Beranda / Pernikahan / Cinta Tiga Bidadari / Siapa Nama Ayah dan Ibumu, Nak?

Share

Siapa Nama Ayah dan Ibumu, Nak?

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-09 21:09:18

Bab 60

"Pamanmu itu laki-laki paling baik yang pernah Bibi kenal. Dia tetap tak bergeming, meskipun orang-orang di sekelilingnya menyuruhnya untuk mengambil istri kedua, karena Bibi sendiri tidak bisa memberikannya keturunan." Perempuan setengah tua itu mulai bercerita. Dia mengenang kembali masa lalunya.

Kini mereka tengah duduk di ruang tamu rumah bibi Rahmah.

Rumah bibi Rahmah tidak mewah, tetapi tidak pula boleh dibilang sederhana. Beliau hanya tinggal disini sendiri dengan seorang asisten rumah tangga yang menemaninya di saat siang saja.

Azizah mengamati seisi ruangan. Hiasan dinding bergambar Ka'bah yang mengingatkan semua yang memandangnya akan kewajiban rukun Islam kelima, meskipun bagi Bibi Rahmah lebih dari sekedar itu, karena beliau sangat lama tinggal di negara dimana Ka'bah itu berada.

Sembari memangku Baim yang kini telah tertidur lelap, Azizah terus mendengarkan cerita Bibi Rahmah.

"Padahal kami sendiri berada di lingkungan yang sangat mendukung seorang laki-laki berpol
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Tiga Bidadari    Membongkar Arsip Lama

    Bab 61Keesokan paginya, mereka kembali ke Martapura. Azizah merasa lucu. Baru saja kemarin dia dan Hafiz mengantar bibi Rahmah, tetapi sekarang justru bibi Rahmah yang ikut mereka pulang.Mobil meluncur membelah jalanan dengan kecepatan sedang. Hafiz diam dan fokus dengan kemudinya. Sementara Bibi Rahmah tengah memangku Ibrahim. Azizah memainkan ponsel, mengecek email yang dikirimkan oleh Zahwa yang berisi laporan transaksi harian di toko mereka."Baim suka ya, sama Nenek Rahmah?" goda Azizah. Dia baru saja selesai dengan pekerjaannya."Iya, Mama. Baim suka sama Nenek Rahmah, karena Nenek Rahmah itu orangnya baik." Azizah menjawab pertanyaannya sendiri dengan menirukan suara anak kecilBibi Rahmah tertawa terpingkal-pingkal. "Tuh, Baim lihat mamamu!" tunjuknya.Anak itu semakin melonjak-lonjak. Azizah mengambil alih putranya dan mendudukkan Baim ke dalam pangkuannya."Kamu sudah selesai main ponsel, Nak?" tanyanya. Sejak tadi dia melihat Azizah begitu serius menatap layar ponsel."I

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Cinta Tiga Bidadari    Kalung Al-Maliki

    Bab 62"Jadi kamu sebenarnya adalah putri syekh Ali Al-Maliki ...?""Syekh Ali Al-Maliki?" Hafiz mengerutkan kening. Sepintas ia pernah mendengar nama itu di kalangan para pengusaha travel, biro haji dan umrah. Nama itu seringkali dia dengar karena beliau adalah seorang ulama terkenal di kota Riyadh, Mekah dan Madinah. Beliau memang selalu menunjukkan simpati kepada warga negara Indonesia. Beliau bahkan fasih berbahasa Indonesia. "Sepintas Hafiz pernah mendengar nama itu, Bibi. Tetapi kenapa Bibi menyebut Azizah sebagai putri syekh Ali Al-Maliki? Apa hubungannya?" Laki-laki itu tak habis pikir.Hafiz benar-benar tak percaya. Dia menganggap sang Bibi hanya sekedar berhalusinasi saja. Bagaimana mungkin seorang Azizah diklaim bibinya sebagai putri seorang ulama terkenal, syekh Ali Al-Maliki?"Ah, mungkin hanya sekedar kemiripan rupa saja," batin Hafiz."Hafiz, almarhum pamanmu itu kenal baik dengan beliau, bahkan seperti orang kepercayaannya saja. Beliau pernah bercerita bahwa beliau m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Cinta Tiga Bidadari    Seperti Inikah Rasanya Kehilangan?

    Bab 63Azizah merasakan tubuhnya seperti melayang ke angkasa. Hatinya bak di penuhi ribuan kuntum bunga dengan wangi yang semerbak. Pengakuan dari syekh Ali al-Maliki membuatnya seakan terlahir kembali. Masya Allah... ternyata dia masih memiliki seorang ayah. Bukan sekedar ayah biasa tetapi seorang ayah yang luar biasa. Bibi Sarah masih saja memeluknya. Perempuan setengah baya itu menangis. Air mata yang mengalir dari pelupuk tuanya seolah membuktikan bahwa beliau begitu terharu. Akhirnya keponakan yang sekian lama di anggap tak berayah ini menemukan ayah kandungnya.Masih segar dalam ingatannya, bagaimana hinaan orang-orang saat kakaknya, Fatimah pulang ke kampung seorang diri dalam keadaan mengandung.Masih terasa sesak di dadanya saat Azizah kecil di anggap sebagai anak ibunya alias anak haram. Apalagi Fatimah sebelumnya bekerja sebagai tenaga kerja wanita. Sebuah pekerjaan yang rentan terhadap kekerasan fisik dan seksual.Hal yang paling menyesakkan adalah saat Azizah menikah d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • Cinta Tiga Bidadari    Takut Kehilangan

    Bab 64"Fatimah, almarhum ibunya Azizah memiliki perhiasan itu dan itu sudah jelas menunjukkan bahwa dia adalah istri sah Syekh Ali Al-Maliki dan Azizah adalah putrinya." "Tapi, tapi bagaimana mungkin perempuan itu bisa menikah dengan syekh Ali? Syekh Ali itu tokoh terkenal loh!" Ibunya bertanya dengan suara terbata-bata. Dia terduduk lemas di sofa ruang tengah. Ini sungguh di luar dugaan."Ibu Fatimah itu pernah merantau ke Riyadh dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Jadi kemungkinan menurut Bibi Sarah, beliau bekerja di rumah Syekh Ibrahim Al Maliki dan di sanalah ibu Fatimah bertemu dengan syekh Ali" sahut Hafiz."Syekh Ali menikahi pembantunya sendiri?" Perempuan itu tak percaya dengan pendengarannya sendiri."Memangnya ada apa, Ma? Ada yang salah?" Hafiz mengerutkan kening."Ya nggak sepadan dong! Bukankah itu memalukan? Masa iya orang seperti syekh Ali yang mulia, ulama, pengusaha malah menikahi pembantunya sendiri?" Ibunya terus membantah."Lho, kok Mama bilang begitu? K

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • Cinta Tiga Bidadari    Ini Seperti Mimpi

    Bab 65"Abang," lirih Azizah.Kenapa suara Azizah seperti lantunan lagu cinta yang mendayu-dayu? Dia bahkan merasa seperti seorang pemuda yang sedang menghubungi sang kekasih hati.Ada gejolak yang tertahan dari nada suaranya."Dek, Abang kangen," bisiknya. Dia mengecup layar ponsel itu sekilas seolah tengah mengecup wajah istrinya."Adek juga kangen.""Gimana Ibrahim malam ini, Sayang?""Dia sudah tidur, Bang.""Nggak rewel, kan?""Nggak, Bang. Baim itu anak yang pintar. Dia nggak rewel." "Eh, maaf ya, Bang." Suara Azizah terdengar ragu-ragu."Kamu nggak ada salah apa-apa sama Abang. Kenapa minta maaf? Maaf buat apa?""Maaf, karena setelah Adek mengetahui kalau Adek masih punya Abi, pernikahan kita ...." Azizah tak melanjutkan ucapannya."Dek, ini sudah takdir. Abang bersyukur karena Adek menemukan ayah Adek, tidak meninggal seperti yang kita sangka selama ini," sergahnya.Hafiz tahu dadanya sesak, tapi dia berusaha untuk tegar."Abang lebih lagi merasakan apa yang kamu rasakan, Say

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Cinta Tiga Bidadari    Siapa Tuan Khaled?

    Bab 66"Apakah masih lama lagi, Bibi?" tanya Azizah tak sabar.Dia menatap bibi Rahmah yang terlihat sangat menikmati perjalanan ini. Mungkin beliau memang tengah bernostalgia dengan masa-masa saat masih tinggal di kota ini."Sebentar lagi, Sayang. Mungkin sekitar 15 menit lagi sampai," jawab Bibi Rahmah dengan mata tak lepas mengamati kondisi jalanan.***Akhirnya mobil pun berhenti di depan pagar. Salah seorang penjaga laki-laki membuka pintu dan mengangguk penuh hormat. Mobil meluncur masuk ke halaman dan berhenti seketika.Salah satu laki-laki yang mengawal mereka barusan membukakan pintu mobil dan tatkala dia keluar, Azizah benar-benar terpaku dengan pemandangan di sekitarnya."Ini rumah atau istana sih?" Perempuan muda itu menyapukan pandangan terhadap sekitarnya. Tak jauh dari tempat dia berdiri sekarang, ada sebuah air mancur dengan kolam dibawahnya. Sementara di beberapa sudut halaman ada pohon-pohon kurma yang masih belum terlalu tinggi. Tampaknya sengaja ditanam untuk men

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Cinta Tiga Bidadari    Menjaga Privasi

    Bab 67Meskipun dia berada di sebuah ruangan yang sangat mewah, tetapi Hafiz merasakan ada sebuah ketegangan yang menyelinap dihati. Dia dan ayahnya hanya berdua di tempat ini. Tempat yang sungguh mewah, tapi asing baginya. Bahkan seumur hidupnya belum pernah masuk ke tempat semewah ini.Laki-laki itu akan segera melancarkan protes yang ke berikutnya, tapi jari telunjuk tua milik ayahnya bergerak lebih cepat menempel di bibirnya, membuat laki-laki itu mengurungkan niatnya. Sebelah tangan kiai Rahman menepuk pundak anak laki-lakinya itu dan mengajaknya berdiri, saat melihat dua orang laki-laki berjalan menghampiri mereka. Dua lelaki itu terlihat masih muda, sebaya dengan Hafiz. Dibelakangnya mengiring laki-laki bertubuh kekar, berseragam dan berkafiyeh yang dikenalnya dan membawa mereka ke ruangan ini."Assalamu alaikum..." Kedua laki-laki itu mengulurkan tangan yang segera disambut oleh Hafiz dan ayahnya."Wa alaikum salam,' balas keduanya nyaris berbarengan."Tafadhol bialjulus ya s

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Cinta Tiga Bidadari    Keputusan Syekh Ali

    Bab 68Setelah selesai salat isya, seorang pelayan perempuan datang ke kamar Azizah untuk menjemputnya dan Ibrahim. Azizah mengenakan pakaian yang telah disediakan oleh ummu Fathia. Penampilannya nampak lebih mewah, meskipun tetap menggunakan cadarnya.Azizah merasa takjub dengan deretan makanan yang tersaji di atas meja makan besar. Menu yang tersaji bukanlah nasi kebuli, nasi mandi atau nasi kabsa khas Arab, tetapi nasi putih. Benar-benar nasi putih tanpa tambahan bumbu apapun."Ini adalah margoog. Lihatlah, dia terdiri dari daging, sayuran dan tepung gandum," jelas ummu Fathia. "Kami biasa mengkonsumsi sebagai lauk pelengkap nasi."Ummu Fathia mengajak Azizah untuk melihat lebih dekat."Sedangkan ini adalah Dajaj mashwi, barbeque khas Arab. Dada ayam tanpa tulang yang dipanggang. Rasanya memang agak pedas." Perempuan itu kembali menunjuk ke sebuah talam.Ummu Fathia menjelaskan beberapa macam masakan yang tersaji di meja makan. Malam ini adalah berkah baginya, karena dia berkesempa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-14

Bab terbaru

  • Cinta Tiga Bidadari    Cinta Terakhir

    Bab 109 (ekstra part 2)"Serius pakai ini?" tunjuk Azizah pada sebuah motor gede yang terparkir di halaman hotel. Entah darimana orang-orang mereka mendapatkan kendaraan itu."Serius dong! Memangnya kamu nggak mau naik motor?" Matanya lurus menatap istrinya."Mau dong, apalagi sama Kakak!" Perempuan itu tertawa kecil."Pintar!" sahutnya. Emir menaiki motor, kemudian di susul dengan Azizah.Sebenarnya Azizah merasa ragu. Sudah lama ia tidak mengendarai motor, karena selama di Saudi, pergi kemanapun selalu di antar sopir pribadi, di iringi oleh asisten dan para pengawal. Ruang geraknya terbatas. Apalagi motor khas laki-laki ini. Dia tidak pernah mengendarainya.Perempuan itu memeluk erat pinggang suaminya, menempelkan wajahnya di pundak lelaki itu. Azizah merasakan hatinya seperti penuh dengan wangi bunga.Mereka menyusuri jalan-jalan di sekitar hotel. Di kiri dan kanan bahu jalan, penuh dengan toko dan lapak souvenir khas Bali. Bali memang primadona. Alamnya yang indah, budaya yang kha

  • Cinta Tiga Bidadari    Lelaki Terbaik

    Bab 108 (ekstra part 1)Azizah menatap sendu dari balik kaca jendela pesawat. Kota Banjarbaru yang semakin mengecil akhirnya menghilang dari pandangan saat posisi pesawat kian meninggi. Kini mereka tengah berada di atas awan."Sayang...." Sepasang tangan kokoh melingkari pinggang rampingnya.Perempuan itu berdehem. "Iya, Kak." Azizah memutar tubuhnya menghadap sang suami. Sepasang kakinya berjinjit dengan tangan yang terulur memeluk leher itu."Aku merindukanmu," bisik Emir parau."Terlebih lagi diriku, Sayang." "Yang bener? Jangan-jangan sekarang ini malah merindukan ayahnya Ibrahim?" Sepasang mata kelamnya menatap wajah sang istri. Pipi yang merah merona itu membuatnya tak sabar mendaratkan sebuah kecupan hangat."Aku sudah tidak lagi mencintainya, tetapi juga tidak membencinya. Bagiku sekarang ayahnya Ibrahim hanya sekedar sahabat. Jikalau pun kami masih berhubungan baik, itu semua demi Ibrahim....""Percaya kok," sela Emir. Sebenarnya ia hanya ingin memancing, tapi Azizah menyika

  • Cinta Tiga Bidadari    Kenangan Terindah

    Bab 107"Ibrahim bisa bermain kembali dengan adik-adikmu lain kali, Nak. Untuk saat ini, kamu nurut ya, sama Abi. Insya Allah, kalau ada waktu dan kesempatan kita bisa kembali ke mari berkunjung ke rumah kakek dan nenekmu ini," bujuk Azizah."Apa memang tidak bisa diundur lagi, Nak?" tanya kiai Rahman. Bukan cuma Ibrahim, dia pun juga serasa tak rela jika harus berpisah kembali secepat ini dengan cucu kesayangannya."Maafkan kami, Abah, tetapi jadwal kegiatan Azizah memang hanya satu hari. Silaturahmi di pesantren Al-Istiqomah dan di rumah Abah." Perempuan itu berusaha memberi pengertian kepada mantan ayah mertuanya."Abah hanya masih kangen dengan Ibrahim. Tidak ada maksud lain," ralat lelaki tua itu."Insya Allah kami akan berkunjung kembali kesini lain kali, Abah," jawab Azizah seraya memijat kepalanya. "Bukannya sok sibuk, tetapi bagaimanapun sebagai seorang istri, harus menuruti apa kata suami. Pagi ini pesawat akan terbang dari Sydney, singgah sebentar di bandara Syamsudin Noor

  • Cinta Tiga Bidadari    My Hubb

    Bab 106Emir melangkah gontai menuju kamar tempat dia menginap. Tubuhnya benar-benar lelah, pikirannya pun terkuras. Hari ini dia menghadiri beberapa pertemuan, salah satunya adalah peresmian beroperasinya Almeera hotel di Sydney. Seharusnya di acara itu ia didampingi oleh Azizah. Namun sayang, wanita itu tengah berada di pesantren Al-Istiqomah, di tengah keluarga mantan suaminya.Mengingat itu membuat hati Emir berdenyut. Dia percaya seratus persen dengan cinta istrinya, tapi sedikit banyaknya pasti akan terjadi romansa masa lalu mereka. Bagaimanapun, Azizah dan Hafiz berpisah secara baik-baik, bukan karena pertengkaran, tetapi hanya sekedar perbedaan cara pandang terhadap sebuah rumah tangga. Kenangan indah itu akan senantiasa tersimpan di hati."Tuan, agenda besok siang adalah pertemuan dengan para investor di Bali," ujar Alex, asisten pribadinya mengingatkan."Ya, aku tahu itu, Alex. Terima kasih sudah mengingatkan," ujarnya. Akhirnya mereka tiba di depan pintu kamar."Silahkan,

  • Cinta Tiga Bidadari    Teman Yang Baik

    Bab 105Hafiz sangat menikmati kebersamaannya dengan Ibrahim. Berkali-kali lelaki itu memeluk dan menciumi putranya, putra yang selama tujuh tahun tidak pernah ditemuinya. Hafiz tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk menjenguk putranya, meskipun dipihak Azizah dan Emir tidak pernah melarangnya untuk menjumpai putranya kapanpun ia mau. Disamping itu, jarak yang memisahkan dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan membuat Hafiz akhirnya hanya bisa menahan rindu. Kondisi keuangan keluarganya saat ini tidak memungkinkannya untuk bolak-balik Martapura-Mekkah. Terlebih, dia ingin memberikan kesempatan kepada Azizah untuk menenangkan diri dan dia pun sebenarnya juga melakukan hal yang sama.Setiap keputusan pasti memiliki konsekuensi. Tak ada perceraian yang mudah. Semua pasti akan ada dampaknya, terutama buat buah hatinya. Itulah yang harus mereka hadapi sekarang.Akan tetapi, apapun itu, nyatanya Hafiz dan Azizah sudah memiliki kehidupan masing-masing. Hafiz dengan kedua istrinya dan A

  • Cinta Tiga Bidadari    Arloji Untuk Ayah

    Bab 104Sepasang netranya menangkap sosok beberapa perempuan yang berlari kecil ke arahnya saat ia baru saja keluar dari mobil. "Azizah!"Telinganya sangat mengenali suara dari balik cadar itu. Marwiah, mantan kakak iparnya. "Kak Marwiah?" ujarnya. Kedua perempuan itu berpelukan. "Apa kabar, Kak?""Baik, Dek. Ayo masuk. Mama dan Abah sudah menunggumu sedari tadi."Kedua perempuan itu berjalan sembari tangan saling merangkul. Sementara yang lainnya mengikuti dari belakang. Rumah ini tidak banyak berubah. Ruang tamu yang luas dengan sofa yang telah disingkirkan membuat ruangan ini kian bertambah luas. Hanya ada karpet yang dihamparkan melapisi lantai seisi ruangan.Seorang laki-laki tua tampak duduk bersandar di salah satu bidang dinding. Azizah mempercepat langkahnya menghampiri laki-laki itu. Ada rasa rindu yang menyesak di hati saat mereka berdekatan. Bagaimanapun, Azizah sudah menganggap lelaki itu seperti orang tuanya sendiri. "Abah," ujar Azizah. Dia merendahkan tubuhnya sembar

  • Cinta Tiga Bidadari    Kunjungan Ke Pesantren Al-Istiqomah

    Bab 103Hari masih pagi. Tiga unit mobil mewah meluncur meninggalkan halaman sebuah hotel terkenal di kota Banjarmasin. Azizah merasakan dadanya sedikit berdebar. Ada rasa yang tak biasa, mengingat betapa lama dia tidak bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya. Sembari tetap memangku Rihanna, dia menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Tujuh tahun telah berlalu dan begitu banyak hal yang berubah di daerahnya. Entah apalagi kejutan yang akan ditemui sesampainya dia di pesantren Al-Istiqomah.Sebenarnya bukan Azizah tak ingin pulang, apalagi tidak rindu dengan kampung halamannya. Namun, Azizah perlu waktu yang panjang untuk melupakan cintanya kepada ayah Ibrahim itu. Perlu waktu bertahun-tahun untuk memurnikan cintanya hanya untuk Emir saja.Rihanna duduk dengan manis. Sama seperti ibunya, balita cantik nan menggemaskan berumur dua tahun itu sepertinya juga sangat menikmati perjalanan mereka pagi ini.Jadwal Azizah pagi ini adalah kunjungan ke pondok pesantren Al-Istiqomah Putri

  • Cinta Tiga Bidadari    Bertemu Bibi Rahmah

    Bab 102Berkat bantuan beberapa orang pengawal, akhirnya Azizah berhasil menembus kerumunan orang-orang dan masuk ke dalam mobil mewahnya. Sebenarnya inilah yang paling dia takutkan. Dia tidak mau kedatangannya menarik perhatian banyak orang, apalagi sampai ke telinga pejabat daerah. Dia tidak mau kepulangannya menjadi bahan berita dan viral di media sosial, apalagi dia melihat banyak orang yang mengarahkan ponsel kepadanya. Azizah mengusap kepala mungil Rihanna demi menenangkan putri kecilnya. Rihanna sudah beberapa kali diajak melakukan perjalanan ke luar negeri, tetapi baru kali ini dia diajak pergi ke negara asal ibunya, Indonesia. "Kita istirahat dulu di hotel, Tuan Putri, setelah itu baru melakukan kunjungan ke pesantren Al-Istiqomah," beritahu Hanum tentang jadwal tuan putrinya."Iya," sahutnya singkat. Mobil terus meluncur dan Azizah tenggelam dalam pikirannya. Sesekali dia menepuk paha putrinya. Rihanna terlihat lelah dan mengantuk.Sepasang matanya fokus dengan pemandanga

  • Cinta Tiga Bidadari    Kado Terindah

    Bab 101"Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah memberikan keturunan untukku," ujar Emir seraya mencium perut Azizah berulang kali. Rasa lelah dan capek sepulangnya dari Almeera Hotel lenyap tak berbekas saat menerima kado terindah berupa tespek yang memiliki garis dua dari istrinya."Aku bisa memberikan keturunan untuk Kakak, karena kakak sudah begitu kuat mempertahankan diriku. Terima kasih juga, karena Kakak selalu sabar menghadapi kecemburuanku yang terkadang berlebihan," sahut wanita itu. Dia melingkarkan tangan ke leher sang suami, balas mengecup pipi kanan dan kiri suaminya."Kecemburuanmu masih dalam taraf yang wajar, Sayang. Cemburu itu pertanda cinta. Bukankah Sayyidah Aisyah juga seorang wanita pencemburu?" Emir bangkit lantas merangkul pinggang istrinya dan dalam sekali gerakan ia menggendong tubuh istrinya menuju pembaringan."Mulai detik ini, jangan terlalu banyak bergerak ya, Sayang. Banyak istirahat. Biarkan semuanya diurus oleh para asisten kita," pinta Emir."Aku b

DMCA.com Protection Status