, aku tidak tahu hubungannya Shella dengan pria itu.”Aya menggeleng, “Aku sebenarnya tidak peduli, hanya sedikit penasaran saja. Karena sudah tiga kali aku melihat Shella dengan pria itu. Kasihan Andre kalau sampai ia tahu Shella berteman dengan siapa.”“Ya, dan urusan mereka sudah bukan urusanmu lagi. Kau sudah terbebas dari keluarga Sanjaya. Dan apa yang akan menimpa mantan suamimu nanti kita hanya perlu melihatnya saja dari jauh tanpa harus ikut campur sama sekali,” ujar Elvan. Ia harus berkata demikian, karena ia takut j
Aya mencoba untuk menguatkan dirinya, berusaha untuk berani. Kini ia sudah berada di depan gerbang rumahnya yang berwarna cokelat. Sudah lama ia tidak ada ke tempat ini, di mana ia lahir dan di besarkan di sini. Hampir setahun ia tidak ke rumah ini, karena begitu Shella masuk dalam kehidupannya. Kegiatannya di luar rumah sangat di batasi oleh mantan ibu mertuanya. Martina takut jika Aya sampai mengadu pada kedua orang tuanya tentang apa yang sudah di alaminya di rumah. Aya bisa melihat mobil Elvan yang masih ada dari kejauhan dan itu bisa membuatnya cukup tenang. Sedangkan Elvan terus mengawasi Aya dari dalam mobilnya, ia harus bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi yang akan menimpa Aya. Ia sudah menyiapkan dirinya untuk muncul di hadapan kedua orang tua Aya hari ini. Mengingat ayah Aya yang memaksa Aya kuliah di bidang yang tidak disukainya dan akhirnya menjodohkan Aya dan Andre, Elvan merasa ada sedikit keraguan apakah orang tua Aya nanti bisa menerima keberadaan d
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka
Andrew yang sudah membaringkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur kembali mendudukkan tubuhnya lalu meraih ponselnya. Kemudian ia mengetikkan sesuatu di sana.Andrew : Bocil udah tidur belum?Metta yang hampir terlelap kembali terbangun karena ponselnya berbunyi, saat ia memeriksanya rupanya pesan dari Andrew. Seketika rasa kantuknya hilang begitu saja.Metta : Baru mau tidur, Kak. Kenapa?Andrew : Traktir akunya besok aja ya, kamu kan gak mungkin latihan dengan kondisi perut kamu yang masih sakit.Seketika mata Metta membulat, karena ia tahu persis kondisi tubuhnya. Semuanya baik-baik saja, dan datang bulan itu hanyalah kebohongan.Metta : Tapi Kak, besok pasti udah gak apa-apa kok.Andrew : Masa kamu lagi datang bulan mau olah raga berat sih? Ngaco deh…“Aduhhh alesan apa yaa buat nolaknya,” gumam Metta yang terus menatap layar ponselnya.Andrew : Pokoknya besok aku jemput ya, jadi gak usah pake motor ahh panas!Metta : Tapi Kak aku mau latihan aja.Andrew : Gak usah deh, kan lagi sak
Saat makan malam berlangsungpun Metta masih sedikit berbicara, dan semua itu karena keberadaan Andrew. Tapi Andrew terlihat biasa saja. Ia berbincang santai dengan Elvan dan Mahanta. Demikian juga Soraya dan Aya yang menyimak pembicaraan mereka sambil sesekali menimpalinya.“Ta, kenapa kamu diem aja?” tanya Aya yang merasa ada sedikit perbedaan dalam diri Metta yang sejak tadi siang menemani dirinya.“Hehe, gak ada apa-apa, Kak!” sahut Metta.“Metta lagi gak enak perut, lagi dateng bulan katanya…” imbuh Andrew tiba-tiba.Seketika Metta menoleh pada Andrew.“Ohh… pantes aja tadi sore kamu biasa aja, sekarang malah diem mulu,” ujar Aya."Barusan dapet?" bisik Aya pada Metta.Metta yang sudah menatap kakaknya hanya bisa mengangguk dan tersenyum kaku, padahal kan itu hanyalah kebohongan. Dan ia tidak menyangka Andrew akan menyahutinya seperti itu."Udah pakai pembalut?" bisik Aya lagi."Udah. Bawa di tas, Kak," jawab Metta dengan bisikan.“Kalau kamu gak enak badan, kamu nginep aja di sin
Sejak kejadian di kampus Metta dua minggu yang lalu, Andrew merasa sedikit aneh. ‘Sudah lama Si Bocil itu gak gangguin gue lagi, tapi baguslah telingaku udah gak sakit karena kebisingan suara dia!’ ujar Andrew dalam hatinya.Memang sejak kejadian setelah mereka bertemu dengan Bagas dan Tasya, Metta sama sekali tidak menghubunginya lagi. Bahkan seperti hilang ditelan bumi. Bukan hanya itu, sudah dua kali hari Sabtu, Metta juga tidak mengajak dan memaksanya untuk ikut latihan di sasana seperti sebelum-sebelumnya.“Aneh sih emang, apa dia marah gara-gara gue cium itu? Kan gak jadi buat benerin yang romantis juga, ngapain juga dia marah dan ngilang kaya gini? Cewek lain malah suka gue cium, malah pada nagih,” dengus Andrew.“Ck! Dia gak rasain permainan gue sih, orang cuma nempel aja, kalau udah serius dan rasain pasti dia minta, ck ck dasar bocil bocil…” decak Andrew seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka, dan Andrew melihat Elvan yang sudah berdiri di
Sebagai seorang laki-laki, Bagas masih berusaha untuk menjaga harga dirinya. “Ya, mungkin gosip itu terlalu berlebihan, dan gue emang gak pernah lihat Metta dengan wanita. Tapi, alasan dia terus menolakku dan tak pernah dekat dengan laki-laki lah yang menimbulkan kecurigaanku!” ujar Bagas.“Dengan kata lain itu cukup untuk menjadi dasar jika dia memiliki kelainan,” tambahnya.Andrew menyeringai kembali. “Jadi Lu anggap gue apa, hah? Kan gue udah bilang kalau gue kekasihnya Metta.”Bagas kini dengan berani menatap wajah Andrew, “Dari gesture tubuh kalian, sepertinya tidak terlihat jika kalian itu adalah pasangan. Gue yakin kalian hanya pura-pura saja, bantu dia.”‘Dasar, Bocah! Kayanya dia pro player nihh, sialan! Ck! Gue buaya masa bisa kalah sama kadal kecil kaya nih bocah!’ dengus Andrew.“Lu mau bukti apa? Sampe Lu percaya kalau kita emang pacaran, hemm?” tantang Andrew seraya menarik lengan Metta agar ia kini berada tepat di sampingnya dan menempel pada dirinya. Andrew-pun langsun
Andrew dan Metta menyembunyikan diri mereka terlebih dahulu, hal ini agar Bagas tidak melihat mereka dari kejauhan kemudian kabur dan tidak jadi menghampiri Tasya.“Kak…”“Hmmm?”“Kakak yakin gak Bagas bakal datang atau gak?” tanya Metta.“Aku sih yakin dia dateng,” sahut Andrew kemudian.Metta kemudian mengangguk pelan. "Iya sih, tadi denger omongannya Tasya di telepon sangat meyakinkan. Harusnya dia datang," gumamnya.“Hhmm.... Aku gak nyangka ternyata bocil kaya kamu punya fans garis keras juga,” ledek Andrew kemudian.“Dihh.. mana ada? Kakak kira aku bangga gitu ditaksir sama Bagas? Aku ngeri liat dia kali Kak," sahut Metta.Satu alis Andrew terangkat, "Kenapa? Fans kamu itu jelek ya?!" "Gak sih, cuma gak tau kenapa sejak awal, aku udah gak suka aja di deketin sama dia. Masak baru ketemu dua kali di luar kampus, dia udah nembak aku. Dan matanya itu kalo liatin aku kaya gimana gitu... Aku gak suka dan risih. Apalagi setelah kejadian itu, aku bener-bener takut dan lebih milih ngehi