Alma keluar dari kamar, tangisnya tak terbendung lagi. Dia merasa sedih karena Firman sudah berani membawa selingkuhannya ke ranjang mereka.
"Alma...," panggil Sania. "Kenapa kamu menangis?" tanya Sania mendekati Alma.Alma mengusap air matanya, dia tak boleh terlihat lemah di mata Sania. Dia harus tegar menghadapi semua."Tadi aku lihat ada wanita masuk ke rumah ini. Aku kira dia saudara kamu, tapi pas pulang kok sama Mas Firman dia," kata Sania.Awalnya Alma mengira Firman melakukannya dengan Sania. Tetapi Sania malah bilang ada wanita lain yang datang."Kamu yakin?" tanya Alma. "Aku kira malah kamu yang datang kemari," sambung Alma."Ya ampun! Aku memang cinta sama Mas Firman tapi gak sekejam itu loh. Awalnya aku kira Mas Firman benar-benar suka sama aku ternyata setelah melihat kedekatan dia dengan wanita tadi aku mulai ragu," kata Sania. "Mungkin dia hanya mempermainkan aku," sambungnya.Alma hanya diam saja, dia urung untuk mencuci baju karena mengobrol dengan Sania. Sania cerita banyak hal tentang Firman."Alma, jujur ya aku gak bisa kalau di suruh lupain Mas Firman. Tapi aku tahu batasan antara aku dan Mas Firman," kata Sania. "Kamu jangan khawatir, aku gak akan merebut dia. Justru kamu harus waspada dengan wanita yang tadi datang kemari. Sayang...aku gak sempat memotret mereka tadi," ucap Sania."Sania, maafkan aku. Aku udah suudzon sama kamu," ucap Alma.Sania memeluk Alma, dia senang Alma mengakui kesalahannya karena telah menuduh Sania.**Pulang kerja, Firman menaruh baju kotornya di keranjang. Dia melihat bahwa alat kontrasepsi bekas dia pakai masih di tong sampah."Lihat apa, Mas?" tanya Alma mendekat. "Aku gak tahu ya, tadi pagi aku pulang eh malah lihat itu ada di situ. Entah bekas siapa," ucap Alma."Kamu bawa pria lain ke kamar kita?" tanya Firman melotot ke arah Alma. Dia juga mencengkeram lengan Alma. "jawab jujur!" sentaknya.Alma tak menyangka Firman malah memutar balikkan fakta. Dia kira dengan membiarkan barang bukti tetap berada di sana akan membuat Firman mengakuinya tapi semua diluar dugaan Alma."Tidak. Aku tidak pernah membawa pria lain ke kamar ini. Aku menemukan barang itu saat aku pulang mengantar Naomi, dan saat itu kamu masih di rumah. Wanita mana yang kamu masukkan ke kamar kita?" tanya Alma."Jangan menuduhku! Kamu yang buat kesalahan malah menuduhku," kata Firman menuding wajah Alma.Alma benar-benar kecewa dengan Firman. Sudah jelas itu miliknya tapi tak mau mengaku malah memutar balikkan fakta."Kalau gak mau ngaku, gak usah memutar balikkan fakta, Mas," kata Alma lalu keluar dari kamar.Sejak saat kejadian itu hubungan Alma dan Firman renggang. Firman selalu memojokkan Sania seakan Sania yang telah merusak rumah tangga mereka."Udah ketahuan salah gak mau ngaku," kata Firman."Aku gak pernah melakukan tidihan kamu, jadi untuk apa aku mengaku," ucap Alma.Alma merasakan sakit hati yang teramat dalam saat dituduh selingkuh. Padahal dia tak pernah melakukan hal itu.Siang itu, orang tua Alma datang ke rumah. Mereka merindukan Naomi karena sudah beberapa bulan tak bertemu."Firman, Alma aku lihat kalian sejak tadi tak pernah berbicara. Apa ada masalah?" tanya Pak Komar-- Bapak Alma."Aku kecewa dengan Alma, Pak. Dia berani memasukkan pria lain ke kamar kami saat aku bekerja. Yang paling parah dia malah memutar balikkan fakta aku yang melakukannya," jawab Firman."Tidak, Pak. Alma tidak melakukannya. Alma menemukan alat kontrasepsi bekas pakai di tong sampah setelah Alma pulang dari mengantar Naomi," bela Alma. "Mas Firman yang telah melakukannya dengan wanita lain. Sania sendiri yang melihat ada wanita lain datang ke rumah ini," kata Alma."Jangan bawa Sania! Dia tidak tahu apa-apa," kata Firman."Bapak tidak tahu mana yang benar dan salah. Bagaimana kalau kamu bawa Sania ke sini?" tanya Pak Komar.Alma ke rumah Sania, dia membawa Sania ke rumahnya. Dia berharap semua akan berakhir setelah Sania menceritakan semua."Sania, tolong ceritakan apa yang kamu lihat waktu itu!" pinta Alma."Sania, apa kamu pernah melihat ada wanita datang ke sini saat Alma tak ada di rumah dan menemui aku?" tanya Firman.Sania menoleh ke arah Alma, lalu kedua orang tua Alma terakhir Firman."Tidak, aku tidak pernah melihat Mas Firman membawa wanita lain ke rumah," jawab Sania."Sania, bukannya waktu itu kamu yang cerita kalau ada wanita lain ke rumah ini dan pulangnya sama Mas Firman?" tanya Alma merasa kecewa atas jawaban Sania."Aku gak pernah bilang seperti itu, Alma. Kamu salah dengar kali," bantah Sania.Harapan Alma pupus sudah. Dia baru sadar kalau ternyata Sania tidak ada dipigaknya melainkan dipihak Firman."Alma, Bapak kecewa sama kamu. Bapak tidak menyangka kamu tega merusak rumah tangga kamu sendiri," kata Pak Komar. "Maafkan kesalahan Alma, Nak Firman," ucap Pak Komar sedih.Sakit tapi tak berdarah, itu yang saat ini Alma rasakan. Orang tuanya saja tak percaya dengan dirinya."Aku memaafkan Alam, Pak. Tapi jika satu kali lagi dia buat kesalahan, maka maaf Firman pasrah," kata Firman. "Aku berharap setelah ini Alma mau merubah sikapnya tidak lagi mencurigai aku selingkuh," sambung Firman.Setelah semua bubar, tinggal Alma dan ibunya. Dia berharap ibunya percaya pada dirinya."Sepertinya ibu gak yakin kamu melakukan itu," kata Bu Nina. "Ibu faham betul bagaimana kamu, Ma," sambungnya."Terimakasih, Bu. Hanya ibu yang percaya sama Alma. Alma akan buktikan kalau Alma tidak bersalah," ucap Alma memeluk ibunya."Sabar ya, semoga setelah ini keluarga kalian tidak ada masalah lagi. Kamu harus sabar, jangan terlalu gegabah dan percaya sama orang lain," kata Bu Nina.Sejak saat itu, Alma terus mengalah. Bahkan saat Firman selalu mengungkit bahwa dia selingkuh."Ngapain kamu dandan rapi? Kan hanya mengantar Naomi sekolah saja. Apa kamu mau caper sama orang tua lain?" tanya Firman."Maaf, Mas. Nanti aku ganti baju lain," jawab Alma.Alma ganti baju setelah itu mengantar Naomi ke sekolah. Dia hanya mengantar saja setelah itu di tinggal ke pasar."Tumben, Mbak Alma ke pasar cuma pakai daster," kata penjual langganan Alma."Lagi Pengan saja, Bu," jawab Alma."Jangan kucel, Mbak! Nanti suaminya di rebut orang," sahut pembeli lain.Alma hanya menanggapinya dengan senyuman. Dia tidak kucel saja suaminya sudah selingkuh.Sampai di rumah, Alma melihat Ibra di rumahnya."Ibra, kamu di sini sama siapa?" tanya Alma."Sama mama," jawab Ibra.Alma langsung saja masuk ke kamar, tapi tak ada siapapun di sana. Alma ke dapur hendak meletakkan belanjaan. Dia mendengar suara Sania di kamar mandi dekat dapur."Sania...apa itu kamu?" tanya Alma sambil mengetuk pintu kamar mandi. Sunyi tak ada jawaban.CeklekPintu kamar mandi terbuka, Sania keluar dengan rambut yang basah. "Maaf Alma, aku masuk ke rumah kamu tanpa izin," ucap Sania. "Tapi aku udah izin sama Mas Firman kok lewat telfon, dia juga yang ngasih tahu aku di mana kalian biasa meletakkan kunci pintunya," sambung Sania.Alma ke dapur untuk mencuci piring bekas sarapan mereka tadi. Sania mengikuti Alma, dia membuka tudung saji. Dimana masih ada lauk sisa sarapan tadi. Tanpa izin Sania mengambil piring dan sendok lalu mengambil nasi dan lauk.Alma hanya diam saja, tak apa berbagi makanan asal gak berbagi suami lagi."Aku kecewa sama kamu, Sania. Aku kira waktu itu kamu ada di pihakku. Ternyata kamu memihak Mas Firman. Entah apa yang sebenarnya kalian rencanakan," kata Alma.Sania masih asyik makan tak peduli dengan apa yang di ucapkan Alma. Dia malah sampai nambah lagi hingga nasi yang ada di magic com habis tak tersisa. Dia juga menyuapi Ibra yang tampak lapar."Sania, pulang!" bentak Kurnia. "Ngapain kamu makan di sini? Di
Alma tak bisa memaksa Naomi untuk bercerita. Dia menenangkan Naomi agar dia tak mudah emosi.Firman pulang, dia memarahi Alma karena Naomi membentak Ibra."Gimana sih kamu ngajarin Naomi selama ini? Kenapa dia sampai bentak Ibra?" tanya Firman."Maaf, Mas. Tapi emang mereka keterlaluan. Mereka memanfaatkan kebaikan Mas Firman," jawab Alma."Tidak, bagiku mereka tidak memanfaatkan aku. Pikiran kamu saja yang terlalu negatif," ucap Firman.Lagi-lagi Alma yang di salahkan. Hingga beberapa hari Firman mendiami Naomi dan Alma hanya karena hal itu.Siang itu, Alma melihat status Sania. Dia memosting sebuah tas branded. Harganya saja mencapai lima juta. Alma juga pernah menginginkan tas itu, hanya saja dia enggan untuk meminta pada Firman. Apalagi saat ini hubungan mereka tengah renggang."Terimakasih sayang, kamu emang kekasih terbaik," begitulah caption yang di tulis Sania.Alma mengambil baju kotor di ranjang untuk di cuci. Pagi tadi dia tidak sempat mencuci karena ada urusan.Seperti bia
Setelah kepergian Alma, Sania menggerang kesal. Dia merasa ditantang oleh Alma."Aku janji gak akan biarkan dia menang, pelakor seperti aku juga berhak bahagia," ucap Sania."Astaghfirullah, ternyata anakku sudah gila," ucap Kurnia."Ibu diam saja, ibu tahu apa soal kebahagiaan Sania. Dulu ibu menjodohkan aku dengan papanya Ibra, nyatanya apa. Dia bukan orang baik yang bisa menjadi papa untuk Ibra. Apa salah kalau aku sekarang ingin merasakan kebahagiaan?" tanya Sania."Tidak salah, tapi jangan suami orang. Kayak gak laku aja sama yang bujang sampai harus jadi pelakor," jawab Kurnia."Kalau ibu tak suka diam saja. Jangan ganggu kesenangan Sania!" banyak Sania.Kurnia menggeleng melihat kelakuan putrinya. Bagaimana bisa dia menjadi anak yang sudah diatur.**Ketika Firman pulang kerja, Sania membawakan makanan untuk Firman."Mas, ini makanan buat kamu," kata Sania menyodorkan plastik berwarna hitam.
"Ti--tidak, Ma," jawab Firman gugup. "Mama pasti salah dengar," ucap Firman mendekati Dewita dan mengajaknya untuk sarapan bersama."Eh kamu, pulang sana. Kamu bukan siapa-siapa di sini," usir Dewita pada Sania.Firman memberikan isyarat agar Sania segera pergi. Dengan muka masam Sania pergi dari rumah Firman."Mama, kenapa tidak memberi kabar kalau mau ke sini?" tanya Firman."Aku mau bikin surprise buat kalian. Mama akan menginap beberapa hari di sini. Aku takut kalau kamu beneran selingkuh," jawab Dewita."Wah Alma senang sekali kalau Mama mau menginap. Alma jadi punya teman curhat," sahut Alma.Mereka lalu makan bersama. Kali ini Firman yang mengantar Naomi ke sekolah karena tak mau meninggalkan Dewita seorang diri."Alma, kamu tak perlu membohongi mama. Mama sudah tahu semua," kata Dewita. "Firman dan selingkuhannya itu harus diberi pelajaran. Mama tidak rela menantu kesayangan mama ini digantikan oleh siapapun," sa
"Mama...siapa yang bilang? Jangan asal percaya dengan orang lain," kata Firman. "mama harusnya percaya dengan anak mama sendiri," sambung Firman."Mama tadi mendengarkan pembicaraan kalian," ucap Dewita seketika membuat Firman terdiam.Dewita lalu mengajak Alma untuk segera tidur karena sudah malam. Sementara Firman memikirkan nasibnya yang berada diujung tanduk. Namun, untuk meninggalkan Sania dia tak akan sanggup.Pesona Sania sudah membuat Firman cinta mati. Bahkan sehari tak melihat Sania bisa membuat Firman gelisah. Ah dasar cinta gila!.**Pagi itu Alma dan Dewita mengajak Firman jalan-jalan ke taman sambil lari pagi. Firman tentu saja mau namun, dia taman mereka bertemu dengan Sania."Alma, kalian di sini juga. Tahu gitu tadi bareng sekalian," kata Sania. "Naomi, ajak main Ibra ya," ucap Sania."Gak mau, mending aku main sendiri," tolak Naomi."Ya ampun Sania! Masih aja ya sok baik sama kami. Padahal aku
Ternyata Sania sudah berada di rumah Firman. Dia meminta bantuan agar Firman menolongnya."Mas, ibu mengurungku tadi. Aku ini tadi lari lewat jendela," kata Sania. Wajah Sania terlihat sangat menyedihkan hal itu membuat Firman tak tega dengan Sania."Sania, aku akan bicara dengan Alma untuk menikahi kamu," kata Firman memberikan harapan pada Sania. Mata Sania berbinar mendengar Firman akan menikahinya.Malam itu, Firman mengatakan pada Alma bahwa dia akan menikahi Sania. Namun, Alma menolak keras keinginan suaminya itu. Bahkan Dewita sampai menampar Firman."Aku mencintai Sania, kalau kalian tak ingin kamu menjalin hubungan terlarang, izinkan kamu menikah," ucap Firman."Sampai aku matipun tak akan aku izinkan kamu untuk menikah dengan dia," tuding Dewita pada Sania.Alma kecewa dengan Firman, maka mungkin dia mau dimadu dengan Sania. Dia tak akan kuat dengan semuanya.**Saat akan tidur, Firman masih berusaha u
Sejak saat itu, Alma berusaha untuk terus membuat Firman bersikap baik dengan Naomi. Namun, semakin Alma mengalah justru Firman semakin semena-mena."Mas, kalau kamu memang tak bisa meninggalkan Sania. Tolong jaga perasaan Naomi, berilah dia perhatian seperti dulu lagi. Sekarang kamu banyak berubah," ucap Alma."Apa kurang selama ini perhatianku? Apa dengan aku kembali perhatian dengan dia kalian akan terima hubungan aku dan Sania," kata Firman."Ya, aku akan mencoba untuk bersabar dan diam," ucap Alma. "Asal kamu menjadi sosok papa yang baik buat Naomi," sambung Alma.Alma tak peduli walaupun dia harus merasakan sakit hati. Baginya yang terpenting Naomi tidak kehilangan sosok Firman. Berkorban demi kebahagiaan sang putri, itulah yang saat ini Alma lakukan.Sejak saat itu, Firman kembali dekat dengan Naomi. Bahkan apa yang Naomi minta Firman turuti. Hanya satu yang dia tak akan turuti jika Naomi meminta dia untuk meninggalkan Sania.
Sania yang sadar bahwa Firman tak berkedip langsung mencubit Firman hingga Firman tersadar."Ajeng, kenalkan ini suamiku Mas Firman. Dan yang di sebelahnya itu Sania tetangga aku sekaligus selingkuhan suamiku," ucap Alma tanpa malu memperkenalkan Sania."Alma, kita cari meja lain ya. Banyak hal yang ingin aku bicarakan," kata Ajeng.Alma dan Ajeng mencari tempat yang jauh dari Firman dan Sania. Dia hanya ingin bicara berdua dengan Alma apalagi mereka sudah lama tak bertemu."Kamu bisa mudah aja ya terima mereka," kata Ajeng sembari duduk. "Kalau jadi aku udah ku bunuh tuh pelakor," sambung Ajeng."Aku tak bisa sesadis itu, Jeng. Dia punya anak kecil, aku gak mau kalau melukai hati anaknya," ucap Alma. "Dan kamu rela mengorbankan perasaan kamu?" tanya Ajeng. "Bagaimana kalau kamu ikuti trik ku aja?" tanya Ajeng."Trik apa?" tanya Alma penasaran."Kamu jangan mau mengurus Firman lagi, termasuk mengurus urusan rum